Professional Documents
Culture Documents
2 PETIDIN
Petidin ( meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin,
tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Secara kimia petidin adalah
etil-1metil-fenilpiperidin-4-karboksilat.3
Farmakodinamik
Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor m (mu). Seperti halnya
morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek
sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin,
tetapi leih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan
dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik.
3, 6
Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air.
2.
Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat
dan asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat
konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang 50%. Kurang dari 10%
petidin bentuk asli ditemukan dalam urin.
3.
4.
Seperti morpin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih
ringan.
5.
Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada
hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa. Morfin tidak.
6.
dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat bervariasi. Setelah pemberian
meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian
penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein.
Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi
asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami konyugasi. Meperidin dalam bentuk utuh
sangat sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin ditemukan dalam urin
dalam bentuk derivat N-demitilasi.
Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan intra kranial.
Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk kefetus dan
menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.
Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,
meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin
digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk
menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan dengan morfin, meperidin kurang karena
menyebabkan depresi nafas pada janin.
Dosis dan sediaan
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral
100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.4, 6
Efek samping
Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat, euforia,
mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan
sedasi.3, 4, 6
III. 3 FENTANIL
Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x morfin. Fentanil merupakan opioid
sintetik dari kelompok fenilpiperedin. Lebih larut dalam lemak dan lebih mudah menembus sawar
jaringan.2, 3, 4
Farmakodinamik
Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-125
kali lebih potendibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat
mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin. Fentanil
(dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. Keadaan itu sebagian
disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan
efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan dengan
droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia. 3, 6
Farmakokinetik
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan dengan
morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya. Fentanil dimetabolisir
oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa metabolismenya dikeluarkan
lewat urin.6
Indikasi
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya
berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk
pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan
anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung.
Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml.4, 6
Efek samping
Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan
pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH,
rennin, aldosteron dan kortisol. 2
Obat terbaru dari golongan fentanil adalah remifentanil, yang dimetabolisir oleh esterase plasma
nonspesifik, yang menghasilkan obat dengan waktu paruh yang singkat, tidak seperti narkotik lain
durasi efeknya relatif tidak tergantung dengan durasi infusinya. 4
KESIMPULAN
1.
Pengaruh dari berbagai obat golongan opioid sering dibandingkan dengan morfin, dan
tidak semua obat golongan opioid yang dipasarkan di Indonesia. Terbatasnya peredaran obat
tersebut tidak terlepas pada kekhawatiran terjadinya penyalahgunaan obat.
2.
Obat golongan obat yang agonis yang sering digunakan didalam anastesia antara lain
adalah morfin, petidin, fentanil.
3.
Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor
morfin,. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam anastesia
untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan.
4.
Sedangkan berdasarkan kerjanya pada reseptor opioid maka obat-obat Opioid dapat
digolongkan menjadi ; Agonis opioid, Antagonis opioid, agonis-antagonis (campuran) opioid.
PROPOFOL
( 2,6 DIISOPROPYL PHENOL )
KIMIA
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, kerja singkat
MEKANISME KERJA
Menghambat transmisi sinaptik reseptor GABAA pada sinaps spinal dan supraspinal
PENGGUNAAN KLINIK
Karakteristik unik :
- antiemetik
- antikonvulsan
- antipruritus
- sifat ansiolitik
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskular :
Tensi menurun, tahanan vaskular menurun, HR meningkat
Pernapasan :
Menekan pernapasan apnea
Lain-lain :
Nyeri tempat suntikan, thrombophlebitis
Gastrointestinal, hepar, ginjal dan SSP
ETOMIDATE
KIMIA
Derivat Imidazol terkarbosilasi
Senyawa basa lemah
Kurang larut dalam air
Berikatan dengan albumin plasma
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, kerja singkat
MASA KERJA
Inhibisi transmisi sinaptik reseptor GABAA
PENGGUNAAN KLINIS
Dosis : 0,2 0,6 mg/kg
Sebagai induksi anestesi pada pasien dgn ggn fungsi ventrikel, tamponade jantung, hipovolemi
Bedah saraf
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskular :
Efeknya relatif lemah
Pernapasan :
Sedikit penekanan pada pusat per napasan
Lain-lain :
Nyeri tempat suntikan
Persarafan : fenomena eksitasi
Gastrointestinal, hepar, ginjal, dll
BENZODIAZEPIN
KIMIA
Diazepam,Lorazepam, Midazolam
Farmakodinamik sama, Farmakokinetiknya berbeda
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, masa kerja berbeda
Diazepam : kerja panjang ( 0,2 0,5 mg/kg/mnt)
Lorazepam : kerja sedang ( 0,8 1,8 mg/kg/mnt)
Midazolam : kerja singkat ( 6 11 mg/kg/mnt)
Metabolisme di hepar
Fase I : oksidasi mikrosomal
Fase II : konjugasi glukoronida
Diazepam desmethyldiazepam
oksazepam
Lorazepam metabolik inaktif
KETAMIN
KIMIA
Derivat Pensiklidin
Lain-lain:
Mata, SSP, otot, hepar, ginjal, efek psikomimetik
KESIMPULAN
Tidak ada obat anestesi iv yang sangat ideal dokter harus pandai memilih dan memberi obat
yang tepat
Umumnya obat anesteti i.v :
-
bersifat lipofilik
metabolisme di hati
ditempat suntikan
BARBITURAT
KIMIA
Derivat asam barbiturat :
asam lemak, kurang larut dalam air
Senyawa asam lipofilik, berikatan dengan plasma albumin
Klasifikasi :
a. Thiobarbitiurat :
- Thiopental
- Thiamylal
b. Oxybarbiturat :
- Methohexital
FARMAKOKINETIK
10
MEKANISME KERJA
Menghambat perangsangan transmisi sinaptik
Menghambat pelepasan neurotrasmiter
PENGGUNAAN KLINIS
Dosis induksi (Thiopental) :
dewasa : 2,5 4,5 mg/kg
anak
:5
bayi
- 6
:7
mg/kg
- 8
mg/kg
11
INHALASI
ISOFLURAN
Farmakologi :
SSP : Mendepresi nafas sprt anestesi inhalasi lainnya. Pada dosis
anestetik/subanestetik menurunkan laju metabolisme otakterhadap oksigen tetapi
meningkatkan CBF dan ICP
Otot : Relaksasi cukup baik dan berpotensi dengan relaksan, pada uterus hamil
menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin
sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan
DESFLURAN
Cairan mudah menguap, agak merangsang, jernih.
