You are on page 1of 4

Detektor Geiger Muller

Ahmad Ridwan Sidiq*, Lits Nur H, Ririn Nurjanah, dan Triapani Gilang M
1

Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H Nasution No. 105 Bandung 40614
* Email: ahmad.physic22@gmail.com.com

Abstrak. Telah dilakukan percobaan Geiger muller dengan tujuan menentukan Jenis Ionisasi Radiasi Yang Terdeteksi
Oleh Detektor Geiger Muller, menentukan Energi Radiasi dari Sumber Radiasi Yang Terdeteksi Oleh Detektor Geiger
Muller dan menentukan Kurva tegangan terhadap Sumber Radiasi Yang Digunakan. Sumber radaisi yang digunakan
adalah Cobalt-60, Radium-226, Ameresium 241, dan Ameresium 241++. Setelah kita setting peralatan, kita dapat
melihat karakteristik interaksi antara sumber radiasi dengan detector Geiger muller dalam tampilan osiloskop, terlihat
apabila jarak nya bertambah, maka tegangan osiloskop juga meningkat. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah
pasangan ion yang terbentuk. Apabila kita membandingkan hasil percobaan dari sumber yang berbeda, terlihat bahwa
Cobalt-60 memiliki tegangan paling tinggi, dan Ameresium 241++ memiliki tegangan yang paling rendah.
Kata kunci: Geiger Muller, Ionisasi, sumber radiasi.

PENDAHULUAN
Geiger-Muller counter dikembangkan pada
tahun 1928 oleh HW Geiger dan rekannya W. Mller.
Hingga saat ini Percobaan Geiger muller sangat
diperlukan untuk mendeteksi radioaktif. Bahkan untuk
mencatat radiasi dengan kekuatan pengion satu menit.
Counter tube terdiri dari sebuah tabung dengan kawat
tipis terisolasi dan tersuspensi dalam porosnya dan
diisi dengan gas inert pada tekanan sekitar 100 mbar.
Dalam perkembangannya detektor nuklir
dikelompokkan menjadi 4 yakni detektor isian gas,
detektor sintilasi, detektor semikonduktor dan detektor
neutron. Detektor isian gas terdiri dari detektor kamar
ionisasi, detector proporsional dan detektor GeigerMueller.

tambahan energi kinetik yang cukup besar, sehingga


gerak ion-elektron dalam perjalanannya menuju
elektrode (ion menuju katode dan elektron ke arah
anode) dapat mengionisasi gas isian sehingga
pasangan ion elektron sekunder dan bila ion-elektron
sekunder masih kelebihan energi akan menumbuk gas
isian lagi yang menyebabkan ionisasi tersier dan
seterusnya, dan akhirnya akan terjadi jumlah pasang
ion-elektron yang banyak sekali atau sering disebut
peristiwa avalanche. Pengumpulan elektron pada
anode, selanjutnya dikeluarkan melewati tahanan
sehingga timbul denyut atau pulsa listrik yang
besarnya sebanding dengan intensitas radiasi yang
datang.

Suatu zat radioaktif yang meluruh akan


mengikuti hukum radioaktivitas yang pada dasarnya
adalah suatu anggapan bahwa peluruhan akan
mengikuti distribusi statistik. Hal ini disebabkan
karena sulit untuk mengetahui bagian atom yang mana
yang akan meluruh pada saat berikutnya. Oleh karena
itu untuk memudahkan porhitungan dikenal suatu
tetapan peluruhan yang besarnya tergantung pada jenis
zat radioaktif yang bersangkutan.
Prinsip kerja detektor Geiger-Muller adalah
memanfaatkan adanya proses ionisasi sekunder yang
berasal dari ionisasi primer akibat interaksi zarah
radiasi dengan medium gas isian detektor setelah
diberi beda potensial tertentu. Adanya beda potensial
pada anode dan katode akan menimbulkan medan
listrik sehingga pasangan ion-elektron mendapat

GAMBAR 1. Prinsip Kerja Tabung Geiger Muller

Karena gerak ion positif ke dinding tabung


(katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat membentuk
semacam lapisan pelindung positif pada permukaan
dinding tabung. Keadaan yang demikian tersebut

dinamakan efek muatan ruang atau space charge


effect. Tegangan yang menimbulkan efekmuatan ruang
adalah tegangan maksimum yang membatasi
berkumpulnya elektronelektron pada anoda. Dalam
keadaan seperti ini detektor tidak peka lagi terhadap
datangnya zarah radiasi. Oleh karena itu efek muata
ruang harus dihindari dengan menambah tegangan V.
penambahan tegangan V dimaksudkan supaya terjadi
pelepasan muatan pada anoda sehingga detektor dapat
bekerja normal kembali. Pelepasan muatan dapat
terjadi karena elektron mendapat tambahan tenaga
kinetic akibat penambahan tegangan V.
Kelebihan Detektor Geiger Muller:

Konstruksi simple dan Sederhana

Biaya murah

Operasional mudah

Kekurangan Detektor Geiger Muller:

Tidak dapat digunakan untuk spektroskopi


karena semua tinggi pulsa sama.

