You are on page 1of 17

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Ikfa Kusuma Werdani


: B1J013091
:I
:1
: Firda Isdianto

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam ekosistem terdapat berbagai jenis hewan. Berbagai jenis tersebut
memiliki kebutuhan yang sama tetapi mereka memiliki pebedaan dan persamaan.
Perbadaan itu meliputi struktur bentuk tubuhnya. Perbedaan yang nyata
memungkinkan mereka dikenali sebagai kelompok yang berbeda. Perbedaan tersebut
menunjukkan adanya keanekaragaman (Waluyo, 2006).
Kingdom animalia beranggotakan berbagai jenis hewan yang dapat dibagi
menjadi dua, yaitu vertebrata dan invertebrata. Dari dua kelompok ini akan terbagi lagi
menjadi phylum-phylum. Hewan-hewan ini dapat dibedakan satu dengan yang lain
dari struktur morfologinya, yaitu memiliki bentuk luar tubuh dimana setiap phylumphylum memiliki perbedaan pada struktur morfologinya. Hewan invertebrata adalah
hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi
lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan punggung/bertulang belakang,
juga sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah lebih sederhana
dibandingkan hewan vertebrata (Romimohtarto, 2007).
Studi kekerabatan merupakan salah satu aspek yang perlu dipelajari dalam
taksonomi hewan. Metode yang digunakan dalam studi kekerabatan suatu organisme
yaitu metode filogenetik dan metode fenetik. Metode filogenetik disebut juga metode
kladistik. Metode ini berdasarkan kesamaan nenek moyang atau didasarkan pada
hubungan kekerabatan antara takson yang satu dengan takson yang lain. Metode
fenetik adalah metode yang berdasarkan karakteristik fenetik (morfologi) yang
diamati. Metode fenetik tidak memerlukan pengetahuan atau analisis hubungan
evolusi (Widiyadi, 2009).
Pengelompokkan makhluk hidup dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Perbedaan relasi / hubungan kekerabatan terjadi karena adanya perbedaan bobot yang
berasal dari rata-rata indeks konsistensi untuk karakter. Selain itu karakteristik
possesses diantara sub famili suatu individu menyebabkan individu berbeda dengan
yang lainnya (Gold et al, 2011).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara Porifera dan Cnidaria antara lain :
1. Mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Porifera dan Cnidaria.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi makhluk hidup berarti suatu usaha menemukan identitas suatu


makhluk hidup. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling
populer yakni dengan membandingkan hewan yang ingin diketahui dengan gambar
didalam buku yang sudah diketahui identitasnya (Suhardi, 1983). Identifikasi dan
pengenalan kelompok dan jenis hewan merupakan bagian yang sangat penting dalam
taksonomi. Salah satu alat bantu identifikasi adalah kunci identifikasi yang dipakai
untuk menentukan kedudukan hewan dalam sistematika. Ada kunci untuk menentukan
Filum (Phylum), Kelas (Class), Bangsa (Ordo), Suku (Family), Marga (Genus) dan
Jenis (Species) hewan (Saanin, 1986).
Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire)
dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak
sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf
serta organ dalam. hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting terhadap
komunitas benthik laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan sub tropik.
Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal suatu perairan (Subagio &
Aunurohim, 2013).
Hewan-hewan anggota filum Porifera kebanyakan hidup di laut dan hanya
beberapa yang hidup dalam air tawar. Hewan-hewan itu tidak aktif, tidak bertangkai
(tumbuh pada pangkalnya). Bunga karang mempunyai ruang sentral atau ruang gastral
yang berfungsi sebagai kloaka. Ruang itu dikelilingi oleh dinding yang ditembus oleh
sejumlah saluran yang tersusun majemuk. Ruang gastral itu terbuka pada ujung tubuh
bunga karang. Muara ruang sentral disebut oskulum (Mukayat, 1989).
Ciri-ciri khusus tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang
merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan
eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa
yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum
memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara
intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas
bentuk Kristal dari spikulaspikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik
(Yusminah, 2007).
Struktur tubuh Porifera dengan macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe
yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Leucon. Tipe Ascon yang berbentuk jambangan

