You are on page 1of 20

MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

Irma Anindiati
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Al-Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai pedoman bagi umat manusia di dunia. Al-Quran


diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantara
malaikat Jibril. Di dalam Al-Quran terdapat dua terminologi, yaitu fase makkiyah
dan fase madaniyah, dimana keduanya memiliki perbedaan kandungan isi.
Umumnya Surah-surah yang tertata rapih di dalam Al-quran berkaitan dengan
kedua terminologi tersebut. Melalui makalah ini penulis akan memaparkan dan
menganalisis kedua fase tersebut.
Sementara itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada Al-Quran
yang tergolong Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan
penyaksian langsung tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan
ialah memahami ayat-ayat mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyyah,
kecuali riwayat dari para sahabat Rasul.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan pokok dalam makalah ini adalah

bagaimanakah hakikat dari Makkiyah dan Madaniyyah dalam ulumul Quran.


Jabaran dari permasalahan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah definisi ayat Makkiyah dan ayat Madaniyyah?
2. Bagaimanakah ciri umum yang membedakan ayat Makkiyah dan ayat
Madaniyyah?
3. Bagaimanakah tanggapan mengenai keraguan seputar Makkiyah dan
Madaniyyah?
4. Bagaimanakah analisis perbandingan antara ayat Makkiyah dan ayat
Madaniyyah?

3.

Tujuan
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan hakikat

Makkiyah dan Madaniyyah dalam ulumul Quran. Jabaran dari tujuan ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan definisi ayat Makkiyah dan ayat Madaniyyah?
2. Mendeskripsikan ciri umum yang membedakan ayat Makkiyah dan ayat

Madaniyyah?
3. Mendeskripsikan tanggapan mengenai keraguan seputar Makkiyah dan

Madaniyyah?
4. Mendeskripsikan hasil analisis perbandingan antara ayat Makkiyah dan

ayat Madaniyyah?

PEMBAHASAN
1.

Definisi Makkiyah dan Madaniyyah


Makkiyah diambil dari nama kota Makkah, tempat Islam lahir dan tumbuh.

Kata makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan
sesuatu disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari
Makkah atau yang berkenaan dengannya. Begitu pula dengan Madaniyyah,
diambil dari nama kota Madinah, tempat Rasulullah SAW berhijrah dan
membangun masyarakat Islam serta mengembangkan Islam hingga ke segala
penjuru dunia.
Walaupun kemudian da'wah Rasulullah melewati batas-batas wilayah
kedua kota tersebut, namun Makkah dan Madinah tetap mempunyai peran yang
signifikan dalam setiap proses pengembangan Islam. Oleh karena itu, pengertian
makkiyah dan Madaniyyah tidak hanya terbatas pada ruang lingkup tempat atau
penduduk yang berdiam di dua kota tersebut, melainkan mencakup di dalamnya
periode waktu. Dari sini kemudian para ulama tafsir dalam mendefinisikan
makkiyah dan Madaniyyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat
sempit, melainkan juga memasukan unsur waktu yang tak terpisahkan dari sejarah
dawah Rasulullah.
Jika dilihat dari proses turunnya, ayat Al-Quran terdiri dari dua macam,
yaitu makkiyah dan Madaniyyah. Terdapat beberapa definisi mengenai makkiyah
dan Madaniyyah di antara ulama ilmu tafsir. Definisi pertama adalah ayat-ayat AlQuran yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah disebut ayat makkiyah,
sedangkan setiap ayat Al-Quran yang turun setelah Rasulullah SAW hijrah
dikategorikan sebagai ayat Madaniyyah1. Definisi tersebut didasarkan atas
susunan waktu diturunkannya Al-Quran, dan hijrah digunakan sebagai acuan
untuk membedakan ayat-ayat tersebut. As-Suyuti (dalam Nasr Hamid Abu Zaid,
2005) juga menyebutkan definisi makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut,
Makki adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum hijrah, dan Madani adalah
yang diturunkan setelahnya, baik turun di Makkah ataupun di Madinah, pada
tahun penaklukan Makkah atau haji wada, atau dalam suatu perjalanan2.
1

Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Quran. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006.
Ulumul Quran. Jakarta: Al-Huda. (hal. 97)
2
Zaid, Nasr Hamid Abu. 1993. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Quran. TERJEMAH.
Nahdliyyin, Khoiron. 2005. Tekstualitas Al-Quran Kritik Terhadap Al-Quran. Yogyakarta: LKiS

