Professional Documents
Culture Documents
: JOAN FEBRIAN R
( 0610710069 )
ANGGOTA
: JOHAN SETIAWAN
( 0610710070 )
( 0610713033 )
THARISHINEE A/P K
( 0610714030 )
LAILUL NADZIROH
( 0610720022 )
LINDA WIEKE N
( 0610720023 )
EMYR REISHA I
( 0610730019 )
ERINA SARTIKA
( 0610730020 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MEI 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan
Ketua Pelaksana
: Joan Febrian R
NIM
Jurusan / Lab
No Telp / HP
: 0610710069
: Pendidikan Dokter / Ilmu Kesehatan Masyarakat
: 081703177417
Anggota Pelaksana
1. Johan Setiawan
2. Kadek Ayu Atrie S
3. Liemena Harold A
4. Ephora Chritina W
5. Fitri Indah Sari
6. Tharishinee A/P K
7. Lailul Nadziroh
8. Linda Wieke N
9. Emyr Reisha Isaura
10. Erine Sartika
Lokasi Kegiatan
Lama Kegiatan
: 10 hari
Malang, 11 Mei 2010
Mengetahui,
Pembimbing
Ketua Pelaksana
NIM 0610710069
Menyetujui,
Ketua PKNM
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
dr. A. Chusnul Chuluq Ar, MPH
NIP 1951101 9198002 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberikan
gejala yang akan berlanjut untuk suatu organ seperti stroke (untuk otak), penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Hipertensi adalah penyebab utama stroke yang menyebabkan
angka kematian yang tinggi (Bustan, 1997).
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu satunya tanda pada
hipertensi primer. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul
dapat berbeda beda. Kadang kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah timbul komplikasi pada organ target seperti pada
ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing dan
migren dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak
jarang yang tanpa gejala (Suyono, 2001).
2.2 Klasifikasi Hipertensi
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee VI / JNC VI
(1997)
JNC VI mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan antihipertensi.
Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih
Kategori
Optimal
Normal
Normal-tinggi
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
Sistolik
(mmHg)
< 120
< 130
130 139
Hipertensi
140 159
160 179
180
Diastolik
(mmHg)
< 80
< 85
85 89
90 99
100 - 109
110
(1999)
Menurut Principles of Geriatrics Medicine and Gerontology (1999),
tekanan darah normal pada kelompok lanjut usia (Lansia) didefinisikan sebagai
berikut:
Usia
Pria
Sistolik
133-140
140-143
143
143
50-60 tahun
60-70 tahun
70-80 tahun
80-90 tahun
Diastolik
83-84
81-84
80-81
78-80
Wanita
Sistolik
Diastolik
136-144
83-85
144-158
81-83
155-158
80-81
149-155
80
renal,
hiperaldosteronisme
primer,
dan
sindrom
Cushing,
dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan
mendeteksi nol, nilai tersebut tidak punya banyak pengaruh.
Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem
yang bereaksi dengan cepat misalnya refleks kardiovaskular melalui sistem saraf,
refleks kemoreseptor, respons iskemia susunan saraf pusat dan refleks yang
berasal dari atrium, arteri pulmonalis dan otot polos.
Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstial yang
dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sistem kontrol yang
bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ terutama ginjal.
Pengendalian tekanan darah dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti
oleh sistem yang bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten
dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam
jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh
yang melibatkan berbagai organ.
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, soft drink dan cokelat adalah stimulant
ringan. Zat ini dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi dan
mengembirakan suasana hati. Tetapi kalau minum terlalu banyak dan ini gampang
sekali terjadi kafein membuat orang gampang kaget, tangan gemetar dan
kemungkinan tekanan darah juga akan meningkat. Kafein didalam 2-3 cangkir
kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg
dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai
hipertensi. Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak
mengkonsumsi sama sekali. Pada orang yang tidak minum kopi secara teratur atau
minum kopi melebihi biasanya, kafein dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah secara tajam tapi hanya untuk sementara.
2.
3.
asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari
menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam
antara 5 15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 20 %.
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Suyono, 2001).