bunga yang merupakan tipe paling sederhana yang dilihat suatu rongga sentral yang
disebut Spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan terdapat lubang besar
yang disebut osculum. Dinding tubuh hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang
disebut porosofil atau pori dan sering juga disebut ostium. Tubuh Porifera mempunyai
sistem saluran air yang dimulai dari pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang
keluar utama yang disebut oskulum. Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, maka
air dari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu ditampung di dalam rongga sentral atau
spongocoel. Pola saluran air dari berbagai jenis Porifera itu tidak sama, namun
mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk mengalirkan air dari daerah eksternal
ke dalam daerah internal dan dikeluarkan kembali ke daerah eksternal (Jasin, 1992).
Ukuran tubuh sangat bervariasi, beberapa jenis hewan ini bersimetris radial,
tetapi kebanyakan tidak teratur atau asimetris. Struktur dasar dan histology dari spons
dapat dengan mudah dimengerti dengan meneliti bentuk radial yang primitive.
Struktur tipe sederhana disebut askanoid (menyerupai tabung kecil) contoh genus
leucosolenia, umumnya tidak soliter, bagian permukaan tubuh berlubanglubang kecil
(Sugiarti, 2005).
Filum porifera dapat diklasifikasikan ke dalam tiga classis berdasarkan zat
penyusun tubuhnya, yaitu Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongiae. Calcarea
mempunyai rangka tubuh calcarea bersifat kalkareus, karena spikulanya mengandung
kalsium karbonat. Sebagian spikulanya berbentuk monaxon dan triaxon sehingga
tampak seperti duri-duri kecil. Ciri-ciri dari spesies pada kelas ini adalah spons bersifat
calcareous, spikula tersusun atas kalsium karbonat yang disebut calcite. Kelas
Hexactinellida mempunyai bentuk seperti gelas atau kaca, spikulanya berbentuk
triaxon dengan enam cabang. Dinding tubuh berbenuk cekung, dengan jaringan
trabekular, lapisan koanosit dapat bersifat syncytal, berada pada perairan laut, terutama
pada lautan dalam. Spikulannya mengandung banyak benang silikat atau kersik. Kelas
Demospongiae mempunyai spikula silika, spikula tidak tersusun atau tergantikan oleh
kolagen organik (spongin), hidup di lautan, air tawar dan pada semua kedalaman air
(Riegl, 1995).
Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena
sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak
pada tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya. Dalam siklus hidupnya ia dapat
berbentuk polip yaitu hidup menempel pada suatu substrat atau berbentuk medusa
yang bebas berenang. Bentuk polip tubuhnya berbentuk silindris, bagian proksimal