12
FARMAKOKINETIK
Induksi cepat dicapai, waktu bangun dan pemulihan lebih cepat dari
isofluran.
FARMAKODINAMIK
Efek pada pernapasan :
Iritasi ringan saluran napas, sekresi, batuk, kadang laringospasme.
Apnoe
Tidak nefrotoksik
SEVOFLURAN
Berat molekul 200,053 Da, titik didih 58,50C, tekanan uap jenuh 21,3 kPa
(160 mmHg) pd suhu 200C
Farmakokinetik
Koefisien partikel darah/gas 0,60-0,68; koefisien partikel lemak/gas 47-53
Solubilitas darah/gas yg rendah ketegangan arteri-alveoler, induksi & pemulihan
cepat dicapai
Koefisien partisi jaringan lemak/darah sevofluran > drpd desfluran & isofluran tetapi
<drpd halotan
Umur tidak berpengaruh pd koefisien partisi zat ini dalam darah/gas
Toksisitas
Premedikasi dgn fenobarbiton pd tikus, pemberian 3% sevofluran dalam O2 2 jam 4
hari terus menerus atau 2,5% sevofluran dalam O2 12 jam morfologi hati tidak
beubah serta serum aminotransferase alanin atau amino transferase aspartat tidak
meningkat
Perpanjangan anestesi dgn 1,4% sevofluran dan NO2 pd pasien dgn fungsi
hepatorenal normal peningkatan fluorida inorganik serum >50 umol/l
o
Metabolisme minimal pada ginjal menurunkan resiko nefrotoksisitas
(kebalikan dari metoksifluran)
Farmakodinamik
Potensi
MAC + 2 % ( 1,71 2,05) dalam O2
Berkurang sampai 0,66 saat diberikan bersama 63,5% NO2
Pernapasan
Tdk menyebabkan breath-holding atau batuk; induksinya cepat & memuaskan
Eliminasi cepat depresi pernapasan post operatif < Halotan
Efek pd ratio deadspace dgn Tidal volume, deadspace & dilatasi alveolar sama
seperti Halotan
Terjadi bronkodilatasi & relaksasi otot polos bronkiolus yg konstriksi dgn histamin
atau asetilkolin kurang efektif dibanding halotan
o
Heart Rate lebih lambat akibat depresi aktifitas simpatik tanpa perubahan
aktifitas parasimpatik dan menurun atau menghilangnya respon simpatis terhadap
rangsang nyeri
15
SSP
Efek pd aliran darah serebral konsumsi & TIK menyerupai konsentrasi isofluran yg
ekuipoten
Hati
Tdk ada laporan hapatotoksisitas klinis pd manusia
HALOTAN
SIFAT :
Cairan tak berwarna, berbau enak
Tak mudah terbakar dan meledak
EFEK :
Efek anelgesia kurang baik
Relaksasinya cukup
Mendepresi pernafasan
Menghambat kerja otot jtg & PD
Aktivitas vagal meningkat => bradikardi
Aritmia
17
Keuntungan ;
Bau enak
Tidak menyebabk sekresi
Tidak mengiritasi
Mula kerja cepat
Bronchodilator
Mual, muntah minimal
Tidak mudah terbakar
Kerugian ;
Depresi myocard, mudah aritma
Depresi pernapasan
Relaksasi kurang
Relaksasi uterus
Analgetik kurang
Menggigil
Tidak boleh digunakan dengan adrenalin
Hepatitis
PELUMPUH OTOT
1.
Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak
dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama menyebabkan
terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot
lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin (diasetil-kolin) dan dekametonium.
Didalam vena, suksinil kolin dimetabolisme oleh kolinesterase
plasma,pseudokolinesterase menjadi suksinil-monokolin. Obat anti kolinesterase
(prostigmin) dikontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase.