2.5.7 Berat Badan Berlebih (Obesitas)
Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan faktor risiko lainnya dan
menimbulkan bahaya kesehatan yang serius. Ini adalah faktor penting dan
sekaligus satu-satunya faktor yang dikenal dan yang paling dapat dihindari, yang
berkontribusi pada perkembangan tekanan darah tinggi. Ini ditunjukan jelas oleh
penelitian Framingham, yang menunjukan bahwa orang yang berat badannya 20%
diatas normal memiliki risiko 3 kai lebih besar terkena tekanan darah tinggi
dibandingkan mereka yang berat badannya normal. Walaupun risiko hipertensi
meningkat dengan jumlah berat badan yang berlebihan, turunnya berat badan
dapat menurunkan tekanan bahkan menormalkannya (Wolff, 2007).
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur
pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT) untuk
menentukan berat badan berlebih pada orang dewasa. IMT merupakan indikator
yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi
digunakan IMT atau indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg)
dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2) (Sudoyo, 2006).
Tabel 2.3
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT menurut
WHO
Klasifikasi
Berat badan kurang
Kisaran normal
Berat badan lebih
Pra-Obes
Obes tingkat I
Obes tingkat II
Obes tingkat III
2.5.8 Kebiasaan Merokok
IMT (kg/m2)
< 18,5
18,5 24,9
> 25
25,0 29,9
30,0 34,9
35,0 39,9
> 40
3) 5 cangkir teh
4) 6 minum berkola
dengan hanya dengan sedikit usaha. Makin ringan kerja jantung untuk memompa
darah makin sedikit beban tekanan darah pada arteri.
Aktifitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 510 mmHg. Jika baru berisiko hipertensi, penurunan sebesar itu sudah cukup untuk
mencegah jangan sampai kondisi itu semakin berkembang. Jika sudah menderita
hipertensi, aktifitas fisik mungkin dapat membantu sehingga tak perlu
menggunakan obat penurun tekanan darah.
Selain membantu mengendalikan tekanan darah, aktivitas fisik yang
teratur juga mengurangi risiko serangan jantung, kolesterol tinggi, osteoporosis
dan beberapa jenis kanker. Setelah berolahraga, tekanan darah untuk sementara
akan rendah. Karena itu untuk memperoleh gambaran yang tepat, kalau ingin
memantau tekanan darah sendiri, lakukan pengukuran tekanan darah sebelum
mulai berolahraga, jangan sesudahnya (Sheps, 2005).
2.5.12 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih
(Almatsier,2003). Unsur gizi sering diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan
beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, disamping
diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu. Penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu seperti penyakit
jantung atau hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan lemak atau kolesterol
(Supariasa, 2002).
Tabel 2.3
Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri
STATUS
GIZI
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
BB/U
> 80 %
6180%
60 %
TB/U
> 85 %
71-85%
70 %
BB/TB
> 90 %
81-90%
80 %
LLA/U
> 85 %
71-85%
70 %
LLA/TB
> 85 %
76-85%
75 %
(Sumber : Puslitbang Gizi. 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan
Gizi. Bogor)
2.6.1 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar
lemak darah. Keadaan ini bisa memicu dan mempercepat proses perusakan
dinding arteri sehingga meningkatkan risiko terjadinya pembentukan plak dalam
arteri (aterosklerosis) sehingga menyebabkan arteri menyempit dan sulit
mengembang. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah (Noer, 2000).
2.6.2 Diabetes Mellitus
Kadar gula dalam darah yang berlebihan akan merusak organ dan jaringan
serta meningkatkan viskositas darah sehingga mempermudah terjadinya
aterosklerosis, penyakit ginjal dan penyakit arteria koronaria, dimana semua
penyakit ini mempengaruhi tekanan darah (Sheps, 2005).
2.6.3 Gagal Jantung
Merupakan keadaan dimana otot jantung rusak atau melemah. Hal ini
disebabkan adanya iskemik otot jantung sehingga menyebabkan jantung harus
bekerja lebih berat untuk memompa darah. Hipertensi yang tidak terkendali
menuntut jantung yang lemah untuk bekerja lebih keras melalui peningkatan
tahanan arteri (Sheps, 2005).
2.7 Komplikasi Hipertensi
2.7.1 Stroke
Stroke disebut juga serangan otak, merupakan sejenis cidera otak yang
disebabkan tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak sehingga
pasokan darah ke otak terganggu. Secara umum stroke dibedakan menjadi dua
jenis yaitu :
2.7.1.1 Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah jenis yang paling sering terjadi, meliputi 70-80 %
dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik biasanya mengenai bagian otak yang
disebut serebrum, yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa.
pembuluh pembuluh darah halus dibagian belakang mata (retina) akan terlihat.
