You are on page 1of 7

MANAGERS PERCEPTIONS OF

ETHICAL ISSUES A FRAMEWORK


(Fisher & Lovell, p. 147)

DIALECTIC OF
ETHICAL
PURPOSE
(vertical)

Developing
principles

Ethical puzzle

Ethical problem

Achieving the
common good

Ethical
convention

Ethical dilemma

The obligation of
duty

Ethical
awareness

Ethical cynicism
and caprice

Selfconsiousness

Ethical
neutrality

Ethical
negotiation

Personal
certainty, fixed
priorities and
values

Personal aporia,
shifting
priorities and
values

DEGREE OF ETHICAL INTEGRITY


(horizontal)

Berbagai sikap dalam


menghadapi isu etikal (1)

Ethical neutrality : merasa tidak ada yang


harus dilakukan tentang suatu isu yang
beredar (karena tidak mengerti), atau
bersikap tidak memihak manapun.
Ethical awareness : mempunyai intuitive
knowledge tentang kewajiban yang patut
dilakukan / merasa tidak nyaman karena
menghadapi isu yang tidak sejalan dengan
nilai yang diyakini.
Ethical convention : berpegang pada norma
yang sudah ada, suatu kejadian diselesaikan
terbaik dengan menerapkan norma-norma
yang konvensional berjalan sejak lama.
Ethical puzzle : sikap menghadapi isu etikal
sebagai teka-teki yang harus dipecahkan
melalui berbagai mekanisme dan langkah
standar.

Berbagai sikap atau ... (2)

Ethical negotiation : sikap mencari kemufakatan


di antara perbedaan melalui voting, opinion polling,
mencari konsensus, dan bernegosiasi.
Ethical cynicism and caprice : keyakinan bahwa
setiap solusi hanya akan menguntungkan
kepentingan pribadi pihak yang terlibat, oleh karena
itu lebih baik bersikap bersikap sinis dari pada
memikirkan perbaikan, bisa terjadi keputusan yang
impulsif.
Ethical dilemma : isu yang dilematis biasanya isu
sosial atau politis yang susah dipecahkan hingga
berkepanjangan tanpa ujung
Ethical problem : sikap menghadapi isu yang
kompleks menyangkut berbagai pertentangan nilai
dan kepentingan dan sulit didapatkan solusi yang
optimum. Diperlukan wacana discourse ethics.

Pengaruh yang membentuk


sikap/jarak dalam menghadapi
isu etikal
Faktor kultural : pengaruh budaya
etikal dalam organisasi/ etos kerja
Faktor situasional : pengaruh
pekerjaan, posisi dalam organisasi.
Faktor psikologis : kekuatan ego,
ketergantungan pada orang lain, sifat,
locus of control.
Faktor kognitif : faktor tahap
perkembangan moral yang telah
dicapai (L. Kohlberg).

ETHICAL DECISION-MAKING
STYLES (1)
(Source : Weiss, J.W., p. 121-123)

Individualism : pengambilan keputusan


yang didorong oleh kepentingan memroteksi
diri. Berkisar dari prinsip etikal yang naif
sampai pada prinsip etikal yang melahirkan
kepentingan yang produktif.
Altruism : pengambilan keputusan yang
didasari pengutamaan pada kepentingan
orang lain atau kepentingan umum, dan
menyampingkan kepentingan sendiri, tidak
menghitung keuntungan dan kerugian yang
terjadi pada dirinya. Dekat dengan prinsip
etikal yang filantropis.

ETHICAL DECISION-MAKING
STYLES (2)
(Source : Weiss, J.W., p. 121-123)

Pragmatism : keputusan yang dibuat bukan


untuk kepentingan pribadi atau umum.
Dasar keputusan : fakta dan informasi. Tidak
mendasari keputusan dengan pertimbangan
prinsip dan nilai-nilai tertentu. Pengutamaan
adalah pada penyelesaian masalah pada konteks
yang spesifik. Ini sesuai dengan prinsip
utilitarianisme.
Idealism : keputusan yang dibuat didasari oleh
prinsip dan aturan. Lebih membuat keputusan
dengan penggunaan prinsip secara mutlak.
Keputusan yang sering dilakukan oleh orang
dengan standar moral yang tinggi, seringkali
berakibat kaku dan tidak lentur. Yang digunakan
adalah prinsip etika yang ideal .

Notes :
APORIA=DIFFICULTY IN
ESTABLISHING TRUTH
= A CONFUSION IN ESTABLISHING
THE TRUTH OF A PROPOSITION
Caprice = impulsive tendency = a
tendency to sudden impulsive
decisions or changes of mind =
sudden change or action

You might also like