Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
kelompok 5
1
2
3
4
5
6
Dwi Novitasari
Tilawati Solekha
Wahyu Mukhafido
Iqromullah
Mei Vidya
Maani
(7312001)
(7312034)
(73120
(73120
(73120
(73120
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya maka
kami
Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan eknomi, perbaikan
linkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau
ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya
jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun
sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan penduduk lanjut
usia.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di Indonesia yang
dilakukan oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang
sangat signifikan seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia
Tahun
1980
1985
1990
1995
2000
165
183
202
222
2020
atas)
a. Total (juta)
11,4
13,3
16
19
22,2
29,12
b. Persentase (%)
7,7
8,7
9,4
10
11,09
Harapan hidup
55,30
58,19
61,12
64,05
65-70
70-75
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal
ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan
bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia
juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun
sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes
RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga
klinis. Perubahan perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk
melaksanakan aktivitas sehari hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan
keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji
aspek fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi klien lansia.
1.2
Rumusan Masalah
1 Bagaimana Konsep Teori Lansia?
2 Bagaimana Konsep penyakit Katarak?
3 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Katarak?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori dari lansia
2. Untuk mengetahui konsep penyakit katarak
3. Menjelaskan asuhan keperawatan lansia dengan katarak
1.4
Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan dan penerapan konsep keperawatan pada
kasus lansia dengan katarak.
2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan diagnosa keperawatan
pada kasus lansia dengan katarak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua
berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan
kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan
yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.
Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah
perubahan
yang
berkaitan
dengan
masalah
peningkatan
kesehatan,
2.1.4
b.
Kesehatan umum
c.
Tingkat pendidikan
d.
Keturunan (hereditas)
e.
Lingkungan
f.
g.
h.
i.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkhitis kronis
4. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5. Gangguan pada koksa / sendi pangul
6. Anemia
7. Demensia
2.2
2.2.1
Definisi Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur angsur penglihatan
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat
keluar melalui kapsul lensa.
2. Katarak Congenital
Katarak akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetic atau kelainan
herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti pada German Measles.
3. Katarak Juvenill
Adalah katarak yang terjadi pada anak anak sesudah lahir yang muncul
selama proses perkembangan.
4. Katarak Traumatic
Katarak akibat trauma
5. Katarak Ttrauma Toksik
Katarak akibat paparan zat kimia seperti terapi kortikosteroid sistemik, rokok,
alkohol
6. Katarak Komplikata
Katarak akibat penyakit mata yang lain seperti uveitis (glaucoma)
7. Associated Katarak
Katarak yang berhubungan dengan penyakit spesifik karena kelainan sistemik
atau metabolic seperti DM, galaktosemi distrofi miotonik.
2.2.4
penglihatan seperti berasap. Sejak awal katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah
berdilatasi dengan optalmoskop, slit lamp/shadow test. Setelah katarak bertambah matang
maka retina menjadi semakin sulit untuk dilihat sampai akhirnya reflek fundus tidak ada dan
pupil berwarna putih. Gejala dan tanda Katarak antara lain :
1. Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2. Pengelihatan baca yang buruk.
3. Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar matahari yang
terang.
4. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi
dimalam hari.
5. Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan dengan
cahaya yang terang.
6. Area putih keabu abuan dibelakang pupil.
2.2.5
Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara
protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel.
Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan
penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut
mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi
jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada
serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan.
2.2.6
Pemeriksaan
Visus menurun bergantung pada :
1. Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
2. Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan
hitam disebut iris shadow.
3. Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar orange disebut
fundus reflek.
4. Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadow
menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).
2.2.7
Penatalaksanaan
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan dahulu kacamata.
Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah / cepat berubah. Pengobatan
yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi.
1. Operasi katarak (Ekstraksi lensa)
Indikasi :
a. Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan mengganggu
aktifitas.
b. Dahulu penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+). Akan
tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium
apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.
c. Secara klinis
: bila ditemukan uveitis atau berkembang kearah glaukoma
d. Secara verbal
: - bila monokuler harus stadium matur
- Binokuler
: visus orang buta huruf : 5/50
visus orang terpelajar : 5/20
Pemeriksaan pre- op katarak
a. Status lokalis
a.
Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih sesudah
1,5 bulan post op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x refraksi tiap minggu).
b. Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak
c.
2.2.8
Pathway
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
3.1.1
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian Pre Operasi
Subyektif :
Keluhan penglihatan
a. Kabur secara total
b. Hanya melihat baik pada tempat yang redup
c. Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
d. Ganda / majemuk pada satu mata.
2. Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.
3. Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :
a. Sifat prosedur
b. Resiko dan keuntungan
c. Obat anestesi
d. Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan lensa
intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).
4. Jumlah informasi yang dicari klien.
Obyektif :
1. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata yang penyakit
intra okulernya masih aktif.
2. Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang memutih.
3. Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan yang
berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.
4. Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya menderita
presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal dapat membaca tanpa
menggunakan kacamata baca.
5. Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak, tersering
adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan TIO, kelainan lapang
pandang.
3.1.2
1.
2.
3.
4.
5.
Data Obyektif
1. Perubahan tanda-tanda vital
2. Respon yang lazim terhadap nyeri.
3. Tanda-tanda infeksi :
- Oedema
- Kemerahan
- Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
- Zat purulen
- Peningkatan suhu
- Nilai lab : peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil pemeriksaan kultur
sensitifitas abnormal.
4. Ketajaman penglihatan masing-masing mata
5. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
3.2
3.2.1
1.
2.
3.
4.
5.
DIAGNOSA
Diagnosa Pre Operasi
Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d distorsi penglihatan
Resti cidera b.d peningkatan TIO
Gangguan interpretasi terhadap warna b.d perubahan warna nucleus
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
Potensial terhadap kurang perawatan diri b.d kerusakan penglihatan
3.2.2
1.
2.
3.
Post-operatif
Resiko tinggi terhadap cedera b.d perdarahan intraokuler
Resiko tinggi infeksi b.d perawatan tidak aseptik
Nyeri b.d trauma pembedahan, peningkatan TIO, dan proses inflamasi
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan pemahaman tentang penyakit
b. Dapat melakukan pengobatan secara teratur
Intervensi :
a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
R/ : meningkatkan pemahaman pasien
b. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
R/ : dapat bereaksi silang pada obat yang diberikan
c. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
R/ : meningkatkan pehamaman pasien
d. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan
saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
R/ : dapat meningkatkan TIO
e. Anjurkan klien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan
kaca mata gelap saat keluar
R/ : mencegah cidera kecelakaan pada mata
f. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tibatiba.
R/ : intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera b.d peningkatan TIO
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami
cidera dan faham terhadap factor yang menyebabkan cidera.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
b. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi :
a. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan
aktifitas, penampilan, balutan mata.
R/ : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerjasama dalam
pembatasan yang diperlukan
b. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
R/ : menurunkan tekanan pada mata yang sakit
c. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
R/ : menurunkan TIO
d. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
R/ : digunakan untuk melindungi dari cidera kecelakaan dan menurunkan gerakan
mata
e. Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
R/ : menunjukkan prolaps iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan
jahitan atau tekanan mata
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau
denaturasi protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini sering
mengenai pada orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah lanjut usia, hal ini
mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya katarak seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma,
penyakit sistemik, adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan
terhadap bagaimana cara mencegahnya.
4.2
Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami konsep teori
lansia, konsep penyakit katarak dan asuhan keperawatan katarak pada lansia. Dengan
demikian, diharapkan nantinya pembaca dapat melakukan perawatan dan pengobatan
terhadap lansia dengan katarak.
DAFTAR PUSTAKA