Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun,
namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya (Arya, 2008).
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Kuntjoro, 2002).
Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan
sosial. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi (Akhmadi, 2009).Menurut Laksamana
(1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan
`senesens` dan perubahan 'senilitas'. Perubahan `senesens' adalah perubahanperubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubahan 'senilitas' adalah
perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin
memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang
dihadapi lansia pada umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan
problema bidang sosio ekonomi. Oleh karena itu lansia adalah kelompok dengan
resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai
dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu dalam
pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu ditekankan
pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal
tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan
kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.
1.2
Rumusan Masalah
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui dan mempelajari tentang asuhan keperawatan lansia yang
mengalami gangguan psikososial.
1.3.2
Tujuan Khusus
Psikososial Lansia
Mengetahui tentang Perubahan Psikososial pada Lansia
Mengetahui tentang Macam-macam Masalah Keperawatan
Psikososial
Mengetahui tentang Tahap-tahap Asuhan Keperawatan Lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
1.
Batasan Lansia
b.
c.
Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d.
Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2.
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran secara fisik maupun secara psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut putih, penurunan pendengaran, penglihatan
menurun, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas
emosional meningkat.
2.2
1.
Definisi
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri
yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia
berusaha menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut
pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan
menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim,
2006). Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan
psikososial lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian keintiman,
generatif dan integritas yang utuh.
2.
Gangguan jantung
Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus
3)
Vaginitis
4)
5)
sangat kurang
6)
tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:
a)
Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b)
oleh
c)
d)
e)
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari
tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun
sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga
di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah
lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam
menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut
kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang
seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut
sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun
negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatankegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja
atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara
berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan
pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar
tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan
setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang
sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara
berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan
macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat
3.
a. Depresi
1. Pengertian
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu rnakan, psikomotor, konsentrasi, keielahan,
rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kap'an dan Sadock,
1998).
2. Tanda Dan Gejala Depresi
Perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Kelliat (1996) meliputi
beberapa aspek seperti:
a) Afektif
Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan, kemurungan, rasa
bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
b) Fisiologik
Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan,
gangguan pencernaan, insomnia, perubahan haid, makan berlebihan/kurang,
gangguan tidur, dan perubahan berat badan.
c) Kognitif
Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat
dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran yang
destruktif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian.
d) Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat,
intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan
diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik diri.
b. Berduka Cita
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Periode duka cita merupakan suatu periode yang sangat rawan bagi
seorang penderita lanjut usia. Meninggalnya pasangan hidup, seorang teman dekat
atau bahkan seekor hewan yang sangat disanyangi bias mendadak memutuskan
ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya akan
memicu terjadinya gangguan fisik dn kesehatannya. Periode 2 tahun pertama
setelah ditinggal mati pasangan hidup atau teman dekat tersebut merupakan
periode yang sangat rawan. Pada periode ini orang tersebut justru harus dibiarkan
untuk dapat mengekspresikan dukacita tersebut. Sering diawali dengan perasaan
kosong, kemudian diikuti dengan menangis dan kemudian suatu periode depresi.
Depresi akibat duka-cita pada usia lanjut biasanya tidak bersifat self limiting.
Dokter atau petugas kesehatan harus memberi kesempatan pada episode tersebut
berlalu. Diperlukan pendamping yang dengan penuh empati mendengarkan
keluhan, memberikan hiburan dimana perlu dan tidak membiarkan tiap episode
berkepanjangan dan berjalan terlalu berat. Apabila upaya diatas tidak berhasil,
bahkan timbul depresi berat, konsultasi psikiatrik mungkin diperlukan, dengan
kemungkinan diberikan obat anti depresan.
c. Kesepian
Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seseorang lanjut usia pada
saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat, terutama bila dirinya sendiri
saat itu juga mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita
berbagai penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,
terutama gangguan pendengaran (Brocklehurts-Allen, 1987).
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak di antara
lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian, karena aktivitas social yang masih
tinggi, tetapi dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan yang
beranggotakan cukup banyak, tohh mengalami kesepian.
Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi social sangat berarti,
karena bias bertindak menghibur, memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan
peran social penderita, di samping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan di
rumah bila memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
d. Dementia
1. Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Grayson (2004) menyebutkan bahwa
Gejala Awal
Kinerja mental menurun
Fatique
Mudah lupa
Gagal dalam tugas
B.
Gejala Lanjut
Gangguan kognitif
Gangguan afektif
Gangguan perilaku
C. Gejala Umum
Mudah lupa
Aktivitas sehari-hari terganggu
Disorientasi
Cepat marah
Kurang konsentrasi
Resti jatuh
b.
Fisik
Wawancara
Pemeriksaan fisik: Head to Toe dan system tubuh
Psikologis
orientasi terhadap tempat dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.
Orientasi terhadap orang mungkin dinilai dengan dua cara: apakah penderita,
mengenali namanya sendiri, dan apakah juga mengenali perawat dan dokter.
Orientasi waktu diuji dengan menanyakan tanggal, tahun, bulan dan hari.
8. Daya Ingat.
Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang, pendek dan segera.