Pada hipertensi tahap awal arteri arteri kecil ini dapat menebal dan sempit. Pada
akhirnya pembuluh pembuluh darah akan membentuk sumbatan yang menekan
vena sekitarnya dan mengganggu aliran darah dalam vena.
Hipertensi dapat juga menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina
robek dan darah serta cairan merembes ke jaringan sekitarnya.
Pada keadaan berat, saraf yang membawa sinyal sinyal dari mata ke otak
(saraf optik) akan mulai membengkak. Ini bisa menyebabkan kebutaan.
Kerusakan pada retina dapat dihindari dengan pengendalian hipertensi (Sheps,
2005).
2.8 Pencegahan Hipertensi
Ada beberapa hal yang dapat diikuti bagi pencegahan hipertensi. Salah
satunya ialah perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup adalah penting bagi
kelompok yang mempunyai faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah
seperti usia, riwayat keluarga dan ras. Konsumsi garam (sodium) harus kurang
dari 2300 mg per hari, yang bersamaan dengan kira-kira satu sendok teh. Diet
rendah sodium dapat mengurangkan kenaikkan tekanan darah. (Whelton dkk,
2002)
Selain itu, aktivitas fisik adalah salah satu langkah penting dalam
pencegahan hipertensi. Senam yang meningkatkan denyut jantung dapat
mencegah hipertensi. Aktivitas moderat (berjalan, membuat pekerjaan rumah)
sekurang-kurangnya 30 menit per hari cukup untuk meningkatkan denyut jantung
seseorang. Pakar menyarankan aktivitas moderat sekurang-kurangnya untuk 2
jam per minggu. (Whelton dkk, 2002).
Konsumsi diet yang mengutamakan makanan rendah lemak misalnya
buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, bijian, produk susu rendah lemak adalah
salah satu modifikasi diet penting dalam pencegahan hipertensi. Selain itu,
konsumsi kalium dan kalsium dari diet dalam jumlah yang cukup menunjukkan
faktor penting dalam usaha pencegahan hipertensi. Jumlah rekomendasi kalsium
per hari pada orang yang berusia 50 tahun ke atas adalah 1,200 mg. Kebanyakkan
sayuran, buah buahan dan ikan adalah sumber kalium yang baik. Manakala,
sumber kalsium bisa didapatkan dari produk susu rendah lemak. (Whelton dkk,
2002).
Tekanan darah meningkat dengan peningkatan berat badan. Obesitas
meningkatkan risiko hypertensi. Maka, berat badan yang sehat iaitu BMI 18.5
24.9 dapat mencegah hipertensi. (Whelton dkk, 2002). Insiden hipertensi
meningkat bagi mereka yang merokok 15 batang rokok atau lebih per hari.
Sebatang rokok dapat meningkatkan tekanan darah sebanyak 5 10 mm Hg.
Penghentian merokok juga penting dalam langkah pencegahan hipertensi. (Larsen,
2010).
Penelitian menunjukkan konsumsi kafein dari 5 cawan kopi setiap hari
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada Lansia yang mempunyai
hipertensi. Kafein ialah stimulan yang meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat
justru meningkatkan konstriksi pembuluh darah. Ini menunjukkan bahawa
pengurangan konsumsi kopi dapat mengurangkan angka kasus hipertensi. (Weber,
2007)
Pengurangan stres dan manajemen stres yang baik dapat membantu dalam
mengurangkan tekanan darah. Manajemen stres yang baik adalah dengan
mengenal tanda tanda stres secara dini, mencari punca dari stres tersebut dan
mengatasinya secara efektif dan efisien. Jika stres tidak dapat diatasi, maka cara
yang terbaik adalah menghadapinya dengan tenang melalui teknik teknik
relaksasi misalnya senam pernafasan, pergerakan fisik dan meditasi. (Whelton
dkk, 2002).
Suplementasi vitamin C (asam askorbik) dan minyak ikan dapat
menurunkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahawa radikal bebas
memainkan peran penting dalam hipertensi. Kadar plasma asam askorbik yang
tinggi dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 5 mm Hg.