Definisi yang kedua mengatakan bahwa jika sebuah ayat diturunkan di


kota Mekkah, maka ayat tersebut dikategorikan Makkiyah dan jika sebuah ayat
diturunkan di kota Madinah, maka ayat tersebut dikategorikan Madaniyyah.
Definisi ini menggunakan tempat sebagai acuannya. Definisi selanjutnya
menggunakan topik pembicaraan suatu ayat sebagai acuan. Pada definisi yang
ketiga ini, suatu ayat dikatakan ayat Makkiyah apabila diturunkan bagi penduduk
Mekkah. Dan sebaliknya, suatu ayat dikatakan ayat Madaniyyah apabila ditujukan
kepada penduduk Madinah.
Dari ketiga definisi mengenai Makkiyah dan Madaniyyah yang telah
disebutkan diatas, kemudian muncul pertanyaan definisi manakah yang paling
tepat. Hakim (2006) mengatakan bahwa definisi yang menggunakan waktu
(periode) turunnya suatu ayat merupakan definisi yang paling tepat. Definisi ini
merupakan pembebasan makkiyah dan Madaniyyah dari konotasi tempat dan
topik. Dalam definisi ini, Makkiyah dan Madaniyyah menjadi lebih fleksibel dan
mencakup semua unit wahyu yang diturunkan, karena titik pemisah keduanya
adalah hijrahnya Rasulullah SAW. Semua ayat yang turun sebelum hijrah,
dimanapun turunnya termasuk bagian dari Makkiyah. Begitu pula ayat yang turun
setelah hijrah adalah adalah Madaniyyah, meskipun turun di tempat selain
Madinah. Dengan demikian, tidak ada satu ayat pun yang tidak termasuk ke dalam
Makkiyah ataupun Madaniyyah.
Definisi yang menjadikan tempat dan topik pembahasan suatu ayat sebagai
acuan tidaklah salah. Akan tetapi kedua definisi tersebut memiliki kelemahan jika
dibandingkan dengan definisi yang menggunakan waktu (periode) hijrah sebagai
acuan. Definisi ketiga mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Quran yang ditujukan
bagi penduduk Mekkah adalah ayat Makkiyah sedangkan ayat yang ditujukan
untuk penduduk Madinah termasuk ayat Madaniyyah. Pendapat ini tentu saja
kurang tepat karena ayat Al-Quran ditujukan bagi siapapun umat manusia di
muka bumi ini. Memang pada proses penurunan ayatnya, memiliki keterkaitan
dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada penduduk Mekkah dan Madinah.
Akan tetapi bukan berarti Al-Quran khusus ditujukan bagi mereka saja,
melainkan ditujukan kepada seluruh umat maanusia.
Yogyakarta.

Definisi yang menggunakan tempat sebagai acuannya pun memiliki


kelemahan jika dibandingkan dengan definisi yang menggunakan waktu (periode)
sebagai acuan. Dalam konteks ini, setiap surat dan ayat yang turun di Makkah dan
sekitarnya digolongkan sebagai ayat Makkiyah. Sekalipun ia turun setelah
hijrahnya Rasulullah. Begitu pula dengan halnya yang turun di Madinah dan
sekitarnya dikategorikan sebagai ayat Madaniyyah. Lalu bagaimana dengan ayat
atau surat yang turun diluar kedua daerah tersebut? Para ulama yang mendukung
pendapat ini mengalami kesulitan, mereka melihat tidak semua unit ayat turun di
Makkah dan Madinah saja, melainkan ada yang turun di wilayah sekitar kota
tersebut tapi tidak termasuk dalam bagian kota. Imam As-Suyuthi sendiri telah
memasukkan wilayah sekitar Makkah seperti Mina, Arafat, Hudaibiyah sebagai
Makkah. Dan memasukkan wilayah sekitar Madinah seperti Badar, Uhud dan Sala
sebagai wilayah Madinah. Hal ini tentunya mengundang perdebatan. Sehingga
dari sinilah diketahui bahwa definisi tersebut sulit diterima dan tampaklah
kelemahan pengertian Makkiyah dan Madaniyyah yang hanya terpaku pada
konteks tempat.
2.

Ciri Umum Ayat Makkiyah dan Ayat Madaniyyah


Pada awalnya, para ahli tafsir membedakan ayat Makkiyah dan

Madaniyyah berdasarkan riwayat atau bukti-bukti sejarah tentang waktu


diturunkannya surat tersebut. Dengan mempelajari riwayat dan bukti sejarah yang
ada, ahli tafsir dapat mengetahui lebih jauh antara golongan surat makkiyah dan
golongan surat madaniyyah serta mampu membedakan antara keduanya. Namun
setelah para ahli tafsir menguasai pengetahuan tersebut, mayoritas dari mereka
beralih pada ilmu perbandingan antara ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah.
Dengan membandingkan kedua golongan ayat tersebut, ahli tafsir dapat
mengetahui ciri-ciri umum surat Makkiyah dan surat Madaniyyah.
Berikut adalah ciri umum yang terdapat pada surat-surat yang termasuk ke
dalam kelompok Makkiyah, seperti diungkapkan oleh Hakim (2006; 104).
1. Ayat dan surat-suratnya pendek dan ringkas serta memiliki kesamaan cara
penyampaian atau gaya bahasanya.

