You are on page 1of 25

I.

II.
III.

Hari/Tanggal Percobaan : Jumat, 09 Oktober 2015


Judul Percobaan
: UJI FITOKIMIA EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma Zanthorrhiza)
Tujuan Percobaan
:
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
2. Memilih buah-buahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid,
fenolik (antara kunion, tannin, dan fenol), flavanoid, dan alkaloid yang terkandung
dalam ekstrak rimpang temulawak.

IV.

Dasar Teori
Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza) merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk

dalam salah satu jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industry (seperti
kosmetik), dan diganakan sebagai bahan makanan atau minuman. Kandungan kimia dalam
rimpang temulawak mengandung zat warna kuning (kurkumin), desmetoksi kurkumin,
glukosa, kalium oksalat, protein, serta, pati, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo
isoren, mirsen, p-toluil metillkarbonil, falandren, borneol, artmeron, sabinen, gemakron,
atlantone. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi anti (radang) dan anti hepototoksik
(anti keracunan empedu). Temulawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor
(mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolestrol, anti inflamasi (anti radang), laxative
(pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu,
meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan
sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaaykan sebgai sumber karbohidrat dengan
mengambil patinya, kemudian dioalh menjadi bubur. Disisi lain, temulawak juga mengandung
senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan
minyak atsiri yang mengandung linalool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya
rapellan nyamuk Aedes Aegypti.
Fitokimia berasal dari kata phytochemical, adalah ilmu yang mempelajari berbagai
senyawa organic yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, ayitu tentang struktur kimia,
biosintesis, perubahan dan metabolism, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari
senyawa organik. Setiap tumbuhan atau tanaman mengandng sejenis zat yang disebut
fitokimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat

memebrikan rasa, aroma, atau warna pada tumbuhan itu. Fitokimia biasanya digunakan untuk
merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi
normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran
aktif bagi pencegahan penyakit. Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan skstrak.
Hasil analisis fitokimia dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan komponen kimia
(senyawa) jenis golongan alkaloid, flavanoid, steroid, dan triterpenoid.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat
dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat
disebabkan oleh alkaloid. Istilah alkaloid (berarti mirip alkali, karena dianggap bersifat
basa). Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan elektron pada nitrogen. Kebasaan
alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh
panas atau sinar dengan adanya oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau selesai isolasi
dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimapanan dalam waktu lama. Pembentukan
garam dengan senyawa organic atau anorganik sering mencegah dekomposisi. Struktur
molekul dari alkaloid seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Struktur molekul Heroin, Morfin, dan Codein


Flavonid merupakansenyawa polar sehingga flavonoid dapat larut dalam pelarut polar
seperti etanol, metanol, aseton, dimetil sulfoksida (DMSO), dimetil fonfamida (DMF), dan air.
Flavonoid adalah bagian dari senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan.
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon yaitu
nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Flavonoid

merupakan senyawa kimia yang bekerja sebagau antioksidan, memiliki hubungan sinergis
dengan vitamin C, antiinflamasi, menghambat pertumbuhan tumor, dan mencegah keropos
tulang. Berikut gambar aromatik falvon dan flavonoid:

Gambar 2. Kiri struktur dasar Flavon, dan kanan kerangka flavonoid


Saponin merupakan glikosida triterpanadan sterol yang mungkin terdapat pada banyak
tanaman. Kata saponin bersal dari bahasa latin sapo

yaitu suatu bahan yang akan

membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin juga merupakan senyawa
kimia yang dapat menyebabkan sel darah merah terganggu akibat dari kerusakan membrane
sel, menurunkan kolestrol plasma, dan sebagai antibakteri. Sifat-sifat saponin antara lain,
mempunyai rasa pahit, dalam larutan air membentuk busa yang stabil, merupakan racun kuat
untuk ikan dan amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolestrol dan hidroksisteroid, sulit
untuk dimurnikan dan diidentifikasi dan memiliki berat molekul tinggi. Berdasarkan atas sifat
kimiawinya, saponin terbagi dalam dua kelompok yaitu steroid, dan triterpenoid. Kedua
kelompok tersebut berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga
tumbuh-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan.
Triterpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan
isoprene dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena.
Senyawa ini berstruktur siklin dan nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam
karbohidrat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk Kristal, sering bertitik leleh tinggu dan
aktif optic pada umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang
banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard yang dengan kebanyakan triterpena dan
sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpena dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya 4
golongan senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saikonon, dan glikosida jantung. Kedua
golongan terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terdapat sebagai glikosida.