Selain itu, minyak ikan yang mengandungi omega 3 asam lemak tak jenuh
ganda, eicosapentaenoic dan asam docosahexaenoic bisa menurunkan tekanan
darah. Suplementasi minyak ikan sebanyak
melalui modifikasi diet dan gaya hidup tanpa obat obatan hipertensi. (Whelton
dkk, 2002).
BAB III
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada 30 Lansia yang
mengalami hipertensi di Dusun Karang Ampel, didapatkan masalah yang terjadi
yaitu kurangnya kebiasaan berolahraga (60%), kurangnya kebiasaan berekreasi
(80%), kurangnya kesadaran melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin (80%),
kebiasaan minum kopi (80%) dan makan makanan berminyak (80%), kebiasaan
merokok (60%), kurangnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (67%),
kurangnya program pelayanan kesehatan untuk Lansia (80%), kurangnya sumber
informasi kesehatan untuk Lansia (80%). Berdasarkan masalah-masalah tersebut
diatas, ditemukan 2 diagnosis komunitas yaitu :
1. Resiko tingginya kejadian komplikasi pada Lansia dengan hipertensi di
Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro.
2. Kurangnya pengetahuan mengenai hipertensi pada Lansia dengan
hipertensi di Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro.
Penentuan prioritas diagnosis komunitas ditentukan dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Prioritas diagnosis komunitas
pada Lansia dengan hipertensi di Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro
dirumuskan dalam seperti Tabel 3.1 dibawah :
Tabel 3.1 Prioritas Diagnosis Komunitas pada Lansia dengan Hipertensi
NO
1
MASALAH
Resiko tingginya kejadian komplikasi pada
U
1
S
1
G
1
TOTAL
3
Resiko Tinggi
Komplikasi
Hipertensi
Demo masak
Penyuluhan
Tensi &
konsultasi
gratis
Senam
Lansia
Nikotin
pencetus
epinefrin
vasokontriksi
Kebiasaan
merokok
Stimulan (kafein)
menyebabkan
vasokonstriksi
Beban kerja
jantung meningkat
Kurangnya
olah raga
Keterangan:
: Proses penyakit
: Intervensi
Kurangnya kesadaran
pemeriksaan tekanan
darah rutin
BAB IV
METODE KEGIATAN
4.1 Waktu Kegiatan
Kegiatan PKNM secara keseluruhan dilaksanakan mulai tanggal 9 April
2010 sampai tanggal 8 Juni 2010. Kegiatan di lapangan dilaksanakan mulai
tanggal 7 Mei 2010 sampai 29 Mei 2010.
4.2 Lokasi Kegiatan
Kegiatan penyuluhan akan dilakukan di tiga tempat, yaitu :
1.
Musholla Dusun Karang Ampel.
2. Balai Desa Karang Widoro.
4.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah Lansia dengan hipertensi Dusun Karang Ampel
Desa Karang Widoro.
4.4 Metode yang Digunakan
No. Waktu Lokasi
1 5 Mei Musholla
Sasaran
Peserta
Kegiatan
Pemeriksaan
Metode
Pemeriksaan
Media
Tensimeter
Dusun
Tahlilan
Tekanan Darah
tekanan
Stetoskop
Karang
darah
Ampel
7 Mei Musholla
2
Peserta
Gratis
Penyuluhan
Konsultasi
Presentasi
2010
Dusun
Tahlilan
Mengenai
Sesi
Karang
Kelompok Hipertensi
Jawab
Ampel
7 Mei Musholla
2
Peserta
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Tensimeter
2010
Dusun
Tahlilan
Tekanan Darah
tekanan
Stetoskop
Karang
darah
Ampel
13 Mei Musholla
3
Peserta
Gratis
Pemeriksaan
Konsultasi
Pemeriksaan
Tensimeter
2010
Dusun
Tahlilan
Tekanan Darah
tekanan
Stetoskop
Karang
2010
darah
LCD
Tanya
Ampel
14 Mei Musholla
1
Peserta
Gratis
Demo Senam
2010
Dusun
Tahlilan
Lansia
Karang
Konsultasi
Demonstrasi
LCD
LCD
Ampel
14 Mei Musholla
2
Peserta
Penyuluhan
Presentasi
2010
Dusun
Tahlilan
Mengenai
Sesi Tanya
Karang
Kelompok Hipertensi
Jawab
Ampel
20 Mei Musholla
3
Peserta
Penyuluhan
Presentasi
2010
Dusun
Tahlilan
Mengenai
Sesi Tanya
Karang
Kelompok Hipertensi
Jawab
Ampel
21 Mei Musholla
1
Peserta
Demo Senam
Demonstrasi
LCD
2010
Dusun
Tahlilan
Lansia
Karang
Alat
LCD
Ampel
23 Mei Balai
3
Lansia
Demo Masak
2010
Desa
Dusun
Makanan Sehat
bahan
Karang
Karang
Rendah Garam
memasak
Widoro
Ampel
dan Rendah
Desa
Lemak
Karang
10
27 Mei Musholla
Widoro
Peserta
Demo Senam
2010
Dusun
Tahlilan
Lansia
Karang
Ampel
Demonstrasi
LCD
dan
BAB V
RANCANGAN EVALUASI
No
Intervensi
Target
Monitoring
Evaluasi
1.