18
a.
Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki
onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang dari 10
menit). Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh
pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat efisien, sehingga
hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapai neuromuscular
junction. Duration of action akan memanjang pada dosis besar atau dengan
metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level
pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada
kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa
orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan
blokade yang memanjang.
1)
a)
Interaksi obat
Kolinesterase inhibitor
Dosis
Karena onsetnya yang cepat dan duration of action yang pendek, banyak dokter
yang percaya bahwa suksinilkolin masih merupakan pilihan yang baik untu intubasi
rutin pada dewasa. Dosis yang dapat diberikan adalah 1 mg/kg IV.
3)
Karena risiko hiperkalemia, rabdomiolisis dan cardiac arrest pada anak dengan
miopati tak terdiagnosis, suksinilkolin masih dikontraindikasikan pada penanganan
rutin anak dan remaja. Efek samping dari suksinilkolin adalah :
19
Aritmia jantung
Salivasi
ATRAKURIUM
Atracurium
1)
Struktur fisik
Dosis
0,5 mg/kg iv, 30-60 menit untuk intubasi. Relaksasi intraoperative 0,25 mg/kg
initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Infuse 5-10 mcg/kg/menit efektif
menggantikan bolus.
Lebih cepat durasinya pada anak dibandingkan dewasa.
Tersedia dengan sediaan cairan 10 mg/cc. disimpan dalam suhu 2-8OC, potensinya
hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan pada suhu ruangan. Digunakan dalam 14
hari bila terpapar suhu ruangan.
3)
Rekuronium
1)
Struktur Fisik
Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat.
Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya
adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama.
2)
20
Eliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal. Durasi tidak terpengaruh oleh
kelainan ginjal, tapi diperpanjang oleh kelainan hepar berat dan kehamilan, baik
untuk infusan jangka panjang (di ICU). Pasien orang tua menunjukan prolong
durasi.
3)
Dosis
OBAT EMERGENCI
MEKANISME KERJA
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi
dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis
histamin dan serotonin.-
DOSIS
Premedikasi, injeksi intra vena 300 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia,
anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau
intramuscular 300 600 mcg 30 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg
(maksimal 600 mcg).
EFEK SAMPING
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia
(diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi
urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit
22
STATICS
1. S = Scope
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop untuk
mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat laring
secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan benar.
Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah lampu
pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.
2. T = Tubes
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa trakea
mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan
standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran milimeter.
Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa berbeda. Untuk
bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang melintang trakea
hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh karena itu pada bayi
dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf (cuff) sedangkan untuk anak
besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak bocor.Alasan lain adalah penggunaan
kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat trauma selaput lendir trakea
dan postintubation croup.
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung
(nasotracheal tube). Nasotracheal tubeumumnya digunakan bila
penggunaan orotracheal tube tidak memungkinkan, mislanya karena terbatasnya
pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. Namun
penggunaannasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur basis
kranii.
Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran pipa trakea yang tampak pada tabel di
bawah ini.
Usia
23
Diameter (mm)
Skala French
Jarak Sampai
Bibir
Prematur
2,0-2,5
10
10 cm
Neonatus
2,5-3,5
12
11cm
1-6 bulan
3,0-4,0
14
11 cm
-1 tahun
3,0-3,5
16
12 cm
1-4 tahun
4,0-4,5
18
13 cm
4-6 tahun
4,5-,50
20
14 cm
6-8 tahun
5,0-5,5*
22
15-16 cm
8-10 tahun
5,5-6,0*
24
16-17 cm
10-12 tahun
6,0-6,5*
26
17-18 cm
12-14 tahun
6,5-7,0
28-30
18-22 cm
Dewasa wanita
6,5-8,5
28-30
20-24 cm
Dewasa pria
7,5-10
32-34
20-24 cm
= 12 + umur (tahun)
= 12 + umur (tahun)
Pipa endotrakea adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan nafas,
mempertahankan patensi, mencegah aspirasi serta mempermudah ventilasi,
oksigenasi dan pengisapan.
24
25
Berikut ditampilkan berbagai ukuran pipa endotrakea baik dengn atau tanpa
cuf. Ukuran penggunaan bervariasi bergantung pada usia pasien. Untuk bayi dan
anak kecil pemilihan diameter dalam pipa (mm) = 4 + umur (tahun).
Size
PLAIN
Size
CUFFED
2.5 mm
4.5 mm
3.0 mm
5.0 mm
3.5 mm
5.5 mm
4.0 mm
6.0 mm
4.5 mm
6.5 mm
7.0 mm
7.5 mm
8.0 mm
8.5 mm
9.0 mm
3. A = Airway
Airway yang dimaksud adalah alat untk menjaga terbukanya jalan napas yaitu pipa
mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah
tidak menyumbat jalan napas.
4. T = Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
5. I = Introducer
26
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus
plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea
mudah dimasukkan.
6. C = Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag valve mask
ataupun peralatan anestesia.
7. S = Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lendir, ludah, dan cairan lainnya.
27