Gambar 3. Kiri struktur dasar steroid, dan kanan struktur dasar triterpen
Tannin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein.
Tanin merupakan senyawa fenolik kompleks yang memiliki berta molekul 500-3000. Tannin
dibagi menjadi 2 kelompok atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa
hidrolitik terutama asam, tannin terkondensasi dan tannin yang dapat dihidrolisis. Polifenol
memiliki spectrum luas dengan sifat kelarutan pada suau pelarut yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan
posisinya. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan
komponen polifenol yang berbeda pula. Sifat antibakteri yang dimiliki oleh setiap senyawa
yang diperoleh dari ekstraksi tersebut juga berbeda. Fitokimia polifenol banyak terdapat pada
buah-buahan dan sayur-sayuran hijau, penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan
bahwa polifenol dapat mengatur kadar gula darah seperti anti kanker, anti oksidan, dan anti
mikroba.

Gambar 4. Struktur dasar tanin


V.

Alat dan Bahan


Alat
- Blender
- Pisau
- Neraca analitik

Tabung reaksi
Pipet
Tripot
Batang pengaduk
corong

Gelas kimia 100 mL

Gelas kimia 500 mL

Bahan
Rimpang temulawak
Asam klorida pekat
H2SO4 pekat
H2SO4 2N
FeCl3 1%
Kloroform
Amoniak
Logam Mg

VI.

- Aquades
- Reagen Lieberman-burchard
- Reagen mayer
- Reagen dragendorff
- Reagen wagner
- Metanol 60-80%
- Etanol 70%

ALUR KERJA
1 Persiapan Ekstrak Methanol Rimpang Temulawak

Rimpang Temulawak
dibersihkan dan dikuliti
dikeringkan dan digiling
Serbuk Kering

5 g serbuk rimpang Temulawak


Dimasukkan gelas kimia 100 ml
Diekstraksi dengan cara merendam serbuk kedalam 15 ml methanol 60-80%
Dipanaskan
disaring

Residu

Filtrat
Dipekatkan dengan cara diuapkan dipenangas

SAMPEL

1 ml Sampel

Dicampur dengan 1 ml kloroform


+ 1 ml ammonia
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Dipanaskan di atas penangas air
Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Fitzgerald
Dikocok dan disaring

Residu

Tabung 1

Filtrat

Tabung 2

Tabung 3

+ 3 tetes H2SO4 2 N
+ 3 tetes H2SO4 2 N + 3 tetes H2SO4 2 N
Dikocok & didiamkan hingga
Dikocok
terpisah
& didiamkan hingga
Dikocok
terpisah
& didiamkan hingga terpisah
Bagian atas diambil % diuji
Bagian
dengan
ataspereaksi
diambil %
Meyer
Bagian
diuji dengan
atas diambil
pereaksi
%Wegner
diuji dengan pereaksi Dragendo

Hasil

Hasil

Hasil

Identifikasi Falavonoid

1 ml sampel
Dicampur dengan 3 ml etanol 70 %
Dikocok
Dipanaskan & dikocok lagi
disaring
Residu

Identifikasi Saponin

Filtrat
+ Mg 0,1 g
+ 2 tetes HCl pekat
Terbentuk warna merah pada lapisan etanol positif falavonoid
Hasil

1 ml sampel
Dididihkan dengan + 5 ml air
Dipanaskan diatas penangas
Disaring

Residu

Filtrat
Dikocok & didiamkan selama 15 menit
Terbentuk busa, positif mengandung saponin