2. Ayat atau surat-suratnya berisikan seruan-seruan tentang dasar-dasar


keimanan kepada Allah SWT, masalah wahyu, alam gaib, hari akhir serta
gambaran tentang surge dan neraka.
3. Berisikan tentang seruan untuk memegang teguh akhlaq al-karimah dan
istiqamah dalam berbuat kebaikan.
4. Berisikan tentang perlawanan terhadap kaum musyrik dan memberantas
cita-cita mereka.
5. Surah-surahnya banyak diawali dengan kalimat wahai manusia dan tidak
menggunakan kalimat wahai orang-orang beriman, kecuali surat AlHajj.
Adapun ciri umum yang terdapat pada ayat Madaniyyah adalah sebagai
berikut.
1. Susunan ayat dan suratnya panjang.
2. Berisi bukti-bukti kebenaran dan dalil-dalil yang dipergunakan untuk lebih
mengutamakan kebenaran agama.
3. Berisikan tentang perlawanan terhadap Ahlukitab dan seruan kepada
mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan syariat agama
mereka.
4. Berisi cerita tentang orang-orang munafik dan problema-problema yang
disebabkan karena mereka.
5. Lebih banyak mengutarakan tentang sanksi-sanksi, hukum waris, hak dan
aturan-aturan politik, sosial dan negara.
Sementara itu, para ulama kuno membuat beberapa kriteria yang
berhubungan dengan kandungan teks untuk membedakan antara surat Makkiyah
dan surat Madaniyyah3. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
1. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kalimat yaa ayyuha an-nas dan
tidak menggunakan kalimat yaa ayyuha al-ladzina amanu termasuk
golongan surat Makkiyah, kecuali surat Al-Hajj.
2. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata kalla termasuk surat
Makkiyah.
3

Zaid, Nasr Hamid Abu. 1993. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Quran. TERJEMAH.
Nahdliyyin, Khoiron. 2005. Tekstualitas Al-Quran Kritik Terhadap Al-Quran. Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta. (hal. 91)

3. Setiap surat yang di dalamnya terdapat huruf mujam termasuk surat


Makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran.
4. Setiap surat yang mengandung cerita Adam dan iblis adalah surat
Makkiyah, kecuali Al-Baqarah. Sedangkan setiap surat yang menceritakan
orang-orang munafik adalah surat Madaniyyah.
5. Setiap surat yang di dalamnya terkandung ayat-ayat tentang hukuman dan
kewajiban-kewajiban termasuk ke dalam surat Madaniyyah, dan setiap
surat yang mengandung sejarah masa lalu termasuk ke dalam surat
Makkiyah.
Seluruh ciri atau kriteria di atas tidaklah lengkap dan sempurna. Hal
tersebut disadari oleh para ahli tafsir. Oleh karena itu, pembedaan antara surat
Makkiyah dan surat Madaniyyah didasarkan ciri atau kriteria umum, namun tidak
final. Sehingga diperlukan pengetahuan lain yang berhubungan dengan hal
tersebut untuk menentukan surat Makkiyah dan surat Madaniyyah.
3.

Keraguan Seputar Makkiyah dan Madaniyyah


Pembahasan seputar Makkiyah dan Madaniyyah adalah pembahasan yang

penuh dengan masalah keraguan dan perselisihan. Hakim4 menyebutkan bahwa


keraguan dan perselisihan tersebut sebenarnya didasarkan atas permasalahan
bahwa terdapat perbedaan dan keistimewaan pada surat Makkiyah maupun
Maaniyyah. Hal tersebut membuat sebagian misionaris beranggapan bahwa AlQuran tunduk dan mengikuti kekuatan dan keadaan manusia yag beragam yang
memberikan pengaruh kepada gaya bahasa yang ada pada Al-Quran, cara
pemaparannya, isi kandungan dan tema-tema yang menjadi pembahasan dalam
Al-Quran tersebut. Terdapat dua hal yang menyangkut masalah keraguan tentang
Makkiyah dan Madaniyyah, yaitu (a) hal yang berkaitan dengan gaya bahasa AlQuran dan (b) hal yang berkaitan dengan materi atau tema.
a.

