Professional Documents
Culture Documents
Tuberkulosis Paru
pada Penderita Diabetes Melitus
Indra Wijaya
Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan,
RS Siloam Karawaci, Tangerang, Indonesia
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) paru dan Diabetes Melitus (DM) merupakan dua masalah kesehatan yang cukup besar secara epidemiologi dan berdampak
besar secara global karena keduanya merupakan penyakit kronik dan saling berkaitan. Tuberkulosis paru tidak akan sembuh dengan baik
pada diabetes yang tidak terkontrol. TB paru pada penderita DM mempunyai karakteristik berbeda, sehingga sering tidak terdiagnosis dan
terapinya sulit mengingat interaksi obat TB dan obat antidiabetik oral. Studi TB paru pada penderita DM telah banyak dilakukan, namun tetap
ada kendala diagnosis, terapi, ataupun prognosisnya.
Kata kunci: Tuberkulosis paru, diabetes melitus
ABSTRACT
Pulmonary Tuberculosis (TB) and Diabetes Mellitus (DM) are chronic diseases and closely related, both are major epidemiological problems
with significant impact in global burden of disease. Pulmonary tuberculosis will be difficult to treat in uncontrolled diabetes. Pulmonary TB
in diabetic patient has different characteristics, sometimes misdiagnosed; and antituberculosis drugs may interact with oral antidiabetics.
Many studies on pulmonary TB in diabetic patients have been done but there will always be a problem in diagnosis, treatment, and its
prognosis. Indra Wijaya. Pulmonary Tuberculosis in Diabetes Mellitus.
Keywords: Pulmonary tuberculosis, diabetes mellitus
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) dikenal sebagai pembunuh
utama di antara penyakit infeksi bakterial di
dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (M.Tb), yang
berbentuk batang, bersifat aerob dan tahan
asam. Di Indonesia, TB merupakan masalah
utama kesehatan masyarakat dan merupakan
negara dengan penderita kelima terbanyak
di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan,
dan Nigeria.1 Tuberkulosis paru menyerang
9,4 juta orang dan telah membunuh 1,7 juta
penduduk dunia setiap tahunnya.3,4
Meskipun strategi kontrol kasus TB paru
cukup berhasil, World Health Organization
(WHO) menduga pengendalian TB paru
makin dipersulit dengan peningkatan jumlah
penderita diabetes melitus (DM). Hubungan
antara TB paru dan DM sebenarnya sudah
dilaporkan sejak tahun 1000 M. Tahun 1883,
Alamat korespondensi
412
email: leon_natan@yahoo.com
All persons
General
population
People
with diabetes
General
population
People
with diabetes
Age, years
<15
1534
3554
5574
Male
Female
75
Sex
2599/100000
100/100000
TB, tuberculosis
Tabel 2. Risiko tuberkulosis pada diabetes11
Total tested, n
Normal FBG (<110 mg%)
Cases n (%)
Control n (%)
454
556
OR (95% CI)
379 (83)
533 (96)
1.0*
15 (3)
5 (1)
4.2 (1.511.7)
60 (13)
18 (3)
4.7 (2.78.1)
415
413
No glucosuria
372 (90)
398 (96)
1.0*
Glucosuria
43 (10)
15 (4)
3.1 (1.75.6)
Total tested, n
Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik
yang berkaitan dengan gangguan fungsi
imunitas tubuh, sehingga penderita lebih
rentan terserang infeksi, termasuk TB paru.
Penyebab infeksi TB paru pada penderita DM
adalah karena defek fungsi sel-sel imun dan
mekanisme pertahanan tubuh, termasuk
gangguan fungsi dari epitel pernapasan
serta motilitas silia. Paru pada penderita
DM akan mengalami perubahan patologis,
seperti penebalan epitel alveolar dan lamina
basalis kapiler paru yang merupakan akibat
sekunder dari komplikasi mikroangiopati
sama seperti yang terjadi pada retinopati
dan nefropati. Gangguan neuropati saraf
autonom berupa hipoventilasi sentral dan
sleep apneu. Perubahan lain yang juga terjadi
yaitu penurunan elastisitas rekoil paru,
penurunan kapasitas difusi karbonmonoksida, dan peningkatan endogen produksi
karbondioksida.17 Tabel 3 adalah beberapa
pengaruh DM terhadap imunitas tubuh
dan fungsi pulmonal yang menyebabkan
terjadinya rentan infeksi.
