You are on page 1of 18

MODEL PENILAIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Dosen Pengampu:M Imron Rosyidi S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
HARTAWAN SYAPUTRA
HILDHA NOVALLIANA A.N
I GUSTI NGURAH KARDI S.
LINIYATUL HUSNIYAH
RINA SUKAWATI
WIENDA APRIANINGSIH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

PENDAHULUAN
Kita semua menyadari bahwa saat ini ada dan harus terjadi perubahan besar dalam
tatanan kehidupan termasuk di bidang kesehatan.
James R Lucas, 1997, mengemukakan tentang sikap seseorang dalam menghadapi perubahan
radikal dibagi atas 3 kelompok : pertama adalah orang yang menjadikan perubahan terwujud (to
Make change happen), kedua adalah orang yang hanya menyaksikan terjadinya perubahan (to
watch change happen) dan ketiga adalah orang yang terpukul oleh adanya perubahan dan
bertanya apa yang telah terjadi (what happened ?). Kita tentu setuju dengan saran
Mulyadi (1998) agar menjadi kelompok pertama karena "risiko tidak melakukan apa-apa lebih
besar daripada risiko membuat kesalahan". Demikian pula dengan mutu yang merupakan
radikalisme dalam tuntutan telah berkembang dalam kurun waktu 20 tahun ini khususnya dalam
kemampuan menghadapi persaingan dan tantangan global.
Untuk melakukan berbagai upaya peningkatan mutu, kita perlu menghayati dan mengkaji
beberapa hal yang melandasi tujuan pembangunan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) serta desentralisasi. Ketiga organisasi di mana kita berada yaitu organisasi pelayanan
kesehatan yang merupakan "organisasi Nir-Laba" (Notfor Profit Organization). Ketiganya
memerlukan data dan informasi yang akurat sehingga keberhasilan pencapaian tujuan secara
bertahap dapat dinilai dengan indikator yang terukur pula.

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (TAHUN 2012)


A. LATAR BELAKANG
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan.Tujuan akreditasi
rumah sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang
bermutu.Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi minat
masyarakat untuk berobat keluar negeri.
Sesuai dengan Undang-undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,pasal 40 ayat
1, menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi rumah sakit telah berlangsung sejak tahun 1995 dengan berbasis
pelayanan, yaitu 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan namun dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai
mutu pelayanan kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya perubahan yang bermakna ter
hadap mutu rumah sakit di Indonesia.
Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan standar akreditasi
rumah sakit yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional. Dalam hal ini
Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih
dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission International (JCI).
Standar akreditasi ini selain sebagian besar mengacu pada sistem JCI, juga dilengkapi dengan
muatan lokal berupa program prioritas nasional yang berupa program Millenium
Development Goals (MDGs) meliputi PONEK, HIV dan TB DOTS dan standar-standar
yang berlaku di Kementerian Kesehatan RI.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut maka diperlukan suatu standar yang dapat
dijadikan acuan bagi seluruh rumah sakit dan stake holder terkait dalam melaksanakan
pelayanan di rumah sakit melalui proses akreditasi. Disamping itu sistem akreditasi yang

pernah dilaksanakan sejak tahun 1995 dianggap perlu untuk dilakukan perubahan mengingat
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dibutuhkannya standar akreditasi
rumah sakit ini.
Perubahan tersebut menyebabkan ditetapkannya kebijakan akreditasi rumah sakit
menuju standar Internasional. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan memilih akreditasi
dengan sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi tersebut
merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua)
selaku penilai lembaga akreditasi.

B. Standar akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 (empat ) kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien
2. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
3. Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien
4. Kelompok Sasaran Menuju Millenium Development
1. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien
a APK (Akses Ke pelayanan dan Kontinuitas pelayanan)
Beberapa standar yang dimaksud yaitu:
1) Admisi ke rumah sakit
2) Kontinuitas pelayanan
3) Pemulangan pasien
4) Rujukan, dan tindak lanjut
5) Transfer pasien
6) Transportasi
b Hak pasien dan keluarga
proses untuk mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak pasien;
memberitahu pasien mengenai hak mereka; melibatkan keluarga pasien dalam
c

keputusan tindakan, informed consent, dan pendidikan staf tentang hak pasien.
Assesmen pasien
Tiga proses utama assesmen pasien yaitu:
1) Mengumpulkan informasi keadaan fisik, psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan
pasien;
2) Analisis informasi dan data pemeriksaan penunjang, dan
3) Pembuatan rencana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Pelayanan Pasien.
Aktivitas pelayanan pasien ini meliputi:
1) Perencanaan dan pemberian pelayanan,
2) Pemantauan pasien
3) Modifikasi pelayanan pasien bila perlu
4) Penuntasan pelayanan dan perencanaan tindak lanjut
Pelayanan Anestesi Dan Bedah.
Pelayanan yang diatur meliputi pemberian berbagai tingkatan sedasi, pelayanan
anestesi, dan pelayanan bedah.