Gaya Bahasa Ayat Makkiyah dan Ayat Madaniyyah


Dikatakan bahwa gaya bahasa pada ayat Makkiyah memiliki keistimewaan

dibandingkan dengan ayat Madaniyyah. Keistimewaan tersebut berupa ketegasan


4

Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Quran. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006.
Ulumul Quran. Rujukan Sebelumnya. (hal. 107)

dan gaya bahasa yang keras, serta sering menggunakan bahasa kecaman. Hal ini
menunjukkan bahwa Muhammad memberikan pengaruh terhadap lingkungan di
Mekkah, yang merupakan kota tempat tinggal beliau sendiri.
Gaya bahasa tersebut di atas berbeda dengan gaya bahasa pada ayat
Madaniyyah. Ayat-ayat Madaniyyah bercirikan ayat-ayat yang bersifat lemah
lembut serta penuh dengan toleransi dan mudah memaafkan.
Menurut Hakim5, bahwa isu yang berkembang seputar gaya bahasa ayat
Makkiyah yang keras dan berisi dengan kecaman dibandingkan gaya bahasa ayat
Madaniyyah tidaklah sepenuhnya benar. Ada gaya bahasa ayat Makkiyah yang
lembut dan ada gaya bahasa ayat Madaniyyah yang kasar. Menurutnya ada
beberapa fakta yang perlu diungkap:
1) Tidaklah benar jika dikatakan bahwa hanya surah-surah Makkiyah yang
berisikan dan bercirikan ayat-ayat yang berisi ancaman dan peringatan.
Akan tetapi pada kenyataannya adalah bahwa cirri seperti itu juga dimiliki
ayat Madaniyyah. Di antara ayat-ayat Madaniyyah yang bercirikan keras
dan tegas adalah firman Allah Q.S.Al-baqarah:275 :








275. Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang
kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
5

Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Quran. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006.
Ulumul Quran. Rujukan Sebelumnya. (hal. 112)

Adapun ayat Makkiyah yang memiliki gaya bahasa yang lemah


lembut di antaranya seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Hijr: 87-88:





87. Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang[814] dan Al Quran yang agung.
88. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu
kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada
beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah
dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.
[814] Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah
surat Al-Faatihah yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian ahli tafsir
mengatakan tujuh surat-surat yang panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali
Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal
atau At-Taubah.

2) Bahwasannya di dalam Al-Quran, tidak terdapat ayat yang berisikan lafadz


kecaman dan hardikan. Bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi sedangkan
Al-Quran sendiri, di dalam ayat-ayat Makkiyahnya melarang perbuatan
mencaci dan menghardik orang lain sebagaimana terdapat dalam Q.S. AlAnam: 108:





108. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki
Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Contoh dari peringatan keras yang terdapat dalam ayat Madaniyyah


adalah firman Allah dalam Q.S. Al-Maidah: 60:





60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang
orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang
fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan
dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan
babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu
lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
[424] Yang dimaksud disini Ialah: orang-orang Yahudi yang
melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al Baqarah ayat
65).

Para misionaris mengatakan bahwa ayat dan surah Makkiyah relatif lebih
pendek, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan ada keterputusan hubungan
antara kelompok surah Makkiyah dan Madaniyyah. Para misionaris juga
berpendapat bahwa kedua kelompok surah tersebut terpengaruh oleh lingkungan
hidup Nabi Muhammad saw. Saat itu masyarakat Mekkah umumnya masyarakat
ummi jadi Rasulullah tidak memberikan pemaparan berupa penjelasan ajaran
Islam secara rinci dan detail. Sebaliknya, masyarakat Madinah telah memiliki
peradaban yang maju sehingga Rasulullah saw memberikan penjelasan ajarannya
secara terperinci.
Hakim memberikan penjelasan atas pendapat para misionaris tersebut.
Pertama, bahwasannya pendek dan ringkasnya surah bukan hanya khusus untuk
kelompok surah Makkiyah. Akan tetapi, pada surah Madaniyyah juga terdapat
surah yang pendek seperti surah An-Nashr, Az-Zilzalah, Al-Bayyinah, dll. Selain
itu, surah Makkiyah yang memiliki ayat yang panjang adalah Surah Al-Anam dan
Surah Al-Araf.
Kedua, bahwasannya penelitian mengenai gaya bahasa dan sastra yang
pernah dilakukan oleh para ulama dan ahli bahasa menunjukkan bahwa
kemampuan memaparkan sesuatu secara ringkas tetapi padat adalah kemampuan
yang luar biasa dalam mengungkapkan sesuatu. Dengan demikian, pemaparan

yang ringkas merupakan dalil kemukjizatan Al-Quran dan tidak menunjukkan


cacat atau aib bagi kelompok surah Makkiyah.
b. Tema dalam Ayat Makkiyah dan Ayat Madaniyyah
Para misionaris mengatakan bahwa kelompok Surah Makkiyah tidak
pernah memberikan penjelasan tentang syariat atau aturan perundang-undangan.
Sebaliknya, kelompok Surah Madaniyyah berisikan syariat dan perundangundangan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya Al-Quran mendapat pengaruh
dari kondisi lingkungan social masyarakat sekitar karena masyarakat Mekkah
bukanlah masyarakat yang maju dan berperadaban dan di Mekkah juga Al-Quran
belum membuka cakrawala berpikir para ahlulkitab dan juga merombak syariatsyariat Islam mereka.
Hakim memberikan jawaban atas argumen dan pendapat misionaris
tersebut dengan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kelompok Surah Makkiyah tidak mengabaikan permasalahan syariat, tetapi
sebaliknya di dalam dasar-dasar ajaran yang umum terdapat tujuan dari
agama Islam ini, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Al-Anam: 151-152:












