You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

BLOK GIS

Kelompok Lab: A1
Disusun oleh :
Tira Kurniati

1310211025

Mutiara Nova Pratiwi

1310211027

Iin Intansari

1310211030

Rizky Harsya Maulana

1310211032

Faiza Supraini

1310211044

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
T.A 2015/2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan izin-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
Praktikum Biokimia Blok GIS dengan tepat waktu. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami. Selain itu,
makalah ini juga dibuat agar pembaca dapat memahami bagaimana cara
kerja dan kandungan dari air liur (saliva) dan juga empedu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu, kami sangat menerima saran dan kritik dari
pembaca

sekalian

demi

perbaikan

dalam

pembuatan

makalah

selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat
menjadi bahan pembelajaran kita semua yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 11 Oktober 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LANDASAN TEORI
A. SALIVA
Merupakan cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, elektrolit
(sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat)
dan

terdiri

dari

immunoglobulin,

protein

yang

antimikroba,

berperan

glikoprotein

sebagai
mukosa,

enzim,
albumin,

polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan


rongga mulut.
Komposisi Saliva
Terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut. Komposisi
saliva antara lain :
1. Protein
Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
a) Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan
mucin dan memberikan konsistensi mukus pada saliva.
Mucin juga berperan sebagai glikoprotein karena terdiri dari
rangkaian protein yang panjang dengan ikatan rantai
karbohidrat yang lebih pendek.

b) Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva
dan beberapa diantaranya merupakan produk dari bakteri
dan leukosit yang ada pada rongga mulut.
Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase
dan

lysozyme

yang

berperan

pertumbuhan bakteri di rongga mulut.

dalam

mengontrol

c) Protein Serum
Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein
yang kecil ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin
termasuk kedalam serum saliva

d) Waste Products
Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste
product pada serum, urea dan uric acid.

2. Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan
fosfat yang berperan penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion
lain yang memiliki jumlah yang lebih kecil terdiri dari sodium,
potasium, klorida, sulfat dan ion-ion lainnya.

3. Gas
Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas
oksigen yang larut, nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah
yang sama dengan serum. Ini memperlihatkan bahwa konsentrasi
karbon dioksida cukup tinggi dan hanya dapat dipertahankan pada
larutan yang memiliki tekanan didalam kelenjar duktus, tetapi pada
saat saliva mencapai rongga mulut banyak karbon dioksida yang
lepas.

4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut


Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada
saat saliva mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi
bercampur dengan saliva didalam rongga mulut. Yang termasuk
kedalam zat-zat aditif yaitu mikroorganisme, leukosit dan dietary
substance.

Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar 1-1,5 liter.


Pada orang dewasa laju aliran saliva normal yang distimulasi
mencapai 1-3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit
dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran
saliva yang lebih rendah dari 0,7 ml/menit. Laju aliran saliva normal
tanpa adanya stimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit, dengan ratarata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada keadaan hiposalivasi laju
aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit.
Nilai pH saliva normal berkisar 6 7. Konsumsi karbohidrat padat
maupun cair dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva
dimana karbohidrat akan difermentasi oleh bakteri dan akan
melekat ke permukaan gigi. Dengan adanya sistem buffer pada
saliva, pH akan kembali netral setelah 20 menit terpapar
karbohidrat yang berkonsistensi cair dan 40-60 menit pada
karbohidrat yang berkonsistensi padat.

Fungsi Saliva

a) Sensasi Rasa
Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva
mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi
hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa,
sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan
kelarutan

substansi

yang

memungkinkan

gustatory

buds

merasakan aroma yang berbeda.

b) Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi


Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai
pelumas dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen
yang dapat mengiritasi. Mucinsebagai protein dalam saliva
memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap

dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas


saliva.

c) Kapasitas Buffering
Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk
mempertahankan

agar

pH

tetap

netral.

Buffer

dapat

menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan


untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.

d) Integritas Enamel Gigi


Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan
integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur
proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk
mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai
Universitas

Sumatera

Utarakonsentrasi

aktif

yang

dapat

membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor didalam larutan dan


didalam pH saliva.

e) Menjaga Oral Hygiene


Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur
dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim
lysozyme yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan
bakteri di rongga mulut.

f) Membantu Proses Pencernaan


Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan
awal dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim
-amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi
dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi
maltose, maltotriose dan dekstrin.

g) Perbaikan Jaringan
Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan
darah pada jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara
klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya
bantuan saliva.

h) Membantu Proses Bicara


Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa
adanya saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.

i) Menjaga Keseimbangan Cairan


Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu
sensasi haus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pH Saliva

Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh


perubahan-perubahan yang disebabkan oleh irama cyrcadian, diet
dan rangsangan terhadap kecepatan sekresi saliva.

a) Irama cyrcadian
Irama cyrcadian mempengaruhi pH dan kapasitas buffer saliva.
Pada keadaan istirahat atau segera setelah bangun, pH saliva
meningkat dan kemudian turun kembali dengan cepat. Pada
seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), pH saliva
juga tinggi dan turun kembali dalam waktu 30-60 menit
kemudian. pH saliva agak meningkat sampai malam, dan setelah
itu turun kembali.

b) Diet
Diet juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva. Diet kaya
karbohidrat

dapat

menurunkan

kapasitas

buffer

saliva,

sedangkan diet kaya serat dan diet kaya protein mempunyai efek
meningkatkan buffer saliva. Diet kaya karbohidrat meningkatkan
metabolisme
sedangkan

produksi
protein

asam

sebagai

oleh

bakteri-bakteri

sumber

makanan

mulut,
bakteri,

meningkatkan sekresi zat-zat basa seperti amonia.

B. EMPEDU
Secara fisiologi, empedu dihasilkan oleh hepatosit dan sel-sel
duktus sebanyak 500-1500 mL/ hari. Sekresi aktif garam empedu
ke dalam canaliculus bilier dipengaruhi oleh volume empedu. Na +
dan air mengalir secara pasif untuk meningkatkan isoosmolaritas.
Lechitin dan kolesterol memasuki canaliculus pada laju tertentu
yang berhubungan dengan output garam empedu. Bilirubin dan
sejumlah anion organik lainnya (esterogen, sulfobromopthalen, dll)
secara aktif disekresikan oleh hepatosit melalui sistem transport
yang berbeda dengan garam empedu. Diantara makan, empedu
disimpan di vesica biliaris, dimana empedu terkonsentrasi pada
hingga 20%/ jam. Na+ dan HCO3- atau Cl- secara aktif ditransport
dari lumennya selama absorpsi.
Ada tiga faktor yang meregulasi aliran empedu yaitu : sekresi
hepatik, kontraksi vesica biliaris, dan tahanan spincter choledochal.
Dalam keadaan puasa, tekanan di ductus choledocus adalah 5-10
cm H2O dan empedu yang dihasilkan di hati disimpan di dalam
vesica biliaris. Setelah makan, vesica biliaris berkontraksi, spincter
relaksasi dan empedu di alirkan ke dalam duodenum dengan
adanya tekanan di dalam duktus yang terjadi secara intermiten
yang melebihi tahanan spincter. Saat berkontraksi, tekanan di
dalam vesica biliaris mencapai 25 cm H2O dan di dalam ductus
choledocus mencapai 15-20 cm H2O. Cholecystokonin (CCK)

adalah stimulus utama untuk berkontraksinya vesica biliaris dan


relaksasi spincter. CCK dilepaskan ke dalam aliran darah dari
mukosa usus halus.

Gambar 3. Fisiologi Pengeluaran Empedu

Komposisi Empedu
Tabel 1. Komposisi empedu2
Dari

Kandung

Komponen

Dari Hati

Air

97,5 gm % 95

gm %

Garam Empedu

1,1

gm %

Bilirubin

0,04 gm % 0,3

Kolesterol

0,1

gm % 0,3 0,9

gm %

Asam Lemak

0,12 gm % 0,3 1,2

gm %

Lecithin

0,04 gm % 0,3

gm %

Elektrolit

Empedu

gm % 6

gm %

1. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati
ada dua macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah
a. Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang
terdapat dalam makanan, sehingga partikel lemak yang
besar dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk
dapat dicerna lebih lanjut.
b. Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol
dan vitamin yang larut dalam lemak.

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja


kuman-kuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat.
Sebagian besar (90 %) garam empedu dalam lumen usus akan

diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya akan


dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi
garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga
bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena
radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.

2. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi
heme dan globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan
empat inti pyrole menjadi bilverdin yang segera berubah menjadi
bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh albumin.
Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80
% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah
berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk
sangat banyak.

Metabolisme bilirubin:

1.2

TUJUAN PRAKTIKUM

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui kadar pH dan ion ion yang terkandung dalam saliva (
air liur ) dan kandungan cairan empedu dengan menggunakan
reaksi biokima
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1

Mengetahui pH saliva ( air liur )

1.2.2.2

Mengetahui adanya sulfat dalam saliva (air liur)

1.2.2.3

Mengetahui adanya fosfat dalam saliva (air liur)

1.2.2.4

Mengetahui ada tidaknya klorida dalam saliva (air liur)

1.2.2.5

Mengetahui adanya pigmen empedu

1.2.2.6

Mengetahui adanya asam empedu

BAB II
CARA KERJA
2.1

LIUR

2.1.1 PENETAPAN PH LIUR


Tujuan : untuk mengetahui pH liur

Dasar : pada kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan


perubahan warna sesuai dengan H+ dalam larutan yg diperiksa

Bahan :
1.

