Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan diberikan secara menyeluruh salah
satunya memenuhi kebutuhan eliminasi (buang air kecil). Tindakan
perawat dalam hal ini salah satunya memasang kateter uretra sesuai
dengan protap yang berlaku. Kateterisasi adalah pemasangan kateter urine
dengan melakukan insersi kateter folly/Nelaton melalui uretra kemuara
kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Prosedur ini bertujuan untuk
memulihkan atau mengatasi retensi urine akut atau kronis, pengaliran
urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi, dan menentukan jumlah
urine sisa setelah miksi. Salah satu indikator adanya infeksi akibat
kesalahan pemasangan maupun perawatan pada pasien yang terpasang
kateter uretra adalah terjadinya infeksi nosokomial karena itu dapat
menghambat proses penyembuhan dan pemulihan pasien. Infeksi
nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama dirawat fasilitas
layanan kesehatan (Potter dan Perry, 2005). Walaupun kesakitan dan
kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan dengan kateter dianggap
relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya, tingginya
prevalensi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian
infeksi yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian (Samad,
2012).
kasus per
bersih dari kotoran, smegma dan krusta yang terbentuk dari garam urine.
Perawatan kateter urine menetap/indwelling harus diperhatikan agar dapat
mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Tindakan asepsis yang ketat
diperlukan saat memasang kateter dan perawatan kateter (Sepalanita,
2012). ISK yang didapat di institusi kesehatan juga timbul akibat buruknya
praktek cuci tangan pada personel kesehatan, cairan irigasi yang
terkontaminasi dan teknik kateterisasi yang tidak benar (Potter dan Perry,
2005).
Penyakit infeksi merupakan penyakit sering dijumpai di seluruh
dunia. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua
setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan ratarata 9,3% pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2,5-11% pada pria di
atas 65 tahun. ISK merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai
kira-kira 40-60% (Johnson WD, dkk, 2006).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan jenis infeksi nosokomial
yang sering terjadi. Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran
kemih merupakan 40% dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan
80% infeksi saluran kemih terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh
kateterisasi (Darmadi, 2008). Studi epidemologi infeksi nosokomial di
Indonesia menyatakan bahwa pasien yang menjalani prosedur invasif di
Rumah Sakit pendidikan tipe A 0,9% mengalami ISK, sedangkan di
Rumah Sakit pendidikan tipe B 1,1% (Duerink, 2006).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bahwa
penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pemasangan
kateter dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien di
1.3
Tujuan Khusus
a. Mengetahui
distribusi
frekuensi
pasien
berdasarkan
1.4.3
Bagi Responden
Sebagai informasi kepada pasien yang terpasang kateter di
RSUD Pariaman, tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
Bagi Institusi Pendidikan
1.4.5
acuan
untuk
melakukan
penelitian
yang