Hasil

Identifikasi Steroid
1 ml sampel
Dicampur 3 ml etanol 70%
+ 2 ml H2SO4 pekat
+ 2 ml CH3COOH anhidrat
Perubahan warna dari ungu ke biru/hijau positif mengandung steroid
Hasil

Identifikasi Triterpenoid
1 ml sampel
Dicampur 2 ml kloroform
+ 3 ml H2SO4 pekat
Terbentuk warna merah kecoklatan, mengandung triterpenoid

Hasil

Identifikasi Tanin
1 ml sampel
Dididihkan dengan 20 ml air
Dipanaskan diatas penangas
Disaring

Residu

Filtrat

+ beberapa tetes FeCl3 1 %


Terbentuk warna coklat kehijauan atau biru kehitaman positif mengandung tannin

Hasil

VII.

HASIL PENGAMATAN

HASIL PENGAMATAN
Sebelum
Sesudah
1.
Persiapan Ekstrak Methanol Rimpang Temulawak
- 5 gram
- 5 g serbuk temulawak
a.
serbuk
+ methanol =
Rimpang Temulawak
rimpang
terbentuk 2 lapisan,
temulawa
atas= larutan
dibersihkan dan dikuliti
k = serbuk
berwarna orange,
dikeringkan dan digiling
coklat
bawah= endapan
- Methanol
kuning kecoklatan.
Serbuk Kering
60-80%= - 5 g serbuk temulawak
tidak
+ methanol, lalu
berwarna
dipanaskan =
5 g serbuk rimpang Temulawak
lapisan atas
b.
=larutan berwarna
Dimasukkan gelas kimia 100 ml
orange, bawah=
Diekstraksi dengan cara merendam serbuk kedalam 15 ml methanol 60-80%
endapan kuning
Dipanaskan
disaring
kecoklatan +
timbul bau khas
temulawak.
- Disaring,
Residu
- Residu= endapan
Filtrat
berwarna coklat
Dipekatkan dengan cara diuapkan dipenangas
- Filtrate= larutan
berwarna orange
NO

PROSEDUR PERCOBAAN

SAMPEL

DUGAAN REAKSI

KESIMPULAN

2.

Identifikasi Alkaloid dengan Metode CulvenorFitzgerald

- Sampel =
larutan
1 ml Sampel
berwarna
Dicampur dengan 1 ml kloroform
orange
+ 1 ml ammonia
- Kloroform=
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
larutan tak
Dipanaskan di atas penangas air
Dikocok dan disaring
berwarna
- Ammonia(N
H3) =
larutan tak
Residu
Filtrat
berwarna
- H2SO4 pekat
= larutan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
tak
+ 3 tetes H2SO4 2 N + 3 tetes H2SO4 2 N + 3 tetes H2SO4 2 N
berwarna
Dikocokterpisah
& didiamkanDikocok
hingga terpisah
& didiamkan hingga terpisah
Dikocok & didiamkan hingga
Reagen
Bagian atas diambil %Bagian
diuji dengan
atas diambil
pereaksi
%
Bagian
Meyer
diuji dengan
atas diambil
pereaksi
% diuji
Wegner
dengan pereaksi Dragendorf
Meyer =
larutan tak
berwarna
- Reagen
Hasil
Wegner =
Hasil
Hasil
larutan
berwarna
merah
- Reagen
Dragendo
rf=

- 1 ml sampel + 1 ml
kloroform =
berwarna
- 1 ml sampel + 1 ml
kloroform+ 1 ml
NH3 = berwarna
merah darah .
- Campuran dipanaskan
& dikocok
,disaring.
- Filtrate = berwarna
merah
- Dimasukkan dalam 3
tabung.
- Tabung 1
Filtrate + 3 tetes
H2SO4 2 N= orange
kemerahan,
kemudian
didiamkan &
bagian atas diambil
+ pereaksi Meyer=
endapan jingga
- Tabung 2
Filtrate + 3 tetes
H2SO4 2 N= orange
kemerahan,

Sampel merupakan senyawa


basa dengan mengikat 1
atau lebih atom N, jika
terbentuk endapan jingga
setelah diuji Meyer,
endapan coklat setelah diuji
Wagner dan endapan putih
setelah diuji Dragendorf.
Meyer

+ K 2 [ HgI 4 ]

NK+

+ K 2 [ HgI 4 ]

Wagner

+ KI + I 2

Sampel positif
mengandung
Alkaloid, dengan
uji pereaksi Meyer
dan uji pereaksi
Wegner
Sampel negative
mengandung
Alkaloid dengan
uji pereaksi
Dragendorf.

larutan
berwarna
kuning

3.