Air liur

2.

pH indikator

Cara kerja : siapkan 3 ml air liur dalam tabung reaksi. Kemudian


ambil satu pH test

dan masukan ke dalam tabung reaksi yang

berisi liur. Tunggu sampai ada perubahan

warna. Setelah itu

bandingkan perubahan warna yang muncul dengan indikator pH.


pH liur : 8
2.1.2 UJI SULFAT
Tujuan : Untuk mengetahui adanya sulfat dalam liur
Dasar : Ion sulfat dalam suasana asam dapat diendapkan oleh
barium
Ba2+ + SO2-4 ------- BaSO4 (endapan putih) ---- (+)
Bahan :

Air liur

HCL encer / HCL 10%

BaCl2 2%

Cara kerja :
Bahan

Tabung

Liur

1 Ml

HCl

3-5 tetes

BaCl2

5-10 tetes

Hasil pengamatan

Terdapat endapan
putih

2.1.3 UJI FOSFAT


Tujuan : Untuk mengetahui adanya fosfat dalam liur
Dasar : Fosfat bereaksi dengan asam molibdat membentuk asam
fosfomolibdat, yang dapat direduksi memberikan warna biru tua
(ortofosfat)
Bahan :

Air liur

Larutan urea 10%

Pereaksi molibdat special

Larutan FeSO4 spesial

Cara kerja :
Bahan

Tabung

Liur

0,5 mL

Urea 10%

0,5 mL

Molibdat special

5 mL

FeSO4

0,5 mL

Hasil

Biru tua

2.1.4 UJI KLORIDA


Tujuan : Mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur
Dasar : Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag
(perak). Endapan AgCl (endapan putih) menunjukan adanya klorida
Bahan :

Liur

Asam nitrat 10%

Perak nitrat 1 %

Cara kerja :

2.2

Bahan

Tabung

Liur

1 mL

Asam nitrat

3-5 tetes

Perak nitrat

5-10 tetes

Hasil

Terdapat endapan putih

CAIRAN EMPEDU

2.2.1 TES GMELIN


Tujuan : Untuk mengetahui adanya pigmen empedu
Dasar : Penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan
menghasilkan senyawa

oksidasi yang berwarna.

Bahan :
1.

Larutan asam empedu encer (1:5)

2.

Larutan asam nitrat pekat

Cara Kerja

Tabung

Tabung 1

Tabung 2

Cairan empedu encer

3 ml

Aquades

3 ml

Larutan sukrosa 5%

5 tetes

5 tetes

Asam

nitrat

(melalui

pekat
dinding 3 ml

3 ml

tabung)
HASIL PENGAMATAN

Cairan

empedu

Warna larutan

yang

berwarna

hijau

setelah

diteteskan

asam

nitrat

pekat

berubah menjadi
warna ungu tua.
Pertama-tama
hanya

pada

bagian

dasar,

lama

kelamaan

warna ungu naik


yang
menyebabkan
warna

hijaunya

semakin

sedikit.

Lalu warna ungu


yg

didasar

memudar,
menjadi

warna

ungu

muda.

Sekarang

Tidak ada perubahan


warna. Hanya bening
dan jernih.

terdapat 3 lapisan
warna (dr atas ke
bawah):

hijau,

ungu,

orange

muda kecoklatan.
Lalu

berubah

menjadi 2 lapisan
lagi, yaitu biru dan
orange
kecoklatan.
terkahir

muda
Lalu
sekali

berubah menjadi
1

warna

orange

yaitu,
muda

kecoklatan.

2.2.2 TES PETTENKOFER


Tujuan : Untuk mengetahui adanya asam empedu
Dasar : Asam-asam empedu yang terdapat dalam empedu
terutama sebagai garam

empedu,

yang

aromatik kompleks. Asam empedu bereaksi

merupakan
dengan

senyawa
furfural

(yang terbentuk pada penambahan asam pekat dan karbohidrat)


membentuk turunan yang berwarna.
Bahan :
1. Larutan asam empedu encer (1:5) dan akuades
2. Larutan sukrosa 5%
3. Asam sulfat pekat

Cara Kerja

Tabung

Tabung 1

Tabung 2

Cairan empedu encer

5 ml

Aquades

5 ml

Larutan sukrosa 5%

5 tetes

5 tetes

3 ml

3 ml

H2SO4 pekat (melalui


dinding tabung)
HASIL PENGAMATAN

Terdapat

perubahan

warna menjadi warna


ungu yg membentuk
cincin.