Sel-sel efektor yang sering berkontribusi
terhadap infeksi M. tuberculosis adalah
fagosit, yaitu makrofag alveolar, perkursor
monosit, dan limfosit sel-T. Makrofag alveolar,
berkolaborasi dengan limfosit sel-T, berperan
Tabel 3. Defek imunologi dan fungsi fisiologi pulmonal pada penderita diabetes melitus2
Kelainan Imunologi
413
Patients with TB
who did not have DM (n=540)
Characteristic
Male sex
55.3
51.9
45.0 (39.852.0)
27.0 (22.035.0)
History of TB contact
44.7
52.4
6.4
4.8
8 (412)
8 (416)
Cough
98.9
97.8
Hemopthysis
42.6
40.7
Dyspnea
69.1
63.7
Fever
80.9
73.9
Night sweats
79.8
70.2
Weight lossa
96.8
80.4
63.8
48.5
21.2 (18.922.8)
17.5 (16.019.1)
45.7
29.4
43.6
42.6
Advancedc
52.6
50.9
Cavity presentd
40.0
52.4
29.8
38.9
13.1
7.0
86.9
93.0
INH resistant
5 (8.9)
42 (15.4)
RIF resistant
1 (1.8)
18 (6.6)
MDR
1 (1.8)
13 (4.8)
13.1 (11.613.8)
11.9 (10.613.1)
8.7 (10.013.5)
10.8 (8.713.1)
93 (66110)
82 (55108)
49 (2784)
56 (2686)
215 (154290)
81 (7290)
Note. Date are precentage of patients, unless otherwise indicated. BCG, bacille Calmette-Guerin; BMI, body mass index
(calculated as the weight in kilograms devided by the square of height in meters);
414
INFECTIONS
Gambar 3. Patofisiologi dari infeksi yang berkaitan dengan DM18
415
DAFTAR PUSTAKA
1.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Tuberkulosis: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika; 2011.
2.
3.
International Diabetes Federation. Diabetes and tuberculosis [Internet]. 2013 [cited 2013 June 02]. Available from: http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes-and-tuberculosis.
4.
World Health Organization. Global tuberculosis control: 2010. Geneva: World Health Organization; 2010.
5.
Dooley KE, Chaisson RE. Tuberculosis and diabetes mellitus: Convergence of two epidemics. Lancet Infect Dis. 2009;9(12):737-46.
6.
Bukhary ZA. Rediscovering the association between tuberculosis and diabetes mellitus: A perspective. J T U Med Sc. 2008;3(1):1-6.
7.
World Health Organization. Global tuberculosis report: 2012. France: World Health Organization; 2012.
8.
Leung CC, Lam TH, Chan WM, Yew WW, Ho KS, Leong GM, et al. Diabetic control and risk of tuberculosis: A cohort study. Am J Epidemiol. 2008;167:1486-94.
9.
Restrepo BI, Fisher-Hoch SP, Crespo JG, Whitney E, Perez A, Smith B, et al. Type 2 diabetes and tuberculosis in a dynamic bi-national border population. Epidemiol Infect. 2007;135:48391.
10. Dobler CC, Flack JR, Marks GB. Risk of tuberculosis among people with diabetes mellitus: An Australian nationwide cohort study. BMJ Open 2012;2:1-8.
11. Alisjahbana B, Crevel RV, Sahiratmadja E, den Heijer M, Maya A, Istriana E, et al. Diabetes Mellitus is strongly associated with tuberculosis in Indonesia. Int J Tuberc Lung Dis. 2006;10(6):696700.
12. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI; 2011.
13. Niazi AK, Kalra S. Diabetes and tuberculosis: A review of the role of optimal glycemic control. J Diab & Metabolic Disord. 2012;11:28.
14. Rammamurti T. Pathology of mycobacterial infection in diabetes. Int J Diab Dev Countries 1999;19:56-60.
15. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus. J Indon Med Assoc. 2011;61(4):173-8.
16.
Nasution EJS. Profil penderita tuberkulosis paru dengan diabetes melitus dihubungkan dengan kadar gula darah puasa. 2007.
17. Wulandari DR, Sugiri YJ. Diabetes melitus dan permasalahannya pada infeksi tuberkulosis. J Respir Indon. 2013;33(2):126-34.
18. Casqueiro J, Casqueiro J, Alves C. Infections in patients with diabetes mellitus: A review of pathogenesis. Indian J Endocrinol Metab. 2012;16(1):S27-S36.
19. Broxmeyer L. Diabetes mellitus, tuberculosis and the mycobacteria: Two millennia of enigma. J Mehy. 2005;2-6.
20. Alisjahbana B, Sahiratmadja E, Nelwan EJ, Purwa AM, Ahmad Y, Ottenhoff TH, et al. The effect of type 2 diabetes mellitus on the presentation and treatment response of pulmonary
416
417