1
ml sampel
Identifikasi
Flavonoid

Dicampur dengan 3 ml etanol 70 %


Dikocok
Dipanaskan & dikocok lagi
disaring

Residu

Filtrat

- Sampel=
larutan
berwarna
orange.
- Etanol 70%=
larutan tak
berwarna
- Mg= serbuk
abu-abu
- HCl =
larutan tak

+ Mg 0,1 g
+ 2 tetes HCl pekat
Terbentuk warna merah pada lapisan etanol positif falavonoid

Hasil

kemudian
didiamkan &
bagian atas diambil
+ pereaksi Wegner
= endapan coklat
- Tabung 3
Filtrate + 3 tetes
H2SO4 2 N= orange
kemerahan,
kemudian
didiamkan &
bagian atas diambil
+ pereaksi
Dragendorf =
kuning

- 1 ml sampel + 3 ml
etanol 70%=
orange
- Setelah dipanaskan=
larutan orange (+)
- Disaring:
Residu
Filtrat= orange (+)
- Filtrate + 0,1 g serbuk
Mg= larutan
orange terdapat
endapan Mg

+ I 3

NK+

Dragendorf
Dragendorf

+ K [ BiI 4 ]

NK+

+ K [ BiI 4 ]

Sampel merupakan senyawa Sampel positif


fenol apabila terbentuk
mengandung
lapisan merah.
Flavonoid

berwarna - Filtrate + 0,1 g serbuk


Mg + 2 tetes HCl
pekat = larutan
berwarna orange.

4.

Identifikasi Saponin
1 ml sampel
Dididihkan dengan + 5 ml air
Dipanaskan diatas penangas
Disaring

Residu

- Sampel=
larutan
berwarna
orange.
- aquades= tak
berwarna

Filtrat
Dikocok & didiamkan selama 15 menit
Terbentuk busa, positif mengandung saponin

Hasil

-1 ml sampel + 5 ml
air = larutan berwarna
orange
-dipanaskan dan
disaring=larutan
orange
-dikocok &
didiamkan 15 menit=
tidak terbentuk busa

Sampel mengandung
senyawa kompleks
glikoksida apabila terbentuk
busa.

Sampel negatif (-)


mengandung
Saponin

5.

Identifikasi Steroid
1 ml sampel

Dicampur 3 ml etanol 70%


+ 2 ml H2SO4 pekat
+ 2 ml CH3COOH anhidrat
Perubahan warna dari ungu ke biru/hijau positif mengandung steroid
Hasil

6.

- Sampel =
- 1 ml sampel + 2 ml
larutan tak
kloroform = orange
berwarna - 1 ml sampel + 2 ml
1 ml sampel
- Kloroform =
kloroform + 3 ml
Dicampur 2 ml kloroform
larutan tak
H2SO4 pekat=
+ 3 ml H2SO4 pekat
berwarna
terbentuk 2 lapisan,
Terbentuk warna merah kecoklatan, mengandung triterpenoid
- H2SO4
atas = kuning,
pekat=
bawah= orange
larutan tak
kemerahan
berwarna
Hasil
Identifikasi Triterpenoid

Sampel mengandung
triterpenoid apabila
terbentuk warna merah
kehitaman.

Sampel positif (+)


mengandung
triterpenoid

Sampel mengandung tanin


apabila terbentuk endapan
coklat.

3++3 Cl
FeCl3 Fe

Sampel positif (+)


mengandung Tanin

1 ml sampel
7.