Tidak ada perubahan


warna. Hanya bening
dan jernih.

Sampel

Cairan empedu

Aquades

Hasil :

Terdapat 4 lapisan warna (dr atas Tidak ada perubahan


ke bawah), yaitu hijau, ungu, warna. Hanya bening
kuning dan bening. Warna ungu dan jernih.
tersebut membentuk suatu cincin
antara 2 lapisan warna.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

SALIVA ( AIR LIUR )

3.1.1 Penetapan pH saliva ( air liur )


Hasil dari percobaan yaitu dengan pH 8. Dari hasil percobaan
menunjukan terdapat kenaikan pH liur melebih nilai normalnya (pH
normal saliva

6,0-7,4).

Kenaikan

pH

tersebuh

mempengaruhi kerja enzim amilase, sehingga kerjanya

akan
tidak

optimal. Karena pada hakikatnya enzim amilase ini bekerja secara


optimal pada pH 6,6 (Guytondkk, 1997).
3.1.2 Uji Sulfat
Hasil

: Terdapat endapan putih pada tabung

Kesimpulan : Hasil percobaan terdapat endapan putih, itu


membuktikan bahwa air

liur positif mengandung sulfat. Dari hasil

pengamatan dapat dilihat bahwa pada saat air liur ditambahkan HCl
tidak terjadi perubahan (air liur tetap keruh). Warna keruh tersebut
disebabkan karena Cl berkatan dengan amilum. Sedangkan pada
saat ditambahkan dengan BaCl2 terbentuk gumpalan.
3.1.3 Uji Fosfat
Hasil

: Terjadi perubahan warna menjadi biru tua

Kesimpulan : Warna larutan yang biru tua tersebut menunjukkan


bahwa air liur mengandung fosfat dalam bentuk ortofosfat.
3.1.4 Uji Klorida
Hasil

: Terdapat endapan putih pada tabung

Kesimpulan : Endapan putih (AgCl) yang terbentuk pada tabung


menunjukkan bahwa klorida (Cl) yang terdapat dalam air liur dalam

suasana asam (karena penambahan asam nitrat) merupakan hasil


pengendapan yang dilakukan oleh perak ( Ag ). Hal ini sesuai
dengan teori dasarnya yaitu ion klorida dalam suasana asam dapat
diendapkan oleh Ag (perak).

3.2

CAIRAN EMPEDU

3.2.1 Test Gmelin


Hasil

Cairan empedu

Akuades

Cairan empedu yang berwarna hijau


setelah diteteskan asam nitrat pekat
berubah menjadi warna ungu tua.
Pertama-tama

hanya

pada

bagian

dasar, lama kelamaan warna ungu


naik

yang

menyebabkan

warna

hijaunya semakin sedikit. Lalu warna


ungu yg didasar memudar, menjadi
warna ungu muda. Sekarang terdapat
3 lapisan warna (dr atas ke bawah):

Tidak ada perubahan


warna. Hanya bening
dan jernih.

hijau, ungu, orange muda kecoklatan.


Lalu berubah menjadi 2 lapisan lagi,
yaitu

biru

dan

orange

muda

kecoklatan.

Lalu

terkahir

sekali

berubah

menjadi

warna

yaitu,

orange muda kecoklatan.

Kesimpulan : dari hasil percobaan, terbukti bahwa cairan empedu


pada tabung I tersebut mengandung pigmen empedu, karena
didapatkan hasil positif yaitu terbentuk senyawa berwarna pada

cairan

empedu

yang

direaksikan.

Dan

terdapat

beberapa

perubahan warna pada reaksi tersebut.

3.2.2 Test Pettenkofer


Hasil

Cairan empedu

Akuades

Terdapat 4 lapisan warna (dr atas


ke bawah), yaitu hijau, ungu, Tidak
kuning dan bening. Warna ungu warna.

ada

perubahan

Hanya

bening

tersebut membentuk suatu cincin dan jernih.


antara 2 lapisan warna.

Kesimpulan : dari hasil percobaan, terbukti bahwa cairan empedu


pada tabung I tersebut mengandung asam empedu, karena hasilter
positif yaitu dengan terjadi perubahan warna pada cairan empedu.
Perubahan warna berupa terbentuknya cincin berwarna ungu pada
cairan empedu

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 11. Jakarta: EGC

http://repository.usu.ac.id

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2.


Jakarta;EGC

LAMPIRAN
PENETAPAN PH LIUR

UJI SULFAT

UJI FOSFAT

UJI KLORIDA

TES GMELIN

TES PETTENKOFER

You might also like