151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan

kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supaya kamu memahami(nya).
152. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah
kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan
penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat.
[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash
membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.
[519] Maksudnya mengatakan
merugikan Kerabat sendiri.

yang

sebenarnya

meskipun

[520] Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.

2) Untuk menafsirkan kenyataan bahwa kelompok Surah Makkiyah tidak


banyak menjelaskan tentang syariat dan perundang-undangan, bisa
ditafsirkan dengan menggunakan sudut pandang lain yang memiliki
keterkaitan asasi secara tematis dengan dzahir Al-Quran itu sendiri.
Pendapat tersebut adalah bahwasannya penjelasan tentang rincian syariat di
Mekkah adalah suatu perbuatan yang mendahului zaman semestinya, artinya
belum waktunya melakukan hal tersebut karena kondisi Islam ketika itu
belum memerlukan pembentukan dan pelurusan hukum tapi baru sebatas
meluruskan akidah. Akan tetapi, sebaliknya, di Madinah, Al-Quran telah
masuk ke dalam bidang syariat dan hukum perundang-undangan.
4.

Analisis: Perbandingan Antara Surat Makkiyah dan Surat Madaniyyah


Terdapat beberapa kriteria umum yang membedakan surat Makkiyah dan

surat Madaniyyah. Walaupun kriteria-kriteria umum tersebut tidak dapat dijadikan


pijakan mutlak untuk mengetahui apakah suatu ayat tersebut termasuk golongan
Makkiyah atau Madaniyyah, namun kriteria tersebut dapat digunakan untuk

membantu membandingkan surat dari kedua golongan tersebut. Berikut adalah


analisis yang dilakukan penulis dalam makalah ini.
a.

Perbandingan Jumlah Surat Makkiyah dan Madaniyyah


Berikut adalah daftar surat-surat yang tergolong Makkiyah dan

Madaniyyah.
KLASIFIKASI SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYYAH
BERDASARKAN URUTAN SURAT DALAM AL-QURAN
NO URUT
SURAT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

NAMA
SURAT
AL-FATIHAH
AL-BAQARAH
ALI IMRAN
ANNISA
AL-MA`IDAH
AL-AN'AM
AL-A'RAF
AL-ANFAL
ATTAUBAH
YUNUS
HUD
YUSUF
ARRA'DU
IBRAHIM
AL-HIJRU
ANNAHLU
AL-ISRA
AL-KAHFI
MARYAM
TOHA
AL-ANBIYA
AL-HAJJ
ALMU`MINUN
ANNUR
AL-FURQAN
ASY-SYU'ARA
ANNAMLU
AL-QASHASH
AL-'ANKABUT
ARRUM
LUQMAN
ASSAJDAH
AL-AHZAB
SABA`
FATHIR
YASIN
ASHSHAFFAT
SHAD

JUMLAH
AYAT
7
286
200
176
120
165
206
75
129
109
123
111
43
52
99
128
111
110
98
135
112
78

JENIS
SURAT
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH

ORANG-ORANG YANG BERIMAN

118

MAKKIYAH

CAHAYA
PEMBEDA
PENYAIR-PENYAIR
SEMUT
KISAH-KISAH
LABA-LABA
BANGSA RUM
LUQMAN
SUJUD
GOLONGAN YANG BERSEKUTU
NEGERI SABA
PENCIPTA
YASIN

64
77
227
93
88
69
60
34
30
73
54
45
83

MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH

YANG BERBARIS

182

MAKKIYAH

88

MAKKIYAH

ARTI
PEMBUKAAN
SAPI BETINA
KELUARGA IMRAN
WANITA
HIDANGAN
BINATANG TERNAK
TEMPAT TERTINGGI
RAMPASAN PERANG
PENGAMPUNAN
NABI YUNUS
NABI HUD
NABI YUSUF
GURUH
NABI IBRAHIM
DAERAH HIJIR
LEBAH
PERJALANAN DI MALAM HARI
GUA
SITI MARYAM
TOHA
NABI-NABI
HAJI