Efisiensi detektor lebih buruk jika


dibandingkan dengan detektor jenis lain.

Resolusi detektor lebih rendah.

Waktu mati besar, terbatas untuk laju cacah


yang rendah.

METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan

Tabung Geiger Muller


Osiloskop
Power Supply Tegangan Tinggi
Rangkaian Amplifier
Tiang stand
Klip penjepit
Kabel penghubung
Sumber Radiasi (Co-60, Ra-226, Am-241, Am241++)

Prosedur Percobaan:
1.
2.

Susunlah alat dan Bahan


Hubungkan Tabung G.M dengan Pre Amp
Input .
3. Pre amp juga telah dihubungkan dengan
power supply tegangan tinggi.
4. Output pre amp telah dihubungkan secara
langsung ke osiloskop (Gunakan kabel
penghubung untuk menghubungkan semua
komponen)
5. Jarak antara sumber radiasi dan detektor
diatur ( jarak diatur sedemikian rupa sehingga
sumber dapat terdeteksi, gunakan d<5cm)
6. Set-up tegangan sumber sebagai tegangan
maksimal
7. Nyalakan osiloskop , atur osiloskop
8. Tentukan tinggi pulsa pada osiloskop ( disini
digunakan tegangan puncak pada osiloskop)
9. Lakukan hal yang sama untuk sumber radiasi
yang lain
10. Catat tinggi pulsa untuk setiap sumber yang
berbeda

HASIL DAN DISKUSI


Suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis
radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang
lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum
tentu dapat mendeteksi radiasi neutron. Detektor
radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang
disebabkan oleh penyerapan energi radiasi oleh
medium penyerap.
Dalam Percobaan ini digunakan sumber
radiasi Kobalt-60, Radium-226, Ameresium-241, dan
Ameresium 241++ untuk menentukan kurva tegangan.
Berikut adalah tabel pengamatan dalam
percobaan Geiger muller:
TABEL 1. Pengamatan Co-60.
d (m)
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05

Vp (mv)
15.4
11
14.8
13.6
16.2

Vo (mv)
7.337
7.337
7.337
7.337
7.337

TABEL 2. Pengamatan Ra-226


d (m)
Vp (mv)
Vo (mv)
0.01
19.4
7.586
0.02
11.4
7.744
0.03
13.6
7.903

Vs (v)
644
644
644
644
644
Vs (v)
619
619
619

Vt(mv)
8.6
10.4
16.2
10.4
19.2
Vt(mv)
6.9
13.4
8.8

0.04
0.05

15.2
13.8

8.182
8.776

TABEL 3. Pengamatan Am-241


d (m)
Vp (mv)
Vo (mv)
0.01
15.4
6.625
0.02
11.4
6.856
0.03
12
7.478
0.04
7.6
8.888
0.05
12.2
8.901
TABEL 4 Pengamatan Am-241++
d (m)
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05

Vp (mv)
16
12.2
14.8
13.2
8.2

Vo (mv)
5.713
6.849
7.352
8.071
8.788

619
619

9.6
11.4

Vs (v)
625
625
625
625
625

Vt(mv)
8.8
9.2
14.2
11.4
10.4

Vs (v)
625
625
625
625
625

Vt(mv)
6.8
13.4
10.8
10
10.8

Terlihat dari tebel pengamatan, ketika jarak


sumber radiasi ke detektor mempengaruhi nilai Vo
sumber. Apabila radiasi (pengion) berinteraksi dengan
atom dan molekul di dalam suatu materi, maka
sebagian atau seluruh energinya akan berpindah,
sehingga energinya menjadi berkurang. Partikel
bermuatan listrik akan berinteraksi langsung dengan
elektron dalam suatu atom secara elektromagnetik.
Pada kondisi tersebut akan terbentuk ion positif dan
elektron bebas.
Ada radiasi yang bersifat pengion langsung
dan pengion tak-langsung. Radiasi pengion langsung
adalah partikel bermuatan listrik (alpha, beta dan lainlain.) yang secara langsung menyebabkan terjadinya
ionisasi pada atom atau molekul dalam suatu materi.
Berbeda
dengan
hal
tersebut,
gelombang
elektromagnetik seperti sinar X dan gamma (termasuk
foton), akan berinteraksi dengan elektron dalam suatu
atom melalui peristiwa fotolistrik dan hamburan
Compton. Sedangkan neutron yang merupakan
partikel tidak bermuatan listrik akan menimbulkan
radiasi partikel bermuatan melalui interaksinya dengan
inti atom. Di sini partikel bermuatan yang dihasilkan
secara sekunder oleh partikel neutron berperan pada
proses ionisasinya. Jenis radiasi ini disebut radiasi
pengion tak langsung. Interaksi radiasi dengan materi
secara umum mengakibatkan sekumpulan kejadian
yang berhubungan dengan ionisasi, disosiasi, dan
rekombinasi.