Identifikasi Tanin
Dididihkan dengan 20 ml air
Dipanaskan diatas penangas
Disaring

Residu

Filtrat

- Sampel =
- 1 ml sampel
larutan
dipanaskan =
orange
orange
- Air = tak
- Dipanaskan dan
berwarna
disaring, filtrate+
- FeCl3 1 %=
FeCl3 = coklat
kuning
kehijauan

+ beberapa tetes FeCl3 1 %


Terbentuk warna coklat kehijauan atau biru kehitaman positif mengandung tannin

Hasil

HO

OH

+Fe3+
OH
HO
OH

OH

+Fe(OH)3
OH
HO
OH

hitam

VIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan pertama yaitu persiapan ekstrak methanol rimpang temulawak. Pertama,
menyiapkan rimpang temulawak, yang sudah dibersihkan dari kotorannya dan dikuliti kulit
luarnya. Kemudian rimpang temulawak tersebut dikeringkan dan digiling halus menjadi
serbuk kering yang berwarna coklat. 5 gram serbuk rimpang temulawak ditimbang dan
dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL. Serbuk rimpang tersebut diekstraksi dengan cara
merendamnya ke dalam 15 mL methanol 60-80% berupa larutan tidak berwarna. Maka
dihasilkan yang larutan tersebut membentuk 2 lapisan dengan lapisan atas berwarna orange
dan lapisan bawah berupa endapan kuning kecoklatan. Kemudian dipanaskan , maka terbentuk
lapisan atas berwarna orange dan lapisan bawah berupa endapan berwarna kuning kecoklatan
(+) dan juga timbul bau temulawak. Larutan tersebut selanjutnya disaring menjadi residu
berupa endapan berwarna kuning kecoklatan dan filtrat berupa larutan berwarna orange dan
berbau temulawak.
Pada percobaan kedua yaitu identifikasi alkaloid dengan metode Culvenor-Fitzgerald.
Filtrat dari hasil penyaringan percobaan pertama adalah sebuah sampel yang akan diambil
1mL. 1 mL sampel tersebut dicampur dengan 1 mL kloroform berupa larutan tak berwarna,
maka menghasilkan larutan berwarna orange. Campuran tersebut ditambahkan 1 mL NH 3
berupa larutan tak berwarna, maka menghasilkan campuran yang berwarna merah darah.
Langkah selanjutnya, campuran dipanaskan, dikocok dan disaring menghasilkan residu dan
filtrat berwarna merah. Filtrat tersebut dibagi menjadi 3 bagian yang sama pada 3 tabung
reaksi 1mL. Pada tabung reaksi 1 yang telah berisi filtrat diatas, ditambahkan 3 tetes H 2SO4
2N berupa larutan tak berwarna, menghasilkan campuran berwarna orange kemerahan.
Kemudian dikocok, didiamkan hingga terpisah menjadi 2 bagian dan ambil bagian atas
campuran berupa campuran orange kemerahan yang tanpa endapannya. Campuran tersebut
diuji dengan pereaksi Meyer (Kalium Merkuri Iodida) yang berupa larutan tidak berwarna.
Hasilnya yaitu endapan berwarna jingga yang membuktikan bahwa sampel positif
mengandung alkaloid dengan uji pereaksi Meyer.

+ K 2 [ HgI 4 ]

NK+

+ K 2 [ HgI 4 ]

Pada tabung reaksi II yang telah berisi filtrat diatas, ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N
berupa larutan tak berwarna, menghasilkan campuran berwarna orange kemerahan. Kemudian
dikocok, didiamkan hingga terpisah menjadi 2 bagian dan ambil bagian atas campuran berupa
campuran orange kemerahan yang tanpa endapannya. Campuran tersebut diuji dengan
pereaksi Wegner yang berupa larutan berwarna merah. Hasilnya yaitu campuran berwarna
coklat yang membuktikan bahwa sampel positif mengandung alkaloid dengan uji pereaksi
Wegner.