SHAD

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86

AZZUMAR
AL-MU`MIN
FUSHSHILAT
ASY-SYURA
AZZUKHRUF
ADDUKHAN
AL-JATSIYAH
AL-AHQAF
MUHAMMAD
AL-FATHU
AL-HUJURAT
QAF
ADZDZARIYAT
ATH-THUR
ANNAJMU
AL-QAMAR
ARRAHMAN
AL-WAQI'AH
AL-HADID
ALMUJADILAH
AL-HASYR
ALMUMTAHANAH
ASH-SHAF
AL-JUMU'AH
ALMUNAFIQUN
ATTAGHABUN
ATH-THALAQ
ATTAHRIM
AL-MULKU
AL-QALAM
AL-HAQQAH
AL-MA'ARIJ
NUH
AL-JINN
ALMUZAMMIL
ALMUDDATSTSIR
AL-QIYAMAH
AL-INSAN
ALMURSALAT
ANNABA`
ANNAZI'AT
'ABASA
ATTAKWIR
AL-INFITHAR
ATTATHFIF
AL-INSYIQAQ
AL-BURUJ
ATH-THARIQ

ROMBONGAN-ROMBONGAN
ORANG BERIMAN
YANG DIJELASKAN
MUSYAWARAH
PERHIASAN
KABUT
YANG BERLUTUT
BUKIT-BUKIT PASIR
NABI MUHAMMAD
KEMENANGAN
KAMAR-KAMAR
QAF

75
85
54
53
89
59
37
35
38
29
18
45

MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH

ANGIN YANG MENERBANGKAN

60

MAKKIYAH

49
62
55
78
96
29

MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH

22

MADANIYYAH

24

MADANIYYAH

PEREMPUAN YANG DIUJI

13

MADANIYYAH

BARISAN
HARI JUM'AT

14
11

MADANIYYAH
MADANIYYAH

ORANG-ORANG MUNAFIK

11

MADANIYYAH

HARI DITAMPAKKAN
TALAQ
MENGAHARAMKAN
KERAJAAN
QOLAM
HARI KIAMAT
TEMPAT-TEMPAT NAIK
NABI NUH
JIN

18
12
12
30
52
52
44
28
28

MADANIYYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH

ORANG-ORANG BERSELIMUT

20

MAKKIYAH

ORANG YANG BERKEMUL

56

MAKKIYAH

HARI KIAMAT
MANUSIA

40
31

MAKKIYAH
MADANIYYAH

MALAIKAT YANG DIUTUS

50

MAKKIYAH

BERITA
MALAIKAT YANG MENCABUT
BERMUKA MASAM
MENGGULUNG
TERBELAH
KECURANGAN
TERBELAH
GUGUSAN BINTANG
YANG DATANG DI MALAM HARI

40
46
42
29
19
36
25
22
17

MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH

BUKIT THUR
BINTANG
BULAN
MAHA PEMURAH
HARI KIAMAT
BESI
WANITA YANG MENGAJUKAN
GUGATAN
PENGUSIRAN

87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99

AL-A'LA
ALGHASYIYAH
AL-FAJR
AL-BALAD
ASY-SYAMSU
AL-LAIL
ADH-DHUHA
AL-INSYIRAH
ATTIN
AL-'ALAQ
AL-QADAR
AL-BAYYINAH
AZZILZAL

100

AL-'ADIYAT

101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114

AL-QARI'AH
ATTAKATSUR
AL-'ASHR
AL-HUMAZAH
AL-FIL
QURAISY
AL-MA'UN
AL-KAUTSAR
AL-KAFIRUN
ANNASHRU
ALLAHAB
AL-IKHLASH
AL-FALAQ
ANNAS

STATISTIK

YANG PALING TINGGI

19

MAKKIYAH

HARI PEMBALASAN

26

MAKKIYAH

30
20
15
21
11
8
8
19
5
8
8

MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MADANIYYAH

11

MAKKIYAH

FAJAR
NEGERI
MATAHARI
MALAM
WAKTU DUHA
KELAPANGAN
BUAH TIN
SEGUMPAL DARAH
KEMULIAAN
BUKTI
KEGONCANGAN
KUDA PERANG YANG BERLARI
KENCANG
HARI KIAMAT
BERMEGAH-MEGAHAN
WAKTU
PENGUMPAT
GAJAH
SUKU QURAISY
BARANG-BARANG YANG BERGUNA
NIKMAT YANG BESAR
ORANG-ORANG KAFIR
PERTOLONGAN
GEJOLAK API
PEMURNIAN KEESAAN ALLAH
WAKTU SHUBUH
MANUSIA
JUMLAH TOTAL AYAT
JUMLAH SURAT DENGAN AYAT
LEBIH DARI 120
JUMLAH SURAT DENGAN AYAT
ANTARA 80 SAMPAI 120
JUMLAH SURAT DENGAN AYAT
KURANG DARI 80

