Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nur fitriatuzzakiyyyah
2601101300100
I.
TUJUAN
Mengetahui dan memahami cara identifikasi senyawa-senyawa golongan
alkaloid dan basa nitrogen, barbiturat, sulfonamid dan antibiotik
II.
PRINSIP
1. reaksi identifikasi untuk golongan alkaloid dan basa nitrogen :
golongan alkaloid adalah senyawa yang mengandung amina dalam
struktur molekulnya sehingga bersifat basa. Dapat bereaksi dengan
reagensia Dragendorf, dapat diamati dari terbentuknya endapan.
2. reaksi identifikasi untuk golongan sulfonamida :
Pengkopelan dengan reagensia pDAB menghasilkan endapan dengan
spektrum warna kuning hingga merah.
3. reaksi identifikasi untuk golongan berbital :
Pembentukan kompleks berwarna dengan reagensia Parri. Caranya : zat
harus bebas air, di atas kertas saring, tambahkan pereaksi Parri (larutan
kobalt nitrat dalam alkohol), paparkan kertas saring diatas uap amonia.
4. Reaksi identifikasi golongan antibiotik
Reaksi dengan asam-asam pekat-basa pekat
III.
REAKSI
Kinin HCl
-
(Fessenden, 1986)
Papaverin HCl
-
(Fessenden, 1986).
Efedrin
-
(Clark, 2007)
B. Golongan Sulfonilamid dan Barbiturat
Sulfamerazin
-
(svehla, 1985)
(petrucci, 1992)
C. Golongan Barbiturat
Luminal
(Roth, 1988)
Barbital
(Roth, 1988)
D. Golongan Antibiotik
Amoksisilin
-
(Roth, 1988)
Kloramfenikol
-
Tetrasiklin
-
(Hasan, 1984)
IV.
Teori Dasar
Alkaloid adlah senyawa organik yang terdapat di alam, bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan oleh adanya atom N (nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam
dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain
itu ada beberapa pengecualian dimana termasuk golongan alkaloid tetapi atom
nitrogennya terdapat didalam ranatai lurus atau alifatis (Sastrohamidjojo, 1996).
Sifat-sifat alkaloid:
Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau
garamnya
Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan electron bebas pada
atom N nya (Maryati, Evi. 2006)
Antibiotika adalah zat0zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri
Sukar larut dalam air, kecuali garamnya bereaksi dengan asam lemah
garam
natriumnya
mudah
terhidrolisa,
V.
Kaca objek
2.
Mikroskop
apalagi
jika
diuapkan
3.
Ose
4.
Plat tetes
5.
Penangas air
6.
Penjepit kayu
7.
Pipet tetes
8.
Spatel
9.
Spirtus
10. Efedrin
11. Formalin-H2SO4
12. Kinin
13. Kloramfenikol
14. Larutan tembaga (III) Sulfat
15. Luminal
16. Natrium Hidroksida
17. Natrium Hidroksida pelet
18. Piridin
19. Reagensia Benedict
20. Reagensia Koppayi-Zwikker
21. Reagensia Koppayi-Zwikker
VI.
No Perlakuan
Hasil pengamatan
Foto pengamatan
A. Golongan Alkaloid
1.
Kinin HCl
Kinin dilarutkan dalam
diamati fluoresensi
di bawah sinar UV
biru
muda
berfluoresensi
Kinin + HgCl2
Papaverin HCl
Papaverin
1m
Terbentuk
larutan
+ 3 tetes H2SO4 p,
UV
dipanaskan diamati
berfluoresensi menjadi
254
nm
fluoresensi di bawah
warna
sinar UV
kehijauan
kuning
Efedrin
Efedrin + CuSO4 + NaOH
Efedrin + HgCl2
Teramati
berbentuk kotak
Kristal
Sulfamerazin
Sulfamerazin dilarutkan Terbentuk
larutan
dalam HCl + pereaksi
p-DAB
Sulfamerazin + CuSO4
gumpalan
sulfamerazin
menguap
(menghilang)
Golongan Barbiturat
No Perlakuan
1.
Hasil pengamatan
Gambar pengamatan
Luminal
Sampel
ditambahkan Terbentuk
pereaksi
warna
Zwikker,
diamati
sampel
dengan
Barbital
Sampel
ditambahkan Terbentuk
pereaksi
Kopayyi- merah
Zwikker,
warna
muda,
dan
Kristal
berbentuk
Golongan Antibiotika
No Perlakuan
1
Hasil pengamatan
Amoksisilin
Sampel
aroma
yang
terbentuk.
Sampel
dan
flouresensinya.
nm,
berfluoresensi
hijau kekuningan
air,
kemudian
bentuk
kristalnya
diamati
dibawah
mikroskop
Gambar pengamatan
2.
kloramfenikol
Sampel
reagensia
diamati
Nessler, terdapat
sedikit
perubahan endapan
air,
kristal
kemudian memanjang
bentuk
kristalnya
diamati
dibawah
mikroskop.
3.
Tetrasiklin
Sampel
pereaksi
kemudian
H2SO4, Larutan
Marquis. kuning
dan
ada
berwarna
berwarna
VII.
PEMBAHASAN
A. Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen
Pada percobaan ini dilakukan identifikasi terhadap senyawasenyawa golongan alkaloid dan basa nitrogen, barbiturat, sulfonamid dan
antibiotik. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara identifikasi
suatu senyawa yang dapat dilihat dari organoleptisnya dan perubahan
warna senyawa ketika dicampur oleh suatu reagensia untuk mencirikan
senyawa tersebut yang terbentuk akibat adanya ikatan kimia antar senyawa
(sampel) dengan reagennya.
Golongan pertama yang dilakukan pengujian adalah golongan
alkaloid dan basa nitrogen. Alkaloid adalah senyawa yang mengandung
substansi dasar basa nitrogen, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik.