+ KI + I 2
S

+ I 3

Pada tabung reaksi III yang telah berisi filtrat diatas, ditambahkan 3 tetes H 2SO4 2N
berupa larutan tak berwarna, menghasilkan campuran berwarna orange kemerahan. Kemudian
dikocok, didiamkan hingga terpisah menjadi 2 bagian dan ambil bagian atas campuran berupa
campuran orange kemerahan yang tanpa endapannya. Campuran tersebut diuji dengan
pereaksi Dragendorf (Kalium Bismuth Iodida) yang berupa larutan berwarna kuning. Hasilnya
yaitu campuran berwarna kuning yang membuktikan bahwa sampel negatif mengandung
alkaloid dengan uji pereaksi

Dragendorf. Prinsip dari metode analisis ini adalah reaksi

pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai
pasangan elektron bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi-pereaksi.
Pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan kalium iodida dalam larutan asam asetat
glasial [kalium tetraiodobismutat (III)]. Pereaksi Wagner mengandung iod dan kalium iodida.
Sedangkan pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida [kalium
tetraiodomerkurat (II)].

+ K [ BiI 4 ]

NK+

+ K [ BiI 4 ]

Pada percobaan ketiga yaitu identifikasi flavonoid. Filtrat dari hasil penyaringan
percobaan pertama adalah sebuah sampel yang akan diambil 1 mL. 1 mL sampel tersebut
dicampur dengan 3 mL etanol berupa larutan tak berwarna, maka menghasilkan larutan

berwarna orange. Larutan tersebut dikocok dan dipanaskan, larutan tetap berwarna orange.
Berikutnya dikocok lagi dan disaring maka menghasilkan residu dan filtrat berupa larutan
berwarna orange. 0,1 gram serbuk Mg berwarna abu-abu ditambahkan pada filtrat dan
menghasilkan larutan orange terdapat endapan Mg. 2 tetes HCl pekat berupa larutan tak
berwarna ditambahkan pada campuran tersebut dan menghasilkan larutan berwarna orange
kemerahan terdapat endapan. Hasilnya yaitu larutan berwarna orange kemerahan yang
membuktikan bahwa sampel positif mengandung flavonoid.
Pada percobaan keempat yaitu identifikasi saponin. Filtrat dari hasil penyaringan
percobaan pertama adalah sebuah sampel yang akan diambil 1 mL. Sampel tersebut
dididihkan di dalam penangas dengan 10 mL air yang tak berwarna, menghasilkan campuran
berwarna orange. Campuran tersebut dikocok dan didiamkan 15 menit menghasilkan
campuran yang seharusnya berbentuk busa yang stabil selama 15 menit.. Hasilnya yaitu tidak
terbentuk busa membuktikan bahwa sampel negatif mengandung saponin.
Pada percobaan keenam yaitu identifikasi triterpenoid. Uji senyawa triterpenoid ini
untuk mengetahui apakah ekstrak mengandung senyawa triterpenoid.Filtrat dari hasil
penyaringan percobaan pertama adalah sebuah sampel yang akan diambil 1 mL. Sampel yang
beupa larutan berwarna orange dicampur dengan 2 mL kloroform berupa larutan tak berwarna,
menjadi larutan berwarna orange. Pelarut kloroform dapat melarutkan senyawa ini karena
larut dalam baik dalam kloroform dan tidak mengandung molekul air. Berikutnya sampel
tersebut ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat berupa larutan tak berwarna, menjadi larutan yang
membentuk 2 lapisan, dengan lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna
orange kemerahan. Hasilnya yang terbentuk membuktikan bahwa sampel positif mengandung
triterpenoid. Senyawa triterpenoid akan mengalami dehidrasi dengan penambahan asam kuat
yaitu H2SO4 pekat dan membentuk garam yang memberikan sejumlah reaksi warna.
Pada percobaan ketujuh yaitu identifikasi tanin. Filtrat dari hasil penyaringan
percobaan pertama adalah sebuah sampel yang akan diambil 1 mL. Sampel yang beupa
larutan berwarna orange dididihkan didalam penangas air, hasilnya berupa larutan berwarna
orange. Berikutnya larutan tersebut disaring akan menghasilkan residu dan filtrat yang berupa
larutan berwarna orange. Filtrat akan ditambahkan dengan beberapa tetes FeCl 3 1% yang
berwarna kuning, menjadi larutan berwarna coklat kehijauan. Hasilnya yang menjadi larutan