PROSENTASE SURAT MAKKIYAH DAN


MADANIYYAH
MAKKIYAH

MADANIYYAH

86

28

11
8
3
9
5
4
7
3
6
3
5
4
5
6

MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MADANIYYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
MAKKIYAH
6236
11
16
87

Dari data diatas, diketahui bahwa prosentase jumlah surat makkiyah


sebesar 86,75% sedangkan surat madaniyyah sebesar 28,25%. Jika dilihat
dari proses turunnya, prosentase tersebut berbanding lurus dengan fakta
bahwa dakwah Rasulullah terjadi selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di
Madinah. Dakwah Rasulullah di Mekkah lebih berat daripada dakwah
Madinah. Dari sini, penulis menarik kesimpulan bahwa ketika Rasulullah
melakukan dakwah di Mekkah, kondisi sosial dan lingkungannya menuntut
pembuktian daripada agama yang disampaikannya. Sehingga Allah
menurunkan lebih banyak ayat Al-Quran pada fase Mekkah.

b. Analisis Surat Al-Kautsar (Makkiyah) dan Surat An-Nashr


(Madaniyyah)


1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah[1605].
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus[1606].
[1605] Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan
mensyukuri nikmat Allah.
[1606] Maksudnya terputus di sini ialah terputus dari rahmat Allah.


1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Alasan dipilihnya Surat Al-Kautsar dan Surat An-Nashr dalam analisis ini
adalah karena keduanya sama-sama memiliki 3 ayat dan azbabun nuzul. Sehingga
menurut hemat penulis, akan lebih mudah membandingkan antara kedua surat
tersebut. Berikut adalah analisis yang dilakukan penulis terhadap kedua surat
tersebut berkaitan dengan Makkiyah dan Madaniyyah.
Surat Al-Kautsar merupakan surat Makkiyah, terdiri dari tiga ayat.
Sedangkan surat An-Nashr adalah surat Madaniyyah, terdiri dari tiga ayat. Surat
An-Nashr merupakan surat terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW. Surat ini diturunkan ketika Rasulullah melakukan Haji Wada.
Dilihat dari jenis ayatnya, kedua surat ini memiliki ayat yang pendek. Kriteria
umum ayat Madaniyyah yang memiliki ayat yang panjang tidak berlaku dalam
kasus surat An-Nashr. Dari segi gaya bahasanya, kedua surat ini tidak
menggunakan bahasa kecaman, melainkan menggunakan bahasa mengingatkan
manusia secara halus. Sedangkan dari segi tema, kedua surat ini sama-sama
berisikan tentang seruan untuk berakhlak baik.
Surat Al-Kautsar digolongkan ke dalam surat Makkiyah, hal ini
berbanding lurus dengan azbabun nuzulnya. Imam Bukhari meriwayatkan,
Ketika Rasulullah miraj ke langit, beliau mengatakan, Kemudian aku
mendatangi sungai yang kedua sisinya dipenuhi dengan kubah-kubah yang
bertahtakan mutiara di tengahnya. Lalu aku bertanya, Wahai Jibril, apa ini?
Dia mengatakan, Ini adalah al-Kautsar. Lalu aku menyentuh aliran air sungai
itu, ternyata terdapat kesturi asli. Kemudian aku bertanya, apakah ini, wahai
Jibril? Jibril pun menjawab, Inilah al-Kautsar yang telah disediakan oleh Allah
Taala untukmu. Dari sini dapat diketahui bahwa surat Al-Kautsar turun setelah

kejadian Isra Miraj dan ketika Rasulullah berada pada fase Mekkah. Isra Miraj
dan Al-Kautsar dihadiahkan Allah untuk menghibur kesedihan yang dirasakan
Rasulullah SAW.
Penggolongan surat An-Nashr ke dalam golongan Madaniyyah sesuai
dengan kronologi turunnya ayat tersebut. Surat ini turun ketika Rasulullah
melaksanakan Haji Wada. Bersamaan dengan hal tersebut, juga terjadi peristiwa
penaklukan kota Mekkah. Sementara itu, diketahui bahwa penaklukan kota
Mekkah terjadi setelah Rasulullah berhijrah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggolongan surat AlKautsar ke dalam surat Makkiyah dan surat An-Nashr ke dalam surat Madaniyyah
dapat disesuaikan dengan fakta sejarah.

KESIMPULAN
Dari paparan makalah di atas, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, terdapat tiga jenis definisi mengenai Makkiyah dan Madaniyyah.
1.

Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah disebut


ayat makkiyah, sedangkan setiap ayat Al-Quran yang turun setelah
Rasulullah SAW hijrah dikategorikan sebagai ayat Madaniyyah. Definisi
tersebut didasarkan atas susunan waktu diturunkannya Al-Quran, dan hijrah
digunakan sebagai acuan untuk membedakan ayat-ayat tersebut.

