Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
HARTAWAN SYAPUTRA
HILDHA NOVALLIANA A.N
I GUSTI NGURAH KARDI S.
LINIYATUL HUSNIYAH
RINA SUKAWATI
WIENDA APRIANINGSIH
PENDAHULUAN
Kita semua menyadari bahwa saat ini ada dan harus terjadi perubahan besar dalam
tatanan kehidupan termasuk di bidang kesehatan.
James R Lucas, 1997, mengemukakan tentang sikap seseorang dalam menghadapi perubahan
radikal dibagi atas 3 kelompok : pertama adalah orang yang menjadikan perubahan terwujud (to
Make change happen), kedua adalah orang yang hanya menyaksikan terjadinya perubahan (to
watch change happen) dan ketiga adalah orang yang terpukul oleh adanya perubahan dan
bertanya apa yang telah terjadi (what happened ?). Kita tentu setuju dengan saran
Mulyadi (1998) agar menjadi kelompok pertama karena "risiko tidak melakukan apa-apa lebih
besar daripada risiko membuat kesalahan". Demikian pula dengan mutu yang merupakan
radikalisme dalam tuntutan telah berkembang dalam kurun waktu 20 tahun ini khususnya dalam
kemampuan menghadapi persaingan dan tantangan global.
Untuk melakukan berbagai upaya peningkatan mutu, kita perlu menghayati dan mengkaji
beberapa hal yang melandasi tujuan pembangunan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) serta desentralisasi. Ketiga organisasi di mana kita berada yaitu organisasi pelayanan
kesehatan yang merupakan "organisasi Nir-Laba" (Notfor Profit Organization). Ketiganya
memerlukan data dan informasi yang akurat sehingga keberhasilan pencapaian tujuan secara
bertahap dapat dinilai dengan indikator yang terukur pula.
pernah dilaksanakan sejak tahun 1995 dianggap perlu untuk dilakukan perubahan mengingat
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dibutuhkannya standar akreditasi
rumah sakit ini.
Perubahan tersebut menyebabkan ditetapkannya kebijakan akreditasi rumah sakit
menuju standar Internasional. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan memilih akreditasi
dengan sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi tersebut
merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua)
selaku penilai lembaga akreditasi.
B. Standar akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 (empat ) kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien
2. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
3. Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien
4. Kelompok Sasaran Menuju Millenium Development
1. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien
a APK (Akses Ke pelayanan dan Kontinuitas pelayanan)
Beberapa standar yang dimaksud yaitu:
1) Admisi ke rumah sakit
2) Kontinuitas pelayanan
3) Pemulangan pasien
4) Rujukan, dan tindak lanjut
5) Transfer pasien
6) Transportasi
b Hak pasien dan keluarga
proses untuk mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak pasien;
memberitahu pasien mengenai hak mereka; melibatkan keluarga pasien dalam
c
keputusan tindakan, informed consent, dan pendidikan staf tentang hak pasien.
Assesmen pasien
Tiga proses utama assesmen pasien yaitu:
1) Mengumpulkan informasi keadaan fisik, psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan
pasien;
2) Analisis informasi dan data pemeriksaan penunjang, dan
3) Pembuatan rencana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Pelayanan Pasien.
Aktivitas pelayanan pasien ini meliputi:
1) Perencanaan dan pemberian pelayanan,
2) Pemantauan pasien
3) Modifikasi pelayanan pasien bila perlu
4) Penuntasan pelayanan dan perencanaan tindak lanjut
Pelayanan Anestesi Dan Bedah.
Pelayanan yang diatur meliputi pemberian berbagai tingkatan sedasi, pelayanan
anestesi, dan pelayanan bedah.
organisasi,
seleksi,
pengadaan,
penyimpanan,
pemesanan
dan
a
b
c
mulai dipakai pada awal tahun 2012. Ada masa transisi 6 bulan pertama pada tahun 2012.
Banyak orang skeptis bahwa standar baru ini akan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan
di Indonesia khususnya di rumah sakit.Standar ini memungkinkan kita sebagai praktisi rumah
sakit untuk benar-benar mulai memikirkan perbaikan mutu pelayanan yang berbasis pada
kebutuhan dan keselamatan pasien.
Pada kesimpulannya Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu
lembaga, yang independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah
menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu
persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah
rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi
para pasien dan staf rumah sakit.Akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk
mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya
kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanannya.
Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat :
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya
pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas
3. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan
melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan
4. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien
RS mengirim surat
Permohonan survei
akreditasi ke KARS
KARS mengirim
berkas permohonan
Pimpinan RS mengisi
berkas permohonan
survei dan mengirimkan
ke KARS 1 bulan sebelum
pelaksanaan survei
PELAKSANA
AN SURVEI
AKREDITASI
Pimpinan RS
menandatangani
perjanjian kontrak survei
dan mengirimkan ke
2. Persiapan KARS
Menerima
aplikasi
permohonan
KARS memberitahukan :
Tanggal pelaksanaan
survei
Biaya survei
Tugas Ketua Tim survei :
Menghubungi RS < 3
hr sebelum survei
membahas rencana
pelaksanaan survei.
Menetapkan area
dan jenis pelayanan
yg dicakup dalam
telaahan dan
mengharuskan
keberadaan staf yg
terlibat disetiap
kegiatan survei.
KARS menetapkan :
KARS memberitahu
nama dan no Hp
kontak persen Rs
yang disurvei ke
ketua tim surveior
PELAKSANAAN
SURVEI
AKREDITASI
2. Akreditasi JCI
Akreditasi JCI adalah berbagai inisiatif yang dirancang untuk menanggapi
meningkatnya kebutuhan seluruh dunia akan sebuah sistem evaluasi berbasis standar di
bidang perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menawarkan kepada masyarakat
internasional proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang
berbasis standar. Dengan demikian diharapkan program ini akan menstimulasi perbaikan
yang berkelanjutan dan terus-menerus dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan
lewat penerapan standar standar
konsensus internasional, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient
Safety Goals),
didukung oleh pengukuran datasebagai tambahan untuk standar bagi rumah sakit yang
terdapat di edisi keempat ini, JCI juga telah mengembangkan standar dan program
akreditasi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
dibantu, perawatan jangka panjang, perawatan di rumah sakit hingga ajal menjemput)
5. Pelayanan Transportasi Medik (Medical Transport Organization)
JCI juga menawarkan sertifikasi program perawatan klinis, seperti program untuk
perawatan stroke, perawatan jantung, atau penggantian sendi. Program akreditasi JCI
didasarkan pada kerangka kerja standar internasional yang disesuaikan dengan kebutuhan
lokal.
Semua akreditasi JCI dan program sertifikasi bercirikan sebagai berikut:
Standar konsensus internasional, dikembangkan dan dikelola oleh sebuah badan
internasional, dan disetujui Dewan internasional, yang merupakan dasar program
akreditasi.Filosofi yang mendasari standar didasarkan pada prinsip manajemen bermutu
yang terus-menerus diperbaik mutunya.
Proses akreditasi ini dirancang untuk mengakomodasi faktor hukum, agama,
dan/atau faktor budaya di sebuah negara tertentu. Meski standar yang diterapkan bersifat
seragam demi harapan tinggi untuk keselamatan dan kualitas perawatan pasien, proses
akreditasi juga mempertimbangkan sejauh mana kondisi khas negara tertentu dapat
memenuhi harapan tinggi tersebut. Tim survei lapangan dan penentuan agenda survei akan
bervariasi tergantung pada besar-kecilnya organisasi pelayanan kesehatan dan jenis layanan
yang diberikan. Sebagai contoh, sebuah rumahsakit yang memiliki berbagai spesilis yang
cukup banyak mungkin memerlukan survei empat atau lima hari oleh dokter, perawat, dan
administrator, sementara rumah sakit dengan 50 tempat tidur dan spesialisasi di satu bidang
mungkin hanya memerlukan survei lebih pendek dengan tim yang lebih kecil.
Akreditasi JCI ini dirancang agar absah, dapat dipercaya, dan objektif. Berdasarkan analisis
hasil survei, keputusan akreditasi akhir dibuat oleh komite akreditasi internasional
a
2) Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan karyawan dan
3)
4)
5)
6)
7)
c
dokter
Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran
Memperhatikan pasien & keluarganya
Menghormati hak-haknya,melibatkan mereka dalam proses pelayanan
Menciptakan budaya yang terbukainsident report
Membangun kepemimpinan yang kolaboratif
terus menerus dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja
rawat inap dan rawat jalan. Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama :
1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, dan
riwayat kesehatan pasien.
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan Imajing
Diagnostic (Radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien.
3. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan Imajing
Diagnostic (Radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien.
d. Pelayanan pasien (COP/PP)
Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan pasien.