Berikut adalah grafik hasil percobaan Geiger


muller:

Gambar 2. Grafik amplitudo sumber radiasi


Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa
kobalt-60 memiliki tegangan paling tinggi, dan
Ameresium-241++ memiliki tegangan yang paling
rendah. Dari perbedaan nilai tegangan ini kita dapat
memperdiksi jumlah pasangan ion-elektron yang
terbentuk. Apabila tegangan tinggi, maka jumlah
pasangan ion semakin banyak. Karena ada hubungan
yang sebanding antara teganagan dengan jumlah
pasangan ion yang terbentuk. Hasil percobaan kami
menunjukkan bahwa kobalt memiliki paling banyak
pasangan ion yang terbentuk, dan Ameresium-241++
memiliki pasangan ion yang paling sedikit.
Dari jumlah pasangan ion yang terbentuk kita
juga dapat memprediksi energi dari sumber radiasi.
Terdapat persamaan yang menyatakan ketika jumlah
pasangan ion yang terbentuk semakin banyak, maka
energi yang dimiliki sumber radiasi besar. Apabila kita
tinjau kembali penjelasan diatas, maka Kobalt-60
memiliki energi yang paling besar, dikarenakan
pasangan ion yang terbentuk paling banyak. Dan
Ameresium-241++ memiliki energi yang paling
rendah, dikarenakan jumlah pasangan ion yang
terbentuk paling sedikit.
Dari energi yang dimiliki sumber radiasi kita
dapat menentukan jenis ionisasi dari sumber. Energi
paling besar dimiliki oleh ionisasi gamma, energi yang
paling rendah dimiliki oleh ionisasi alpa. Dari
percobaan kami kobalt-60 termasuk ionisasi gamma,
dikarenakan memiliki energi paling besar, dan ketiga
sumber yang lain termasuk kedalam ionisasi alpa,
karena energi yang dimiliki sumber rendah.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan Geiger
muller ini adalah, besarnya energi sumber radiasi
ditentukan oleh jumlah pasangan ion yang terbentuk,
dan pasangan ion terbentuk dipengaruhi oleh besarnya
tegangan yang diberikan. Dapat disimpulkan juga
bahwa kobalt-60 termasuk ionisasi gamma, Radium226 termasukn ionisasi alpa, Ameresium-241 termasuk
ionisasi alpa, dan Ameresium-241++ termasuk ionisasi
alpa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami sampaikan untuk
Bapak M. Nurul Subkhi, M.Si, selaku dosen Fisika
Radiasi yang telah memberikan bimbingan dalam
pelaksanaan percobaan Geiger muller, tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan fisika yang
telah membantu dalam percobaan ini.

REFERENSI
1. Burnham,

J.U, Raidation Protection, new


Brunswick power corporation, 1992
2. C. K. Hargrove, Neutron Spectrum Of An Am 241
Source. Division of Applied physic, National
Research Council of Canada.
3. M. K. Faiz, The Physic of Radiation Therapy,
Department of Therapeutic Radiology, University
of Minnesota Medical School, Minneapolis,
Minnesota. 2010.
4. SAYONO, Pembuatan detektor Geiger-Mueller
Tipe Jendela Samping Dengan Gas Isian
Neon
Dan
Br,
Tugas
Akhir
DIII,
PATNPUSDIKLAT BATAN, Yogyakarta (1991) 12, 19-21, 37-60.
5. WISNU ARYA W., Teknologi Nuklir, Proteksi
Radiasi dan Aplikasinya, Penerbit Andi,
Yogyakarta (2007) 209-121
6. Surahkman., Pembuatan Detektor Geiger-Mueller
Tipe Jendela Samping Dengan Gas Isian Argon
Etanol. STTN-BATAN Yogyakarta (2009) 176.
7. Kholimatussadiah S. Eksperimen Detektor Geiger
muller. Fisika Universitas Airlangga (2010)

You might also like