2.

Jika sebuah ayat diturunkan di kota Mekkah, maka ayat tersebut


dikategorikan Makkiyah dan jika sebuah ayat diturunkan di kota Madinah,
maka ayat tersebut dikategorikan Madaniyyah. Definisi ini menggunakan
tempat sebagai acuannya.

3.

Definisi selanjutnya menggunakan topik pembicaraan suatu ayat sebagai


acuan. Pada definisi yang ketiga ini, suatu ayat dikatakan ayat Makkiyah
apabila diturunkan bagi penduduk Mekkah. Dan sebaliknya, suatu ayat
dikatakan ayat Madaniyyah apabila ditujukan kepada penduduk Madinah.

Dari ketiga definisi tersebut, definnisi pertamalah yang paling banyak


diikuti, selain juga definisi tersebut lebih unggul jika dibandingkan dengan dua
definisi lainnya.
Kedua, seperti telah diketahui bahwa ayat Makkiyah maupun Madaniyyah
memeiliki ciri umum yang dapat membantu dalam menggolongkan suatu ayat.
Adapun ciri-ciri umu tersebut adalah sebagai berikut.
Berikut adalah ciri umum yang terdapat pada surat-surat yang termasuk ke
dalam kelompok Makkiyah, seperti diungkapkan oleh Hakim (2006; 104).
1.

Ayat dan surat-suratnya pendek dan ringkas serta memiliki kesamaan cara
penyampaian atau gaya bahasanya.

2.

Ayat atau surat-suratnya berisikan seruan-seruan tentang dasar-dasar


keimanan kepada Allah SWT, masalah wahyu, alam gaib, hari akhir serta
gambaran tentang surge dan neraka.

3.

Berisikan tentang seruan untuk memegang teguh akhlaq al-karimah dan


istiqamah dalam berbuat kebaikan.

4.

Berisikan tentang perlawanan terhadap kaum musyrik dan memberantas citacita mereka.

5.

Surah-surahnya banyak diawali dengan kalimat wahai manusia dan tidak


menggunakan kalimat wahai orang-orang beriman, kecuali surat Al-Hajj.
Adapun ciri umum yang terdapat pada ayat Madaniyyah adalah sebagai

berikut.
1.

Susunan ayat dan suratnya panjang.

2.

Berisi bukti-bukti kebenaran dan dalil-dalil yang dipergunakan untuk lebih


mengutamakan kebenaran agama.

3.

Berisikan tentang perlawanan terhadap Ahlukitab dan seruan kepada mereka


agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan syariat agama mereka.

4.

Berisi cerita tentang orang-orang munafik dan problema-problema yang


disebabkan karena mereka.

5.

Lebih banyak mengutarakan tentang sanksi-sanksi, hukum waris, hak dan


aturan-aturan politik, sosial dan negara.
Sekalipun ciri-ciri tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi ayat

Makkiyah dan Madaniyyah, tetapi hal tersebut tidak dapat dijadikan pijakan

mutlak dalam menentukan golongan suatu ayat. Terdapat hal-hal atau


pengetahuan-pengetahuan lain yang juga digunakan dalam menentukannya.
Ketiga, pembahasan seputar Makkiyah dan Madaniyyah adalah
pembahasan yang penuh dengan masalah keraguan dan perselisihan. Terdapat dua
hal yang menyangkut masalah keraguan tentang Makkiyah dan Madaniyyah, yaitu
(a) hal yang berkaitan dengan gaya bahasa Al-Quran dan (b) hal yang berkaitan
dengan materi atau tema.
Dan terakhir, dari analisis yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan
bahwa penetapan surat ke dalam golongan Makkiyah dan Madaniyyah berbanding
lurus dengan peristiwa atau sejarah yang berkaitan di masa lalu. Hal ini dapat
dijadikan bukti bahwa penetapan ayat Makkiyah dan Madaniyah juga didasarkan
dengan pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan, seperti hasil penetapan
yang telah diriwayatkan oleh para sahabat, serta kronologi peristiwa yang
berkaitan dengan turunnya suatu ayat.
DAFTAR RUJUKAN
Ar-Rifai, Muhammad Nasib. 1989. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir, Jilid 4. TERJEMAH. Syihabuddin. 2007. Jakarta: Gema Insani.
Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Quran. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk.
2006. Ulumul Quran. Jakarta: Al-Huda.
Zaid, Nasr Hamid Abu. 1993. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Quran. TERJEMAH.
Nahdliyyin, Khoiron. 2005. Tekstualitas Al-Quran Kritik Terhadap AlQuran. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

You might also like