Professional Documents
Culture Documents
(Hevea brasiliensis)
Disusun oleh :
1. Destara Twinka Putra
2. Rizqika Nur Amanah
3. Yeyen Ami Kurniawati
H0714028
H0714124
H0714154
gota,
kejai
ataupun
hapea. Karet
merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini
terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen
yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi,
dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet
sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia.
Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan
baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam
dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi
perkebunan.
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai
umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman
dapat mencapai 20 meter. Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai
respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
(kekurangan air/kemarau). Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran
yang ekstensif/menyebar cukup luas. Akar ini juga digunakan untuk
menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada
perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum
menghasilkan selama lima tahun dan sudah mulai dapat disadap pada awal
tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15
sampai 20 tahun.
Karet menjadi salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai
sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang
cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Sesuai habitat
aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet
juga cocok ditanam di Indonesia yang sebagian besar di Sumatera Utara dan
Kalimantan.
Luas areal perkebunan karet di Indonesia tahun 2008 tercatat mencapai
lebih dari 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan
perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik
swasta
serta 7% perkebunan besar milik negara. Hasil studi REP (Rubber Eco
Project) meyatakan bahwa permintaan karet dunia pada tahun 2035 adalah
sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan non ban sedangkan permasalahan
karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang
dihasilkan khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran, produksi
karet rakyat hanya 600-650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian, peranan
Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih dengan
memperbaiki
teknik
budidaya
dan
pascapanen/pengolahan,
sehingga
217, PB 260.
Klon penghasil lateks dan kayu : AVROS 2037, BPM 1, IRR 5, IRR
32, IRR 39, IRR 112, IRR 118, PB 330, PB 340, RRIC 100.
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.
a. Menyiapkan Batang Bawah
Persiapan batang bawah adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh bibit yang perakarannya kuat dan daya serap hara yang
baik. Batang bawah berasal dari biji tanaman karet yang memiliki
daya kecambah baik. Penyiapan batang bawah meliputi kegiatan
seleksi biji, pengecambahan, dan penyemaian. Biji karet yang
memiliki daya kecambah baik adalah yang berkulit luar mengkilap
dan jika dijatuhkan di ubin dan memantul berarti keadaannya cukup
baik.
b. Menyiapkan Batang Atas
Klon karet yang akan dijadikan batang atas dipilih sesuai
dengan rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai provinsi.
Batang atas bisa diambil dari pohon induk atau tanaman karet yang
ditanam secara khusus untuk menghasilkan batang atas dilakukan
dengan cara memotong ranting-ranting tanaman karet seukuran
pergelangan tangan.
c. Okulasi
1) Persyaratan okulasi
Prinsip dasar yang harus dimengerti agar kegiatan okulasi
berhasil sebagai berikut:
a) Ketika proses penempelan tidak boleh mengalami geseran
sedikitpun.
b) Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada batang bawah
dalam keadaan basah.
c) Peralatan atau pisau okulasi harus tajam dan bersih atau
steril.
hanya
batang
karet
jalan antar blok, jalan kontrol, dan jalan pengangkutan lateks. Pembuatan
jalan di lahan berkontur miring memerlukan perencanaan dan pemikiran yang
matang. Jika tanahnya berbukit-bukit, jalan yang dibuat tidak boleh menanjak
tajam karena bisa menimbulkan kecelakaan fatal.
D. Penanaman
Selain
dapat
ditanam
secara
monokultur
karet
juga
dapat
setiap
jenis tanaman harus ditentukan jarak tanam optimal. Untuk tanaman karet,
jarak tanam optimal tersebut adalah 3x7 meter jika ditanam secara
monokultur.
Penanaman karet secara monokultur bisa menggunakan jarak tanam
berbentuk segitiga tidak teratur. Jarak tanam segitiga teratur hanya bisa
diterapkan di lahan berkontur datar atau mendekati datar. Sementara itu, jarak
tanam tidak teratur bisa diterapkan di lahan dengan kontur berbukit-bukit.
Setelah ditentukan dan ditandai, lubang tanam segera dibuat. Ukuran
lubang tanam dalam budidaya karet harus disesuaikan dengan jenis atau
stadium bibit yang
tanah bagian bawah atau subsoil yang kurang subur. Lubang tanam
kemudian dibiarkan terkena panas matahari selama dua minggu agar bibit
hama dan penyakit yang ada di dalamnya mati. Setelah bibit dan lubang
tanam siap maka penanaman bisa segera dilaksanakan. Akar harus masuk
lurus ke dalam tanah. Akar yang arahnya miring bisa mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat.
E. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penamaman tanaman penutup tanah di lahan karet dilakukan untuk
mencegah erosi dan mempercepat matang sadap. Tanaman yang paling sering
digunakan adalah kacang-kacangan karena sosok tanamannya rendah dan
kecil, sehingga perakarannya tidak terlalu mengganggu perakaran tanaman
utama. Tanaman kacang-kacangan juga memiliki bintil akar yang bisa
menambah kesuburan tanaman. Penanaman tanaman penutup tanah bisa
dilakukan dengan cara menyebarkan benih secara merata di antara larikan
tanaman karet sebagai tanaman utama. Bisa juga ditugalkan dengan jarak
40-50 cm diantara larikan tanaman karet.
F. Pemeliharaan Tanaman
1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
TBM yaitu tanaman berumur 1-5 tahun. Pemeliharaan tanaman
karet yang belum menghasilkan meliputi penyulaman, penyiangan,
pemupukan, seleksi dan penjarangan, serta pemeliharaan tanaman
penutup tanah.
a) Penyulaman
Persentase kematian bibit yang bisa ditolerir dalam budi daya
karet adalah sebesar 5%. Kegiatan penyulaman dilakukan saat
tanaman berumur 1-2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian
tanaman yang hidup dan yang mati. Karena penyulaman dilakukan
bekas
tanaman
harus
diberi
fungisida.
Pelaksanaan
penyulaman dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 atau sore
hari pukul 15.00-17.00 WIB saat cuaca tidak terlalu panas untuk
mengurangi resiko kematian.
b) Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya karet bertujuan membebaskan
tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan.
Umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun untuk
menghemat tenaga dan biaya. Penyiangan dapat secara manual dan
kimiawi. Secara manual menggunakan peralatan penyiangan,
seperti cangkul atau parang. Sementara itu, secara kimiawi dengan
menyemprotkan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma.
c) Pemupukan
Pemupukan tanaman pada budidaya karet adalah untuk
memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang
sadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan secepatnya. Aplikasi
pemupukan dengan membuat lubang. Untuk tanaman berumur 3-5
bulan lubang melingkari tanaman dengan jarak 20-30 cm, 6-10 bulan
dengan jarak 20-45 cm, 11-20 bulan dengan jarak 40-60 cm, 21-48
bulan dengan dengan jarak 40-60 cm, dan lebih dari 48 bulan dengan
jarak 50-120 cm. Lubang dibuat
dengan
Jenis Pupuk
Frekuensi
10
Pemupukan
Tanaman(th)
1
2
3
4
5
Urea
(g/p/th)
250
250
250
300
300
SP 36
(g/p/th)
150
250
250
250
250
KCL
(g/p/th)
100
200
200
250
250
Kieserit
(g/p/th)
50
75
100
100
100
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
6 kali / th
tanaman
penutup
tanah
terlalu
pesat
perlu
11
penyiangan
pada
masa
sebelum
produksi,
yaitu
utama.
Penyiangan
yang
dilakukan
sama
dengan
Urea
(g/p/th)
350
300
200
Jenis Pupuk
SP 36
KCL
(g/p/th) (g/p/th)
260
300
190
250
150
Frekuensi
Kieserit
Pemupukan
(g/p/th)
75
2 kali / th
75
2 kali / th
2 kali / th
6 15
16 25
> 25-2
tahun
sebelum
peremajaan
Sumber : Balai Penelitian Perkebunan Sembawa
12
1) Tikus
Tikus (Rattus sp.) menjadi hama tanaman karet pada fase
perkecambahan dan pesemaian. Pada waktu perkecambahan, tikus
memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan dan saat penyemaian
memakan daun-daun bibit yang masih muda. Langkah pencegahan
dengan menutup tempat perkecambahan dengan kawat kasa dan
dipasang pagar plastik.
2) Belalang
Belalang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase
penyemaian dengan cara memakan daun yang masih muda.
Mengendalikan serangan belalang bisa secara kimiawi dengan
menyemprotkan insektisida Thiodan dengan dosis 1,5 ml/liter
air. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 minggu sekali tergantung pada
intensitas serangan.