berwarna coklat kehijauan membuktikan bahwa sampel positif mengandung tanin. Tujuan
menggunakan FeCl3 untuk mengetahui apakah ekstrak kasar memiliki gugus fenol.Tanin
merupakan senyawa polifenol. Warna coklat kehijauan yang terbentuk pada ekstrak setelah
ditambahkan FeCl3 karena tanin membentuk senyawa komplek dengan FeCl3. Terjadinya
pembentukan warna ini karena terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin.
Senyawa kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom
logam dengan atom nonlogam.Kecenderungan Fe dalam pembentukan senyawa kompleks
dapat mengikat 6 pasang elektron bebas. Ion Fe3+ dalam pembentukan senyawa kompleks
akan terhibridisasi membentuk hibridisasi d2sp3, sehingga akan terisi oleh 6 pasang elektron
bebas atom O. Pada tanin kestabilan dapat tercapai jika tolakan antara ligan pada 3 tanin
minimal. Hal ini terjadi jika 3 tanin tersebut posisinya dijauhkan.
Pada percobaan kelima yaitu identifikasi steroid tidak dilakukan.

IX.

DISKUSI
Pada percobaan kedua yaitu identifikasi alkaloid dengan metode Culvenor-Fitzgerald.

Pada tabung reaksi III yang telah berisi filtrat diatas, ditambahkan 3 tetes H 2SO4 2N berupa
larutan tak berwarna, menghasilkan campuran berwarna orange kemerahan. Kemudian
dikocok, didiamkan hingga terpisah menjadi 2 bagian dan ambil bagian atas campuran berupa
campuran orange kemerahan yang tanpa endapannya. Campuran tersebut diuji dengan
pereaksi Dragendorf. Hasilnya yaitu campuran berwarna kuning yang membuktikan bahwa
sampel negatif mengandung alkaloid dengan uji pereaksi

Dragendorf. Seharusnya

menghasilkan endapan putih sehingga membuktikan bahwa sampel positif mengandung


alkaloid dengan uji pereaksi Dragendorf. Tidak terbentuknya endapan putih, hal ini
dikarenakan ketika didiamkan, endapannya tidak terpisah dari larutannya. Sehingga
mempengaruhi filtrat yang akan diuji dengan pereaksi Dragendorf.
Pada percobaan keempat yaitu identifikasi saponin. Filtrat dari hasil penyaringan
percobaan pertama adalah sebuah sampel yang akan diambil 1 mL. Sampel tersebut
dididihkan di dalam penangas dengan 10 mL air yang tak berwarna, menghasilkan campuran
berwarna orange. Campuran tersebut dikocok dan didiamkan 15 menit menghasilkan
campuran yang seharusnya berbentuk busa. Hasilnya yaitu tidak terbentuk busa membuktikan
bahwa sampel negatif mengandung saponin. Seharusnya ketika dikocok dengan kencang, akan
terbentuk busa pada campuran tersebut, sehingga membuktikan bahwa sampel tersebut positif
mengandung saponin. Tidak terbentuknya busa, hal ini dikarenakan setelah dipanaskan dan
didiamkan, tidak terbentuk endapan pada campuran. Jadi ketika dikocok, maka tidak terbentuk
busa.

X.

KESIMPULAN
Pada percobaan kedua yaitu identifikasi alkaloid dengan metode Culvenor-Fitzgerald.

Campuran yang diuji dengan pereaksi Meyer, hasilnya yaitu endapan berwarna jingga yang
membuktikan bahwa sampel positif mengandung alkaloid dengan uji pereaksi

Meyer.

Campuran yang diuji dengan pereaksi Wegner,hasilnya yaitu campuran berwarna coklat yang
membuktikan bahwa sampel positif mengandung alkaloid dengan uji pereaksi

Wegner.