melekat, bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Mulut bermuara ke
dalam rongga gastrovaskuler atau enteron yang berfungsi untuk mencerna makanan
dan mengedarkan sari-sari makanan. Medusa umumnya berbentuk seperti payung atau
lonceng, tentakel menggantung pada permukaan payung. Tentakel berfungsi untuk
menangkap makanan, alat gerak dan mempertahankan diri. Susunan saraf berupa
anyaman sel-sel saraf yang tersebar secara difusi. Cnidaria merupakan hewan yang
belum memiliki anus (Jutje, 2006).
Cnidaria merupakan salah satu filum dari kingdom animalia. Cnidaria
mempunyai struktur tubuh lebih kompleks daripada porifera. Cnidaria mempunyai
lapisan tubuh diplobastik. Cnidaria mempunyai habitat air tawar. Bagian epidermis
dilapisi oleh ektoderm, dan bagian dalam dilapisi oleh endoderm. Diantara dua lapisan
tersebut terdapat rongga yang disebut mesoglea. Semua cnidaria memiliki satu mulut
untuk ekskresi, dan berperan dalam organ pengeluaran. Cnidaria memiliki siklus hidup
yang kompleks, tergantung pada spesiesnya. Bentuk pertama adalah dikenal sebagai
polip yang bersifat sessile. Polip tubular dibentuk, dengan mulut, dan bertentakel.
Polip juga memiliki kerangka hidrostatik, dimana otot-otot di endoderm bekerja
melawan cairan yang terkandung dalam coelenteron, sehingga memperpanjang polip.
Selain polip, bentuk selanjutnya adalah medusa. Medusa bersifat mobile (bergerak)
namun, tidak semua spesies cnidaria mempunyai siklus medusa. (Nosrati, 2013).
Pemenuhan nutrisi yang dilakukan cnidaria dapat dilakukan dengan cara
penyerapan berbagai senyawa organik yang terdapat dalam air. Selain itu, dapat pula
dengan melakukan simbiosis dengan alga. Cnidaria juga dikenal sebagai predator
dengan menggunakan knidosit yang dimiliki untuk meracuni mangsanya. Cnidaria
juga memiliki nematosit yang digunakan untuk menghasilkan enzim pencernaan
(Nosrati, 2013).
Anggota dari filum ini adalah Hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan koral.
Hewan dari filum ini digolongkan ke dalam hewan diploblastik dan bersimetri tubuh
radial. Cnidaria sebagian besar hidup di perairan laut. Cnidaria disebut juga sebagai
hewan Coelenterata. Spesies anggota Filum Cnidaria tubuhnya dikelilingi oleh lenganlengan halus yang disebut tentakel dan dalam tentakel ini terdapat nematokist.
Nematokist mengandung racun yang berguna untuk melumpuhkan mangsanya. Filum
Cnidaria memiliki ciri khas, yaitu sebagai organisme yang selama hidupnya
mengalami dua bentuk kehidupan (dimorfis). Bentuk hidup tersebut yaitu polip dan
medusa. Polip adalah bentuk hidup yang menempel pada dasar perairan, sedangkan

medusa adalah bentuk hidupyang bergerak melayang bebas diperairan (Campbell et


al., 2005).
Cnidaria dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu, Hydrozoa, Scypozoa,
Staurozoa, Cubozoa, dan Anthozoa. Hydrozoa tergolong dalam filum cnidaria dengan
lapisan diploblastik, hewan ini tidak mempunyai anus, mempunyai pergiliran
keturunan dari bentuk polip menuju bentuk medusa. Contoh spesies yang tergolong
kelas ini adalah Hydra sp. Scypozoa memiliki bentuk dominan medusa. Scypozoa
memiliki tentaculocytes dan memiliki velarium. Kelas Cubozoa berada pada lautan,
mempunyai bentuk kuboid. Bentuk tubuh lebih dominan medusa. Kelas Anthozoa
merupakan salah satu bagian dari filum cnidaria yang mempunyai bentuk tubuh
berbentuk polip, tidak mengalami pergiliran keturunan dari polip menuju medusa.
Anthozoa biasanya dapat ditemukan dengan bentuk seperti coral. Contoh spesies dari
kelas ini adalah Gorgonia sp., corallium, Tubipora sp. (Ackers, et al., 2007).
Ada berbagai cara untuk menyusun sebuah kunci identifikasi. Susunan yang
paling praktis adalah kunci dengan deskripsi umum dan singkat yang disusun secara
berpasangan (dikotom). Kunci ini dapat digunakan untuk memilih satu diantara dua
kemungkinan yang ada. Jika spesimennya sangat unik, biasanya salah satu diantara
dua pilihan deskripsi yang diberikan kunci akan cocok. Kunci merupakan alat bantu
yang sangat penting dalam taksonomi. Kunci juga dapat bersifat membatasi upaya
identifikasi. Sebuah spesimen yang unik atau menyimpang dari karakteristik umum
akan mustahil teridentifikasi oleh kunci yang bersifat umum (Jasin, 1989).

BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara 1 yaitu bak preparat, pinset,
mikroskop cahaya, mikroskop stereo dan alat tulis.
Bahan yang digunakan yaitu Goniastrea falvulus, Goniastrea retriformis,
Platygyra sp., Montastrea curta, Acropora sp., Porites sp., yang mewakili anggota
dari Phylum Cnidaria serta preparat dari anggota Phylum Porifera.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum antara lain:
1. Spesimen hewan dari anggota Phylum Porifera dan Cnidaria diamati, digambar
dan dideskripsikan karakternya berdasarkan ciri-ciri morfologi.
2. Spesimen hewan dari anggota Phylum Porifera dan Cnidaria diidentifikasi
dengan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Nama ilmiah : Goniastrea retriformis
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class

: Anrthozoa

Ordo

: Scleractinia

Family : Favidae
Genus

: Goniastrea

Species : Goniastrea retriformis

Deskripsi : Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan
colony form cerioid. Ukuran calice nya medium, coenosteum nya fused wall dan
memiliki columella yang styliform.
Nama ilmiah : Acropora sp.
Klasifikasi :
Kingdom: Animalia
Phylum: Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species: Acropora sp.

Deskripsi : Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe branching
dan colony form cerioid. Ukuran calice nya small, coenosteum nya wide dan
memiliki columella yang susah untuk diamati.

Nama ilmiah : Montastraea curta


Klasifikasi :
Kingdom: Animalia
Phylum: Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractina
Family : Favidae
Genus : Montastrea
Species: Montastrea curta

Deskripsi : Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan
colony form cerioid. Ukuran calice nya small, coenosteum nya narrow dan memiliki
columella yang styliform.
Nama ilmiah : Porites sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum: Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Poritidae
Genus : Porites
Species: Porites sp.

Deskripsi : Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan
colony form plocoid. Ukuran calice nya small, coenosteum nya narrow dan memiliki
columella yang styliform.

Nama ilmiah : Platygyra sp.


Klasifikasi :
Kingdom

: Animalia

Phyllum

: Metazoa

Class

: Anthozoa

Ordo

: Scleractinia

Family

: faviidae

Genus

: Platygyra

Species

: Platygyra sp

Deskripsi : Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan
colony form cerioid. Ukuran calice nya small, coenosteum nya narrow dan memiliki
columella yang trabecular dan continuous.
Nama ilmiah : Goniastrea falvulus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum

: Cnidaria

Class

: Anthozoa

Ordo

: Scleractinia

Family

: Favidae

Genus

: Goniastrea

Species

: Goniastrea falvulus

Deskripsi : Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan
colony form cerioid. Ukuran calice nya small, coenosteum nya fused wall dan memiliki
columella yang trabecular dan continuous.

Porifera
Deskripsi : Porifera memiliki kontruksi tubuh seluler, dengan tubuh tersusun atas selsel yang mengalami differensiasi dan spesialisasi. Tidak mempunyai lapisan tubuh
(aselomata), asimetri atau radial suprafisial, tubuh berbentuk polip melekat pada dasar
perairan. Penyusun tubuhnya berupa spikula silika atau kalsium karbonat, dan serabut
spongin. Mempunyai ciri khusus berupa adanya sel koanosit, bagian luar tubuhnya
tersusun atas sel pinakosit. Diantara pinakosit dan koanosit terdapat mesohil.

Kunci identifikasi hewan anggota Phylum Porifera dan Cnidaria


1) Konstruksi tubuh
a. Sellular ...................................................(Porifera, class Demospongiae)
b. Jaringan ..................................................(2)
2) Colony shape
a. Branching........................................................(Acropora sp.)
b. Massive ..........................................................(3)
3) Colony Form
a. Cerioid.............................................................(4)
b. Plocoid.............................................................(Porites sp.)
4) Calice
a. Small ................................................................(5)
b. Medium.....................................................(-)
5) Coenosteum
a. Narrow..............................................................(6)
b. Fused Wall........................................................(7)
6) Columella
a. Styliform............................................................(Montastrea curta)
b. Trabecular & Continuous...................................(Platygyra sp.)
7) Columella
a. Styliform.............................................................(Goniastrea retriformis)
b. Trabecular & Continuous...................................(Goniastrea falvulus)