Manajemen Penggunaan Obat


Salah satu bedanya adalah penyusunan standar baru yang lebih runtut, mulai dari
manajemen

organisasi,

seleksi,

pengadaan,

penyimpanan,

pemesanan

dan

pencatatan, persiapan dan penyaluran, administrasi obat, dan monitoring.


g Pendidikan Pasien Dan Keluarga.
Mengatur kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan
kesehatan, pendidikan terkait kondisi kesehatan pasien, perawatan pasien di rumah,
dan mendorong rumah sakit untuk membantu para stafnya supaya dapat memberikan
pendidikan bagi pasien.
2. Kelompok standar manajemen rumah sakit
a Peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Menekankan pada manajemen di tingkat rumah sakit.
b Pencegahan dan pengendalian infeksi.
Bertujuan mengidentifikasi dan menurunkan resiko infeksi yang didapat dan
ditularkan di antara pasien, tenaga profesi kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela,
mahasiswa kesehatan, dan pengunjung, juga mengatur sampai ke tingkat manajemen
c

dan kepemimpinan tim pengendalian infeksi rumah sakit.


Tata kelola, kepemimpinan, dan pengaturan.
Pelayanan prima bermula dari adanya sistem tata kelola yang baik dan
kepemimpinan yang efektif.Mengatur mengenai tata kelola, kepemimpinan rumah

sakit, pengaturan, dan etika organisasi rumah sakit.


pentingnya kualifikasi dan pendidikan staf
Secara khusus pimpinan rumah sakit diingatkan untuk selalu mengetahui kebutuhan
jumlah dan jenis staf yang diperlukan berdasarkan rekomendasi dari unit kerja dan
unit-unit pelayanan. Rumah sakit juga diminta membuat sistem kredensial yang baik

dan pendidikan berkelanjutan bagi para stafnya.


Manajemen komunikasi dan informasi.
Komunikasi yang diatur meliputi komunikasi antar tenaga kesehatan, kepada pasien,
dan kepada komunitas dan telah dirancang agar dapat mengikuti standar informasi
berbasis kertas maupun berbasis elektronik.

3. Sasaran Keselamatan Pasien


Membahas mengenai ketepatan identitas, peningkatan komunikasi, keamanan obat,
pembedahan yang aman, pengurangan resiko infeksi, dan pengurangan resiko pasien
jatuh.
4. Sasaran Millennium Development Goals
Mengatur tiga sasaran MDGs.Sasaran tersebut yaitu:

a
b
c

Penurunan angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu


Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
Penurunan angka kesakitan tuberkulosis.
Demikian uraian mengenai standar akreditasi rumah sakit yang baru. Standar ini akan

mulai dipakai pada awal tahun 2012. Ada masa transisi 6 bulan pertama pada tahun 2012.
Banyak orang skeptis bahwa standar baru ini akan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan
di Indonesia khususnya di rumah sakit.Standar ini memungkinkan kita sebagai praktisi rumah
sakit untuk benar-benar mulai memikirkan perbaikan mutu pelayanan yang berbasis pada
kebutuhan dan keselamatan pasien.
Pada kesimpulannya Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu
lembaga, yang independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah
menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu
persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah
rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi
para pasien dan staf rumah sakit.Akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk
mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya
kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanannya.
Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat :
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya
pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas
3. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan
melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan
4. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien

5. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. Kepemimpinan ini


menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan
untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan
Standar akreditasi rumah sakit ini merupakan upaya Kementerian Kesehatan menyediak
an suatu perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keaman
an pelayanan. Dengan penekanan bahwa akreditasi adalah suatu proses belajar, maka rumah
sakit distimulasi melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus
Standar adalah suatu pernyataan yang mendefinisikan harapan terhadap kinerja,
struktur, proses yang harus dimiliki RS untuk memberikan pelayanan dan asuhan yang
bermutu dan aman. Pada setiap standar disusun Elemen Penilaian, yaitu adalah persyaratan
untuk memenuhi standar terkait.