Campuran yang diuji dengan pereaksi Dragendorf,hasilnya yaitu campuran berwarna kuning
yang membuktikan bahwa sampel negatif mengandung alkaloid dengan uji pereaksi
Dragendorf.
Pada percobaan ketiga yaitu Identifikasi Flavonoid. Filtrat direaksikan menjadi larutan
berwarna orange kemerahan yang membuktikan bahwa sampel positif mengandung flavonoid.
Pada percobaan keempat yaitu identifikasi saponin. Filtrat yang direaksikan,hasilnya
yaitu tidak terbentuk busa membuktikan bahwa sampel negatif mengandung saponin.
Pada percobaan keenam yaitu identifikasi triterpenoid. Filtrat yang direaksikan,hasilnya
yaitu orange kemerahan terbentuk membuktikan bahwa sampel positif mengandung
triterpenoid.
Pada percobaan ketujuh yaitu identifikasi tanin. Filtrat yang direaksikan, hasilnya
menjadi larutan berwarna coklat kehijauan membuktikan bahwa sampel positif mengandung
tanin.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhil. 2012. Uji Fitokimia.(online)(http://scribd.com/doc/16766643/Uji-Fitokimia) Diakses
pada tanggal 03 Oktober 2015 pukul 21:24 WIB
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Terjemahan: K.Padmawinata & I. Soediro. Bandung: ITB
Mayarfi. 2014. Dasar Teori Fitokimia Pada Rimpang Temulawak.(online)(http://www.scribd.
com/doc/211210144/Dasar-Teori-Uji-Fitokimia-Pada-Rimpang-Temulawak.)
Diakses pada tanggal 03 Oktober 2015 pukul 21.39 WIB
Prihannensia, Maydia.2013. Teori Dasar Fitokimia.(online)( http://www.scribd.com/doc/
130821589/Teori-Dasar-Fitokimia.) Diakses pada tanggal 03 Oktober 2015 pukul
21.30 WIB
Tim Dosen Kimia Organik. 2015. Penuntun Kimia Organik II. Surabaya: Jurusan Kimia
FMIPA UNESA
Widiyati, E. 2005. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas Biologi pada
Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Bengkulu. Jurnal
Gradien. Vol 2, N0 1, hal 116-122

LAMPIRAN JAWABAN PERTANYAAN


1.

Tuliskan secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia diatas!


Mayer :
+ K 2 [ HgI 4 ]

+ K 2 [ HgI 4 ]

NK+

Wagner

+ I 3

+ KI + I 2
N

NK+

Dragendorf
+ K [ BiI 4 ]

+ K [ BiI 4 ]
+

NK

3++3 Cl
FeCl3 Fe

HO

OH

+Fe(OH)3

OH
3+

OH

+Fe
OH

HO
OH

HO
OH

hitam

2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid, tanin,
saponin, flavoniod, dan alkaloid

Gambar 1. Struktur dasar steroid

Gambar 2. Struktur dasar triterpenoid

Gambar 3. Struktur dasar tanin

Gambar 4. Struktur dasar saponin

Gambar 5. Struktur dasar Flavonoid

Gambar 6. Struktur dasar alkaloid

3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang temulawak
berdasarkan literatur yang ada!
Dalam rimpang temulawak terdapat kandungan Alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid,
glikosida, dan fenolik
4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia!
Beberapa khasiat atau manfaat dari temulawak bagi kehidupan manusia antara lain
mengobati bau badan yang tidak sedap, penurunan kolesterol, liver, sakit kuning,
hepatitis, perut kembung, tidak nafsu makan akibat kekurangan cairan empedu, demam,
pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, darah tinggi,
batu empedu, haid tidak lancar, wasir, produksi ASI sedikit, dan menjaga stamina. Selain
itu adalah untuk mengatasi gangguan lever, rematik dan lelah, sebagai penghilang rasa
sakit, anti bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare, anti oksidan, anti tumor, diuretic,
depresi.

You might also like