B. Pembahasan
Praktikum sistematika hewan 2 acara Porifera dan Cnidaria, untuk anggota
Phylum Cnidaria menggunakan spesimen Goniastrea falvulus, Goniastrea retriformis,
Platygyra sp., Montastrea curta, Acropora sp., Porites sp. akan diamati secara
morfologi dari hewan tersebut. Pengamatan yang dilakukan untuk anggota Phylum
porifera adalah morfologi dan jenis spikulanya.
Cnidaria mempunyai kontruksi tubuh jaringan, dengan lapisan tubuh
diploblastik. Cnidaria memiliki dua bentuk tubuh yaitu polip dan medusa. Beberapa
cnidaria mengalami pergiliran keturunan dari polip menuju medusa. Cnidaria dibagi
kedalam 5 kelas yaitu, Hydrozoa, Scypozoa, Stauruzoa, Cubozoa, dan Anthozoa.
contoh spesies dari kelas Anthozoa adalah spesimen yang digunakan dalam
praktikum ini.
Kebanyakan anggota dari Phylum Cnidaria merupakan hewan marine.
Pengamatan secara morfologi yang dilakuakan adalah dengan mengamati colony
shape, colony form, calice (lebar dari satu unit coral/coralit), coenosteum (jarak antar
coralit) dan tipe collumela. Spesimen pertama yang digunakan dalam praktikum acara
1 adalah Goniastrea falvulus. Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape
tipe massive dan colony form cerioid atau tidak ada/susah diamati jarak antar
coralitnya. Ukuran calice nya small yakni sekitar kurag dari 5 mm, coenosteum nya
fused wall (tidak terlalu terlihat) dan memiliki columella yang trabecular dan
continuous (memanjang dan tidak terputus).
Spesimen kedua masih satu genus dengan spesimen sebelumnya, yaitu
Goniastrea retriformis. Secara morfologi, colony shape dan colony form serta
coenosteum Goniastrea retriformis sama dengan Goniastrea falvulus. Hal yang
membedakan adalah ukuran calicenya yang medium (5-10 mm) dan memiliki
columella yang styliform.
Platygyra sp., secara morfologi hampir mirip pula dengan Goniastrea falvulus.
Anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan colony form
cerioid. Ukuran calice nya small, namun coenosteumnya narrow (ukuran coenosteum
kurang dari ukuran calice) dan memiliki columella yang sama dengan Goniastrea
retriformis yaitu trabecular dan continuous. Spesimen selanjutnya adalah Montastrea
curta, anggota Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan colony