PELAKSANAAN PERSIAPAN SURVEI AKREDITASI RS


1. Persiapan Rumah Sakit

RS mengirim surat
Permohonan survei
akreditasi ke KARS

KARS mengirim
berkas permohonan

Pimpinan RS mengisi
berkas permohonan
survei dan mengirimkan
ke KARS 1 bulan sebelum
pelaksanaan survei

RS memberitahu DinKes provinsi dan


DinKes Kab/kota tanggal pelaksanaan

Setelah RS menerima jadwal survei dari


KARS :

RS melunasi biaya survei


Koordinasi dengan set. KARS untuk
rencana pelaksanaan survei
Mempersiapkan dokumen yang
diperlukan waktu survei

PELAKSANA
AN SURVEI
AKREDITASI

Pimpinan RS
menandatangani
perjanjian kontrak survei
dan mengirimkan ke

Pimpinan RS menandatangani surat


pernyataan untuk berada di RS
selama proses survei

2. Persiapan KARS

Menerima
aplikasi
permohonan

KARS memberitahukan :

Tanggal pelaksanaan
survei
Biaya survei
Tugas Ketua Tim survei :

Menghubungi RS < 3
hr sebelum survei
membahas rencana
pelaksanaan survei.
Menetapkan area
dan jenis pelayanan
yg dicakup dalam
telaahan dan
mengharuskan
keberadaan staf yg
terlibat disetiap
kegiatan survei.

KARS menetapkan :

Tim surveior (3-7 orang


surveior )
Masa survei (2-4 hari)
Ketua tim surveior

KARS memberitahu
nama dan no Hp
kontak persen Rs
yang disurvei ke
ketua tim surveior

PELAKSANAAN
SURVEI
AKREDITASI

2. Akreditasi JCI
Akreditasi JCI adalah berbagai inisiatif yang dirancang untuk menanggapi
meningkatnya kebutuhan seluruh dunia akan sebuah sistem evaluasi berbasis standar di
bidang perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menawarkan kepada masyarakat
internasional proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang
berbasis standar. Dengan demikian diharapkan program ini akan menstimulasi perbaikan
yang berkelanjutan dan terus-menerus dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan
lewat penerapan standar standar
konsensus internasional, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient
Safety Goals),
didukung oleh pengukuran datasebagai tambahan untuk standar bagi rumah sakit yang
terdapat di edisi keempat ini, JCI juga telah mengembangkan standar dan program
akreditasi sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.

Rawat Jalan (Ambulatory Care)


Laboratorium Klinik (Clinical Laboratories)
Pusat Pelayanan Primer (Primary Care Center)
Perawatan Berkelanjutan (The CareContinuum; perawatan di rumah, hidup dengan

dibantu, perawatan jangka panjang, perawatan di rumah sakit hingga ajal menjemput)
5. Pelayanan Transportasi Medik (Medical Transport Organization)
JCI juga menawarkan sertifikasi program perawatan klinis, seperti program untuk
perawatan stroke, perawatan jantung, atau penggantian sendi. Program akreditasi JCI
didasarkan pada kerangka kerja standar internasional yang disesuaikan dengan kebutuhan
lokal.
Semua akreditasi JCI dan program sertifikasi bercirikan sebagai berikut:
Standar konsensus internasional, dikembangkan dan dikelola oleh sebuah badan
internasional, dan disetujui Dewan internasional, yang merupakan dasar program
akreditasi.Filosofi yang mendasari standar didasarkan pada prinsip manajemen bermutu
yang terus-menerus diperbaik mutunya.
Proses akreditasi ini dirancang untuk mengakomodasi faktor hukum, agama,
dan/atau faktor budaya di sebuah negara tertentu. Meski standar yang diterapkan bersifat
seragam demi harapan tinggi untuk keselamatan dan kualitas perawatan pasien, proses
akreditasi juga mempertimbangkan sejauh mana kondisi khas negara tertentu dapat
memenuhi harapan tinggi tersebut. Tim survei lapangan dan penentuan agenda survei akan
bervariasi tergantung pada besar-kecilnya organisasi pelayanan kesehatan dan jenis layanan
yang diberikan. Sebagai contoh, sebuah rumahsakit yang memiliki berbagai spesilis yang
cukup banyak mungkin memerlukan survei empat atau lima hari oleh dokter, perawat, dan
administrator, sementara rumah sakit dengan 50 tempat tidur dan spesialisasi di satu bidang
mungkin hanya memerlukan survei lebih pendek dengan tim yang lebih kecil.
Akreditasi JCI ini dirancang agar absah, dapat dipercaya, dan objektif. Berdasarkan analisis
hasil survei, keputusan akreditasi akhir dibuat oleh komite akreditasi internasional
a