Tes yang siberikan pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan
penderita diminta untuk mengulangi maju dan mundur. Penderita dengan daya
ingat yang tak terganggu biasanya dapat mengingat enam angka maju dan lima
angka mundur. Daya ingat jangka panjang diuji dengan menanyakan tempat dan
tanggal lahir, nama dan hari ulang tahun anak-anak penderita. Daya ingat jangka
pendek dapat diperiksa dengan beberapa cara, misalnya menyebut tiga benda pada
awal wawancara dan meminta penderita mengingat kembali benda tersebut
diakhir wawancara. Atau dengan mengulangi cerita tadi secara tepat/persis
(Hamilton, 1985).
9. Fungsi Intelektual, Konsentrasi, Informasi dan Kecerdasan.
Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk menilai pengetahuan
umum dan fungsi intelektual. Menghitung dapat diujikan dengan meminta
penderita untuk mengurangi 7 angka dari 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil
akhir dan seterusnya samapi dicapai angka 2. Pemeriksa mencatat respons sebagai
dasar untuk pengujian selanjutnya. Pemeriksa juga dapat meminta penderita untuk
menghitung mundur dari 20 ke 1, dan mencatat waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pemeriksaan tersebut (Kaplan et al, 1997; Hamilton, 1985).
10. Pengetahuan umum adalah yang berhubungan dengan kecerdasan.
Penderita ditanya nama presiden Indonesia, nama kota besar di Indonesia.
Pemeriksa harus memperhitungkan tingkat pendidikan penderitam status social
ekonomi dan pengalaman hidup penderita dalam menilai hasil dari beberapa
pengujian tersebut.
11. Membaca dan Menulis.
Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca dan menulis
dan menetukan apakah penderita mempunyai deficit bicara khusus. Pemeriksa
dapat meminta penderita membaca kisah singkat dengan suara keras atau menulis
pada penderita. Apakah menulis dengan tangan kiri atau kanan juga perlu dicatat.
(Hamilton, 1985).
12. Pertimbangan.
Pertimbangan (judgement) adalah kapasitas untuk bertindak sesuai dengan
berbagai situasi. Apakah penderita menunjukkan gangguan pertimbangan, apa
yang akan dilakukan oleh penderita, misalnya jika ia menemukan surat tertutup,
berperangko dan ada alamatnya di jalan anu? Apa yang akan dilakukan oleh
penderita bila ia mencium bau asap di sebuah gedung bioskop? Apakah penderita
mampu mengadakan pembedaan? Apakah penderita mampu membedakan antara
seorang kerdil dan seorang anak? Mengapa seorang memerlukan KTP atau surat
kawin? Dan seterusnya.
c.
Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970). Perawat
harus bias memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutinya dalam keadaan sakit atau mendeteksi
kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menghadapi kematian, DR. Tony Styobuhi mengemukakan bahwa maut sering
kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam
faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan
kegelisahan ngumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam
menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberika reaksi yang
berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara menghadapi hidup ini. Adapun
kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat
menyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi di tinggalkan, masih ada
orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui
pikiran lanjut usia. Umumny pada waktu kematian akan dating agama atau
kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah
kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya
terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri
Tujuan :
1) Pasien mampu mengekspresikan perasaannya
2.) Pasien mampu kembali bersosialisasi dengan lingkungan
Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Bantu klien menguraikan kelebihan dan kekurangan interpersonal.
Bantu klien membina kembali hubungan interpersonal yang positf / adaptif dan
a)
b)
Dengarkan semua kata-kata klien dan jangan menyela saat klien bertanya.
c)
d)
klien.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan konsep diri
dan depresi
Tujuan :
1)
dirinya
2) Pasien mampu melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya
Intervensi
Bicara secara langsung dengan klien, hargai individu dan ruang pribadinya jika
tepat
pasien
Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini
dimiliki pasien.
Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai
Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang biasanya
Berikan pujian jika pasien memilih cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
tidurnya
Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur.
Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi penyebab timbulnya ide bunuh
diri.
Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah yang konstruktif.
Bantu pasien untuk memilih cara yang palin tepat untuk menyelesaikan
lingkungannya
Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri
Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien
dalam menyelesaikan masalah
e. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder
terhadap respon kehilangan pasangan.
Tujuan :
1) Klien merasa harga dirinya naik.
2) Klien mengunakan koping yang adaptif.
3) Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
Intervensi
melalui keterbukaan.
Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada
pada klien.
Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
Bantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa pelayanan geriatrik di Indonesia sudah saatnya diupayakan di seluruh
jenjang pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk itu pengetahuan mengenai
geriatric harus sudah merupakan pengetahuan yang harus diajarkan pada semua
tenaga kesehatan. Dalam hal ini pengetahuan mengenai psikogeriatri atau
kesehatan jiwa pada usia lanjut merupakan salah satu di antara berbagai
pengetahuan yang perlu diketahui. Tatacara pemeriksaan dasar psikogeriatri oleh
karena itu sering disertakan dalam pemeriksaan/assesmen geriatric, antara lain
mengenai pemeriksaan gangguan mental. Kognitif, depresi dan beberapa
pemeriksaan lain.
B. Saran
Melalui makalah ini kami mengharapkan mahasiswa dapat mengetahui
mengenai askep lansia masalah psikososial, mulai dari konsep psikososial,
masalah psikososial pada lansia serta asuhan keperawatan terkait dengan masalah
psikososial tersebut.