form cerioid. Ukuran calicenya small, coenosteumnya narrow dan memiliki columella
yang styliform.
Acropora sp., merupakan satu-satunya spesimen dari praktikum acara ini yang
memiliki colony shape branching atau bercabang. Secara morfologi Acropora sp.,
mempunyai colony form cerioid dan calice ukuran small. Coenosteum dari Acropora
sp., adalah wide, yaitu ukuran coenosteumnya lebih dari ukuran calice sedangkan
columellanya ketika diamati tidak dapat diidentifikasi tipenya.
Spesimen terakhir dari anggota Phylum Cnidaria adalah Porites sp., anggota
Phylum Cnidaria ini mempunyai colony shape tipe massive dan colony form plocoid.
Ukuran calicenya small, coenosteumnya narrow dan memiliki columella yang
styliform. Setelah diamati secara morfologi, hewan anggota Phylum Cnidaria ini akan
dibuat kunci identifikasi untuk mempermudah melihat ciri khusus dan karakter
pembeda untuk antar spesies.
Filum porifera mempunyai beberapa karakter yang dapat dilihat dari beberapa
parameter seperti kontruksi tubuh, lapisan tubuh, simetri tubuh, dan zat penyusun
tubuhnya. Berdasarkan kontruksi tubuhnya porifera digolongkan dalam kontruksi
tubuh berbentuk seluler karena tubuhnya hanya tersusun atas sel-sel yang mengalami
differensiasi. Ciri khas dari porifera adalah adanya sel koanosit yang berfungsi sebagai
penangkap partikel makanan. Berdasarkan bentuk tubuhnya porifera dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu ascon, sycon dan leucon. Ascon mempunyai
bentuk tubuh paling sederhana. Dinding tubuh tidak mengalami pelipatan. Sedangkan,
pada sycon bagian dinding porifera mengalami pelipatan membentuk kanal. Leucon
mempunyai struktur yang lebih kompleks lagi, selain adanya pelipatan pada porifera
bertipe Leucon akan mengadakan percabangan.
Berdasarkan zat penyusun tubuhnya, porifera dikelompokkan ke dalam tiga
kelas, yaitu Calcarea yang zat penyusun tubuhnya berupa spikula kapur (kalsium
karbonat). Hexactinellida mempunyai zat penyusun tubuh berupa spikula silika
dengan protein hexatin dan terdapat percabangan pada bagian ujungnya dengan jumlah
6 cabang. Habitatnya berada di laut dalam. Demospongiae mempunyai zat penyusun
tubuh berupa spikula silika dan serabut spongin. Habitatnya berada diperairan tawar.
Contoh spesiesnya misalnya Euspongia sp., Oscorella sp. dll.
Porifera yang diamati secara mikroskopis terlihat bahwa porifera mirip benangbenang yang renggang seperti spons, sedangkan tipe spikula yang terlihat pada saat
praktikum adalah spikula silika spongin yang dimiliki oleh class Demospongiae.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Phylum porifera mempunyai kontruksi organ tingkat seluler, asimetris, dan
aselomata.dan dikelompokkan ke dalam tiga kelas utama berdasarkan zat
penyusun tubuhnya, yaitu Calcarea, Demospongiae, dan Hexactinellida.
2. Phylum Cnidaria mempunyai kontruksi organ tingkat jaringan, dengan lapisan
tubuh diploblastik. Cnidaria dapat dikelompokka ke dalam lima kelas utama, yaitu
Hydrozoa, Scypozoa, Stauruzoa, Cubozoa, dan Anthozoa.
3. Karakter penting yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi Cnidaria dan
Porifera dapat dilihat dari konturksi tubuh yang dimiliki, simetri yang dimiliki,
lapisan tubuh yang dimiliki. Selain itu, untuk filum Cnidaria dapat dilakukan
identifikasi berdasarkan colony shape, colony form, valley width, coenesteum, dan
columella structure.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini yakni, sebaiknya setiap kelompok mendapatkan
spesies Porifera dan Cnidaria dari berbagai Classis keduanya. Praktikan juga, harus
lebih cermat dalam melakukan proses identifikasi.

DAFTAR REFERENSI

Ackers, R. Graham, and Moss, David.2007. Sponges of The British Isles (Sponge V)
Marine Conservation Society. Northern Ireland: Bernard E Picton.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2005. Biologi Edisi
Kelima Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gold J.R., G. V. 2011. Phylogenetic relationships of tropical
Atlantic. Biological Journal of the Linnean Society , 1-15.

western

Jasin, Maskoeri.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.


Jutje S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Mukayat D, B. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Nosrati, Hamed, Masound N, Ronak K, Kamran M.2013.Some Characteristics of The
Phylum Cnidaria. Journal of Biology 3 (9): 391-395.
Riegl, Bernhard. 1995. Description Of Four New Species In The Hard Coral Genus
Acropora Oken, 1815 (Scleractinia: Astrocoeniina: Acroporidae) From
South East Africa.Zoological Journal of The Linnean Society 113:229-247.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengatahuan tentang
Biota Laut. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina Cipta,
Jakarta.
Subagyo, Iwenda B., Aunurrohim. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di
Pantai Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomits 2 (2): 159-165.
Sugiarti. Suwignyo. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. UI-Press. Jakarta
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Umum. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.
Widiyadi, Emeraldy. 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi
Makhluk Hidup. Makalah IF2091 Strategi Algoritmik Tahun 2009.Jurusan
Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung.
Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. UIN Alauddin Press, Makassar.

You might also like