3) Siput
Siput (Achatina fulicd) menjadi hama karena memakan
daun-daunkaret di areal pembibitan dengan gejala daun patah-patah.
Pengendalian
secara
mekanis
bisa
dilakukan
dengan
cara
kapur,
semen,
dan
Meradex
dengan
perbandingan
13
teknis,
dan menguliti kulit pohonnya. Babi hutan sangat takut dengan bunyibunyian yang bising. Karenanya, pada malam hari disarankan
memukul-mukul kentongan atau kaleng minyak di areal perkebunan.
2. Penyakit
Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar umumnya
disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
virus kerugiannya tidak begitu besar. Penyakit tanaman karet menyerang
dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun.
14
15
16
ii.
iii.
3) Brown Blast
17
Penyakit
brown
blast
bukan
disebabkan
oleh
infeksi
ii.
disebabkan
oleh
cendawan
Colletotrichum
0,5%, dan
18
3) Corynespora
Penyebab penyakit adalah cendawan Corynespora casssiicola
dengan hifa berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di
permukaan daun. Penyebaran penyakit ini melalui spora yang
terbawa terbang oleh angin. Gejala yang ditimbulkan sama dengan
penyakit Phytophthora. Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan
menggunakan fungisida Mankozeb dan Tridemorf untuk tanaman
yang belum disadap dan untuk tanaman yang telah disadap
dilakukan pengabutan menggunakan Tridemorf atau Calixin 750
dengan dosis 500 ml/ hektar, seminggu sekali selama 3 - 4 minggu.
4) Helminthosporium.
Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna
putih dan spora berwarna cokelat merupakan penyebab penyakit
ini. Penyebaran penyakit helminthosporium melalui spora yang
diterbangkan angin, terbawa hujan, atau alat-alat pertanian
mengandung spora yang mengenai tanaman sehat. Gejala infeksi
penyakit ini adalah daun muda menjadi hitam, menggulung, dan
kemudian gugur.
H. Penyadapan
1. Penentuan Matang Sadap Pohon
Kriteria :
a) Umur tanaman
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 6 tahun.
b) Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah
mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian batang
100 cm dari pertautan okulasi untu tanaman okulasi.
2. Persiapan Buka Sadap
a) Penggambaran Bidang Sadap
19
20
I. Pasca Penyadapan
Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih
berupa cairan, tetapi setelah kira kira 8 jam lateks mulai mengental dan
selanjutnya membentuk gumpalan karet atau yang lebih dikenal dengan
istilah prakoagulasi. Penyebab terjadinya prakoagulasi :
1
Iklim bisa dari garam yang terbawa air hujan dan sinar matahari yang
menyebabkan kestabilan koloid lateks rusak sehingga menggumpal.
21
Amonia (NH3)
Formaldehid
Penerimaan lateks
Lateks yang sampai di pabrik pengolahan ditambah ammonia untuk
mencegah
penggumpalan
sendiri
lalu
dimasukkan
dalam
bak
penampungan untuk disaring dari bahan campuran lain seperti plastik atau
daun. Lateks hasil saringan ini kemudian di tampung lagi dalam sebuah
wadah atau bak yang berbentuk sumur. Pada wadah yang berbentuk sumur
ini semua karet hasil penyaringan di tampung untuk diaduk agar supaya
busa dari lateks tersebut dapat diambil dan di buang.
3
22
atau bak pengaliran cairan lateks ini di beri lubang setiap satu meter, untuk
memudahkan menampung cairan lateks tersebut pada wadah tempat untuk
menggumpalkan karet.
5
Proses penggumpalan
Proses penggumpalan adalah proses untuk menggumpalkan cairan
lateks yang akan membentuk persegi panjang dengan panjang kurang
lebih 1-1,5 meter. Sebelum di gumpalkan, cairan lateks sebelumnya di
alirkan dan di tampung kedalam wadah atau bak yang memiliki panjang
2-2,5 meter dan lebar 1-1,5 yang kemudian di beri 26 sekat untuk
membentuk 26 lembaran gumpalan lateks.
Lateks yang di tampung pada bak tersebut mempunyai ukuran
banyaknya cairan lateks yang akan di tampung pada wadah tersebut.