Penyediaan pelayanan
untuk
(near misses)
Setiap edukasi perlu diidentifikasi
Pertimbangan untuk praktek berbasis bukti yang baru
Tinjauan ulang (review) membuat rumah sakit memahami
kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem berkelanjutan
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam
asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang
asuhannya. Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya. Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan
dokter atau perawatnya. Petugas kesehatan lainnya juga memberikan pendidikan ketika
memberikan pelayanan yang spesifik, diantaranya terapi diet, rehabilitasi atau persiapan
pemulangan pasien dan asuhan pasien berkelanjutan. Mengingat banyak staf terlibat
dalam pendidikan pasien dan keluarganya, maka perlu diperhatikan agar staf yang terlibat
dikoordinasikan kegiatannya dan fokus pada kebutuhan pembelajaran pasien.
Perawat berperan dalam setiap standar
2) Sasaran ll : Kelompok standar manajemen rumah sakit
a) Peningkatan mutu dan keselamatan pasien (QPS/PMKP)
Pimpinan bertanggung jawab penuh terhadap peningkatan mutu dan keselamatan
pasien. Jadi, pimpinan menyetujui rencana peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dan secara reguler menerima laporan tentang pelaksanaan program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
b) Pencegahan dan pengendalian infeksi-ipcn sangat penting(PCI/PPI)
Tujuan pengorganisasian program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan
risiko infeksi yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga profesional
kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung.
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya, tergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang
dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien dan jumlah pegawai.
c) Tata kelola kepemimpinan dan pengaturan (GLD/TKP)
Secara khusus, para pemimpin ini harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan
menjamin bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai misi ini tersedia. Bagi
banyak rumah sakit, hal ini tidak berarti harus menambah sumber daya baru, tetapi
menggunakan sumber daya yang ada secara lebih efsien, bahkan bila sumber daya ini
langka. Selain itu, para pemimpin harus bekerja sama dengan baik untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan rumah sakit, termasuk
kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan asuhan pasien dan pelayanan klinis.
d) Manajemen fasilitas dan keselamatan (FMS/MFK)
Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas
fisik, medis dan peralatan lainnya dan 0rang-orang harus dikelola secara efektif. Secara
khusus, manajemen harus berusaha keras untuk :
1. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
2. mencegah kecelakaan dan cidera ; dan
3. memelihara kondisi aman.
e) Kualifikasi dan pendidikan staf (SQE/KPS)
Rekruitmen, evaluasi dan penugasan staf dapat dilakukan sebaik-baiknya melalui
proses yang terkoordinasi, efisien dan seragam. Juga penting untuk mendokumentasikan
ketrampilan, pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman sebelumnya dari pelamar.
Terutama sekali penting untuk secara seksama mereview / melakukan proses kredensial
dari staf medis dan perawat, sebab mereka terlibat dalam proses asuhan klinis dan bekerja
langsung dengan pasien.
f) Manajemen komunikasi dan informasi(MCI/MKI)
Rekam
medis
masing-masing
pasien
harus
menyajikan
informasi
yang
kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan keahlian
terhadap permasalahan ini. Dengan pengakuan bahwa desain/rancangan sistem yang baik itu
intrinsik/menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi, tujuan sasaran
umumnya difokuskan pada solusi secara sistem, bila memungkinkan.
Sasaran 2: Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima,
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan
STAT/segera /cito.
Sasaran 3: Peningkatan keamanan high alert medications
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan
manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan
yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginka (adverse outcome) demikian
pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perl
diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-sebut dalam isu keamanan obat adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium/potasium klorida
[sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)], kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau
lebih besar dari 3 mmol/ml)], natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan
magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini bisa terjadi bila staf
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat kontrak tidak
diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat
darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian
tsb adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Sasaran 4: Kepastian tepat-lokasi-prosedur-pasien op
Salah-lokasi,
salah-prosedur,
mengkhawatirkan dan
salah-pasien
operasi,
adalah
kejadian
yang
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak
terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor
kontribusi yang sering
terjadi.
Sasaran 5: Pengurangan resiko infeksi terkait yankes
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam kebanyakan
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan
maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran
darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis).
Sasaran 6: Pengurangan resiko pasien jatuh
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat
dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini memonitor
baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap langkahlangkah yang
dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat
penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang
terganggu, atau integrasi Kulit yang menurun. Program tersebut harus diterapkan di rumah
sakit.
d
4) Laboratorium
5) Radiologi
6) Gizi,dll
DAFTAR PUSTAKA