JCIA (Joint Commission International Accreditation)


Organisasi internasional di USA
Akreditor untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan dalam tatanan
pelayanan kesehatan berstandar internasional
Manfaat
1) Meningkatkan kepercayaan public

2) Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan karyawan dan
3)
4)
5)
6)
7)
c

dokter
Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran
Memperhatikan pasien & keluarganya
Menghormati hak-haknya,melibatkan mereka dalam proses pelayanan
Menciptakan budaya yang terbukainsident report
Membangun kepemimpinan yang kolaboratif

Standar Akreditai Rs Internasional


1) Sasaran 1:Kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien
a. Akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan (ACC/APK)
Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang
pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien
dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi
diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang :
1.
Kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit.
2.
Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien.
3.
Transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke
palayanan lain
b. Hak pasien dan kelurga (PFR/HPK)
Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, budaya dan
kepercayaan masing-masing. Rumah sakit membangun kepercayaan dan
komunikasi terbuka dengan pasien untuk memahami dan melindungi nilai
budaya, prikososial serta nilai spiritual pasien. Untuk meningkatkan hak
pasien di rumah sakit, harus dimulai dengan mendefinisikan hak tersebut,
kemudian mendidik pasien dan staf tentang hak tersebut. Pasien diberitahu
hak mereka dan bagaimana harus bersikap. Staf dididik untuk mengerti dan
menghormati kepercayaan dan nilai-nilai pasien dan memberikan pelayanan
dengan penuh perhatian dan hormat sehingga menjaga martabat pasien.
c. Assesmen pasien (AOP/AP)
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan
ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses yang

terus menerus dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja
rawat inap dan rawat jalan. Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama :
1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, dan
riwayat kesehatan pasien.
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan Imajing
Diagnostic (Radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien.
3. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan Imajing
Diagnostic (Radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien.
d. Pelayanan pasien (COP/PP)
Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan pasien.
Penyediaan pelayanan

yang paling sesuai di suatu rumah sakit

untuk

mendukung dan merespon terhadap setiap kebutuhan pasien yang unik,


memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa
aktivitas tertentu yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien. Untuk semua
disiplin yang memberikan pelayanan pasien, aktivitas ini termasuk
1. Perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap/masing-masing pasien;
2. Pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien
3. Modifikasi asuhan pasien bila perlu
4. Penuntasan asuhan pasien
5. Perencanaan tindak lanjut.
e. Pelayanan anestesi dan bedah (ASC/PAB)
Standar Anestesi dan Bedah dapat dipakai dalam tata (setting) anestesi apapun
dan atau sedasi moderat maupun dalam serta prosedur invasif lain yang membutuhkan
persetujuan (lihat juga HPK.6.4). Penataan tersebut termasuk kamar bedah rumah sakit,
unit bedah sehari (day surgery) atau unit pelayanan sehari, unit gigi dan klinik rawat jalan
lainnya, pelayanan emergensi, pelayanan intensif dan pelayanan lain dimanapun.
f. Manajemen dan penggunaan obat (MMU/MPO)
- Monitoring kesalahan obat (medication error) dan KNC
-

(near misses)
Setiap edukasi perlu diidentifikasi
Pertimbangan untuk praktek berbasis bukti yang baru
Tinjauan ulang (review) membuat rumah sakit memahami
kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem berkelanjutan

dalam hal mutu dan keamanan penggunaan obat.


g. Pendidikan pasien dan keluarga (PFE/PPK)

Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam
asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang
asuhannya. Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya. Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan
dokter atau perawatnya. Petugas kesehatan lainnya juga memberikan pendidikan ketika
memberikan pelayanan yang spesifik, diantaranya terapi diet, rehabilitasi atau persiapan
pemulangan pasien dan asuhan pasien berkelanjutan. Mengingat banyak staf terlibat
dalam pendidikan pasien dan keluarganya, maka perlu diperhatikan agar staf yang terlibat
dikoordinasikan kegiatannya dan fokus pada kebutuhan pembelajaran pasien.
Perawat berperan dalam setiap standar
2) Sasaran ll : Kelompok standar manajemen rumah sakit
a) Peningkatan mutu dan keselamatan pasien (QPS/PMKP)
Pimpinan bertanggung jawab penuh terhadap peningkatan mutu dan keselamatan
pasien. Jadi, pimpinan menyetujui rencana peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dan secara reguler menerima laporan tentang pelaksanaan program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
b) Pencegahan dan pengendalian infeksi-ipcn sangat penting(PCI/PPI)
Tujuan pengorganisasian program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan
risiko infeksi yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga profesional
kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung.
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya, tergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang
dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien dan jumlah pegawai.
c) Tata kelola kepemimpinan dan pengaturan (GLD/TKP)
Secara khusus, para pemimpin ini harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan
menjamin bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai misi ini tersedia. Bagi
banyak rumah sakit, hal ini tidak berarti harus menambah sumber daya baru, tetapi
menggunakan sumber daya yang ada secara lebih efsien, bahkan bila sumber daya ini
langka. Selain itu, para pemimpin harus bekerja sama dengan baik untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan rumah sakit, termasuk
kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan asuhan pasien dan pelayanan klinis.
d) Manajemen fasilitas dan keselamatan (FMS/MFK)

Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas
fisik, medis dan peralatan lainnya dan 0rang-orang harus dikelola secara efektif. Secara
khusus, manajemen harus berusaha keras untuk :
1. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
2. mencegah kecelakaan dan cidera ; dan
3. memelihara kondisi aman.
e) Kualifikasi dan pendidikan staf (SQE/KPS)
Rekruitmen, evaluasi dan penugasan staf dapat dilakukan sebaik-baiknya melalui
proses yang terkoordinasi, efisien dan seragam. Juga penting untuk mendokumentasikan
ketrampilan, pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman sebelumnya dari pelamar.
Terutama sekali penting untuk secara seksama mereview / melakukan proses kredensial
dari staf medis dan perawat, sebab mereka terlibat dalam proses asuhan klinis dan bekerja
langsung dengan pasien.
f) Manajemen komunikasi dan informasi(MCI/MKI)
Rekam

medis

masing-masing

pasien

harus

menyajikan

informasi

yang

memadai/cukup untuk mendukung diagnosis, justifikasi pengobatan yang diberikan, dan


untuk mendokumentasikan langkah-langkah/course dan hasil pengobatan. Suatu format
dan isi yang distandarisasi dari suatu berkas rekam medis pasien membantu
meningkatkan integrasi dan kesinambungan pelayanan diantara berbagai praktisi
pelayanan kepada pasien.

3) Sasaran III : Sasaran Keselamatan Pasien RS


Sasaran 1: Ketetapan identifikasi pasien
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran

ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan

kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan keahlian
terhadap permasalahan ini. Dengan pengakuan bahwa desain/rancangan sistem yang baik itu
intrinsik/menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi, tujuan sasaran
umumnya difokuskan pada solusi secara sistem, bila memungkinkan.
Sasaran 2: Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima,

akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan

keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan
STAT/segera /cito.
Sasaran 3: Peningkatan keamanan high alert medications
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan
manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan
yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginka (adverse outcome) demikian
pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perl
diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-sebut dalam isu keamanan obat adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium/potasium klorida
[sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)], kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau
lebih besar dari 3 mmol/ml)], natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan
magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini bisa terjadi bila staf
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat kontrak tidak
diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat
darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian
tsb adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Sasaran 4: Kepastian tepat-lokasi-prosedur-pasien op
Salah-lokasi,

salah-prosedur,

mengkhawatirkan dan

salah-pasien

operasi,

adalah

kejadian

yang

biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari

komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk

memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak
terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor
kontribusi yang sering
terjadi.
Sasaran 5: Pengurangan resiko infeksi terkait yankes
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam kebanyakan
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan

keprihatinan besar bagi pasien

maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran
darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis).
Sasaran 6: Pengurangan resiko pasien jatuh
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat
dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini memonitor
baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap langkahlangkah yang
dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat
penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang
terganggu, atau integrasi Kulit yang menurun. Program tersebut harus diterapkan di rumah
sakit.
d

Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Merupakan tanggung jawab bersama seluruh profesi yang ada di RS dalam
memberikan pelayanan ke pasien,seperti:
1) Dokter
2) Perawat
3) Farmasi

4) Laboratorium
5) Radiologi
6) Gizi,dll

DAFTAR PUSTAKA

http://web.kars.or.id/id/diakses pada tanggal 16 september 2015

You might also like