(Harborne, 1987). golongan alkaloid dan basa nitrogen yang diidentifikasi
pada praktikum ini berupa Kinin HCl, Papaverin HCl, Efedrin,
Pertama dilakukan identifikasi terhadap senyawa Kinin HCl yang
secara organoleptis merupakan serbuk kristalin putih yang sedikit
berfluoresensi (Depkes RI, 1979).
paramagnetic
dan
itu
artinya
dapat
mempengaruhi
dan
identifikasi
selanjutnya
yang
dilakukan
adalah
senyawa tembaga (II) Sulfat dalam suasana basa yang didapatkan dengan
penambahan NaOH. Sedangkan warna biru terbentuk dari hasil ion Cu2+
yang mengalami reduksi membentuk Cu+. Dari hasil percobaan
sulfamerazin menghasilkan warna biru muda dan juga terdapat kristal tidak
larut di dasar pelat tetes.
Selanjutnya identifikasi dengan reagen Koppayi Zwikker . Menurut
literatur ketika sulfonamida direaksikan dengan reagensia tersebut akan
muncul warna ungu pada larutan karena terdapatnya gugus imida dan
SO2NH, tetapi pada praktikum ini warna ungu tersebut tidak muncul, yang
mungkin disebabkan kurangnya penambahan reagen dan sampel pada plat
tetes dan juga telah terjadi oksidasi pada larutan yang membuat larutan
mengering dan warnanya menjadi kuning, tidak ungu seperti pada literatur.
Selanjutnya
dilakukan
pengamatan
bentuk
kristal
dari
yang positif berupa warna ungu karena adanya struktur imida pada luminal
dengan gugus karbonil dan amina pada karbon yang berdampingan.
Kemudian dilakukan pengujian reaksi kristal aseton-air, hasilnya terbentuk
kristal yang khas dari kristal luminal berbentuk seperti batang panjang.
Golongan barbiturat kedua yang dilakukan pengujian adalah
barbital. Barbital berupa serbuk kristal tidak berwarna atau putih dengan
rumus molekul C8H12N2O3 dan berat molekul 184,2 (Depkes RI, 1979).
Barbital pertama dilakukan pengujian dengan pereaksi Koppayi-Zwikker.
Pertama sampel diletakkan diatas pelat tetes, lalu ditambah pereaksi
Koppayi-Zwikker. Hasilnya sama seperti luminal yaitu berwarna merah
muda. Seharusnya pada reaksi ini warna yang terbentuk adalah ungu,
kesalahan ini kemungkinan terjadi karena sebelum mereaksikan dengan
reagen Koppayi-Zwikker sampel tidak dilarutkan terlebih dahulu, sehingga
reaksinya tidak berjalan sempurna.
Lalu dilanjutkan dengan reaksi kristal aseton-air dengan
pengamatan menggunakan di bawah mikroskop, dengan hasil kristal barbital
berupa bentuk kristal berbentuk kotak.
C. Golongan Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun
sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses
biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi (Katzung, 2002).
Antibiotik pertama yang dilakukan pengujian adalah amoksisilin.
Amoksisilin berupa serbuk kristalin putih dengan rumus molekul
C16H19N3O6S dan berat molekul 365,4 (Depkes RI, 1979). Pertama-tama
amoksisilin dilakukan pengujian dengan cara dibakar, lalu diamati
aromanya. Hasilnya adalah tercium bau aroma khas aroma khas amoksisilin
yang sangat kuat seperti bau belarang, bau belerang yang kuat ini
semakin
lambat
reaksinya.
Terakhir,
untuk
pengujian
kloramfenikol dilakukan dengan pembentukan kristal menggunakan asetonair kemudian bentuk kristal kloramfenikol diamati di bawah mikroskop.
Bentuk kristal kloramfenikol khas, yaitu berbentuk kristal memanjang .
Antibiotik ketiga yang dilakukan pengujian adalah tetrasiklin.
Tetrasiklin dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens dengan rumus
molekul C22H24N2O3.HCl dan berat molekul 444,4 (Depkes RI, 1995).
Identifikasi pertamauntuk tetrasiklin dilakukan dengan menggunakan
pereaksi Benedict. Hasilnya terbentuk larutan hijau. Hal tersebut
menunjukan bahwa tetrasiklin mengandung gugus hidroksil dalam posisi
para.
Selanjutnya dilakukan pengujian dengan pereaksi Marquis.
Hasilnya terbentuk larutan berwarna hitam dengan sedikit waran kuning
Daftar Pustaka
Clark, J. 2007. The Mechanism For The Organic Reaction. Available online at
http://www.chemguide.co.uk/organicprops/estermenu. html#top [Diakses
pada tanggal 30 September 2015].
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga.Erlangga:
Jakarta
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi II. ITB Press. Bandung.
Hasan, T. 1984. Mechanism of Tetracycline Phototoxicity. Available online at
http://www.nature.com/jid/journal/v83/n3/abs/5614769a.html
[Diakses
2009.
Identity
of
Phenol.
Available
On
line
at
www.sciencemadness.org/talk/files.php?pid=219850&aid=15724
[diakses 30 september 2015].
Maryati, Evi, 2006. Karakterisasi senyawa alkaloid fraksi etil asetat hasil isolasi
dari daun tumbuhan pasak piriang . jurnal gradient vol.2 No.2 juli
2006:176-178
Moss, M. S. dan H. J. Rylance. 1966. The Fujiwara Reaction : Some Observation
on The Mechanism. Available online at http://www.nature.com/journal/
v210/n5039/abs/210945a0.html [Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014].
Petrucci, Ralph H, 1992, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.
Roth, H. J. dan Gottfried Blasche. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.