Pemeriksaan Tekanan
Darah dan Konsultasi
Gratis
Mendeteksi tekanan
darah yang tinggi pada
Lansia
Kriteria Tekanan
Darah tinggi pada
Lansia
Antusias Lansia,
keikutsertaan
Lansia di
kegiatan
2.
Penyuluhan
Peningkatan
Tanya jawab
Kemampuan
Mengenai Hipertensi
pengetahuan dan
sebelum dan
Lansia untuk
pemahaman Lansia
sesudah
menjawab
Demo Masak
tentang hipertensi
Lansia mampu untuk
penyuluhan
Perwakilan
pertanyaan
2 orang
Makanan Sehat
perwakilan
Lansia mampu
Rendah Lemak
lemak
mempraktekkan
3.
demo masak
4.
Perwakilan
dengan benar
2 orang
Lansia mampu
Pembagian Vitamin
mempraktekkan senam
perwakilan
Lansia mampu
mempraktekkan
senam Lansia
dengan benar
BAB VI
JADUAL PELAKSANAAN
Tgl
Waktu
5 Mei 16.00-
Sasaran
Peserta
Tempat
Musholla Pemeriksaan
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
17.30
Kegiatan
Tekanan
Darah
dan
Konsultasi
7 Mei 16.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
Ampel
17.30
Menjelaskan
Faktor
Resiko
7 Mei 16.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
17.30
Darah
dan
Konsultasi
13 Mei 19.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
20.30
Konsultasi
14 Mei 16.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
Ampel
17.30
Menjelaskan Pentingnya
Berolahraga
Pembagian Vitamin
Diberikan
dalam
14 Mei 16.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
Ampel
17.30
Menjelaskan
Faktor
Resiko
20 Mei 19.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
Ampel
20.30
Menjelaskan
Faktor
Resiko
21 Mei 16.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
Kelompok
Karang
Ampel
17.30
Menjelaskan Pentingnya
Berolahraga
Pembagian Vitamin
23 Mei 10.00-
Lansia
Balai
2010
Dusun
Desa
Karang
Karang
Ampel
Widoro
selesai
Desa
Karang
Menunjukkan
Cara
Memasak
Widoro
27 Mei 19.00-
Peserta
2010
Tahlilan
Dusun
20.30
Kelompok
Karang
Ampel
dan Mudah
Menjelaskan Pentingnya
Berolahraga
Pembagian Vitamin
BAB VII
RENCANA ANGGARAN BIAYA
1. Biaya fotokopi
2. Snack untuk acara penyuluhan
3. Bahan memasak untuk acara demo masak
4. Biaya pembelian vitamin
5. Biaya lain-lain
TOTAL
Rp 50.000,00
Rp 100.000,00
Rp 50.000,00
Rp 250.000,00
Rp 200.000,00 +
Rp 650.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bustan, M. N. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Craig,
W.
2007.
Does
Caffeine
Increase
Blood
Pressure?
http://highbloodpressure.about.com/od/prevention/a/caffeine.htm. Diakses
pada 6 Mei 2010.
H.
R.
2010.
Treatment
of
Hypertension
http://www.yourhealthbase.com/hypertension.html. Diakses pada 6 Mei
2010.