Wadah atau bak penampung tersebut memiliki tinggi 75 cm, sedangkan
setiap wadah hanya dapat di isi kurang lebih 24 cm cairan lateks untuk di
gumpalkan. Setelah wadah atau bak tersebut di isi dengan ukuran tersebut,
maka 1 cmnya di isi dengan asam semut. Berarti semua cairan dalam
wadah tersebut memiliki tinggi 25 cm yang berisi lateks dan asam semut
itu sendiri, kemudian cairan dalam wadah tersebut diaduk sebanyak empat
kali adukan secara bertahap.
Proses pengadukan ini bertujuan untuk mengambil busa busa cairan
lateks yang kemudian di buang pada tempat pembuangan yang tersalur
pada penampungan limbah. kemudian sekat sekat tesebut di pasang dengan
antara setiap sekatnya kurang lebih 20 cm. Proses penambahan asam
semut disini, bertujuan untuk mempercepat penggumpalan lateks. Setelah
proses pemasangan sekat selesai, wadah tersebut di tutup dengan
menggunakan terpal untuk mencegah terjadinya oksidasi oleh udara.
Dengan menunggu sekitar satu jam, lateks tersebut dengan sendirinya akan
menggumpal. Kemudian lateks yang telah menggumpal pada wadah
tesebut di isi air, dengan tujuan lateks tersebut tidak melekat pada wadah
tersebut sehingga mudah untuk di angkat dan di keluarkan. Dengan
23
Proses penggilingan
Penggilingan di lakukan setelah menunggu satu jam gumpalan karet
yang di diamkan pada pengaliran menuju alat penggilingan. Setelah satu
jam, gumpalan lateks tersebut di giling sehingga membentuk lembaran
lembaran karet dengan ketebalan pada setiap lembaran karet tersebut
setebal 3 cm. Lembaran lembaran karet hasil penggilingan tersebut
kemudian di keringkan dahulu sebelum diangkut ke proses pengasapan.
Lembaran karet tersebut tidak membentuk lembaran rata, akan tetapi
lembaran terbentuk dengan lembaran bintik-bintik yang telah di buat pada
alat penggilingan supaya karet tidak mudah rusak oleh jamur dan pengaruh
lain. Setelah kering, kemudian lembaran karet di angkut ke ruang
pengasapan.
Proses pengasapan
Pengasapan adalah proses yang di lakukan untuk merubah warna
lembaran karet dari warna putih menjadi warna cokelat dan untuk
mengeringkan lembaran karet. Proses pengasapan di lakukan pada sebuah
ruangan yang di sebut kamar asap. Proses pengasapan di lakukan sebanyak
lima hari dengan bahan bakar yang di gunakan adalah kayu karet
2,5-3 m3 / ton setiap harinya. Setiap harinya proses pengasapan di lakukan
dengan kamar asap yang mempunyai suhu yang berbeda.
Sortasi
Sortasi adalah proses pengumpulan lembaran lembaran karet sebelum
pengepakan. Pada ruang sortasi ini lembaran lembaran karet akan di
pisahkan sesuai warna dari karet yang di sebut Riber Smoked sheat dan di
singkat dengan RSS. Dalam proses sortasi, lembaran karet di bedakan
dengan empat RSS yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan RSS 4. Setiap RSS di
bedakan dengan warna dari lembaran karet tersebut. RSS 1,2,3, dan 4
mempunyai warna sama yaitu warna cokelat tetapi ada perbedaan di setiap
24
Pengepakan
Proses pengepakan dilakukan di dalam ruang sortasi. Pengepakan di
lakukan dengan melakukan penimbangan terlebih dahulu. Untuk RSS yang
utuh berat yang harus di timbang untuk pengepakan adalah 113/ball,
sedangkan untuk cutting 116/ball. Berat dari pengepakan dapat di
sesuaikan dengan pesanan pemasok. Sebelum di lakukan pengepakan,
lembaran karet tersebut di pres terlebih dahulu dan kemudian dilakukan
pengepakan setelah itu lembaran karet tersebut dibungkus yang dinamakan
pembungkusan ball dan di beri merk.
J. Kesimpulan
Membangun kebun karet agar memperoleh hasil yang optimal
diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yang
meliputi syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan
tanam/bibit,
pemeliharaan
tanaman,
pemupukan,
pengendalian
25
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Didit Heru dan Andoko Agus . 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya
Karet. PT Agro Media Pustaka : Jakarta.
Island, Boerhendy. 2010. Manajemen dan Teknologi Budidaya Tanaman Karet.
Balai Penelitian Sembawa.
Tasma, Made et al. 2010. Budidaya dan Pascapanen Karet. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.