Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Salah satu jenis kanker yang ditandai oleh penimbunan sel darah putih
abnormal dalam sumsum tulang adalah leukemia. 4 Menurut WHO (2002)
leukemia terjadi hampir di seluruh dunia. Registrasi kanker telah mencatat
sekitar 250.000 kasus baru per tahun dengan CFR 76%. Dari 100.000 kasus
baru kanker, Leukemia Mielositik Akut (LMA) sekitar 2,5%, sementara
Leukemia Limfositik Akut (LMA) adalah sekitar 1,3%.5
Hasil penelitian Simamora (2009), melaporkan bahwa di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2004-2007 tercatat 162 penderita leukemia,
Leukemia Limfositik Akut (LLA) 87%; Leukemia Granulositik/Mielositik
Akut
(LGA/LMA)
6,2%;
Leukemia
Granulositik/Mielositik
Kronik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
putih
digolongkan
menjadi
yaitu
granulosit
(leukosit
merupakan
leukosit
yang
memiliki
granula
menjadi
sel-sel
plasma
yang
menghasilkan
Granulosit
Agranulosit
2.3. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.17
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi
sel abnormal.7
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
10
11
12
genetik
yang
dinamakan
kromosom
sel
muda
leukosit,
biasanya
berupa
13
2.5. Epidemiologi
2.5.1. Distribusi Frekuensi Leukemia
a. Berdasarkan Orang
1. Umur
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di
Amerika Serikat, leukemia menyerang semua umur. Pada tahun 2008,
penderita leukemia 44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak.
Biasanya jenis leukemia yang menyerang orang dewasa yaitu LMA dan
LLK sedangkan LLA paling sering dijumpai pada anak-anak.5
Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun20042007 menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anakanak usia <15 tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun
7,4%, usia 20-60 tahun 20,4%, dan pada usia >60 tahun 1,8%.6
14
2. Jenis Kelamin
Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada lakilaki dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari
57% kasus baru leukemia pada laki-laki. 5 Berdasarkan laporan dari
Surveillance Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika tahun
2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 57,22%:42,77%.23
Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik
Medan, proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih
tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).6
3. Ras
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009),
leukemia merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering
terjadi dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi
terjadi pada ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada
suku Indian Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).5
b. Berdasarkan Tempat dan Waktu
Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus
leukemia di Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki
(55,37%) dan 14.557 kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun
yang sama 21.716 orang meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).24
15
16
17
18
3. Zat Kimia
Zat-zat
kimia
(misal
benzene,
arsen,
pestisida,
klinis
dari
leukemia
pada
umumnya
adalah
anemia,
19
20
2.7. Pencegahan
2.7.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu
terjadi.27
a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan
pasien yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi.
Untuk petugas radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan
baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan
pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan
memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin
sesuai kebutuhan klinis.27
b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia
Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar
dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat
dilakukan dengan memberikan pengetahuan atau informasi
mengenai bahan-bahan karsinogen agar pekerja dapat bekerja
dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia
tersebut.27
21
sekunder
bertujuan
untuk
menghentikan
a. Diagnosis Dini
22
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan
splenomegali (86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan
tulang dada, ekimosis, dan perdarahan retina. Pada penderita
LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah. Kadangkadang ada gangguan penglihatan yang disebabkan adanya
perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK
ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia,
gejala-gejala
hipermetabolisme
(penurunan
berat
badan,
penunjang
dapat
dilakukan
dengan
23
lebih
dari
50.000/mm3,30
sedangkan
pada
penderita
B.29
Sedangkan
pada
penderita
LGK/LMK
dan
aktivitas
granulopoeisis.
Jumlah
24
25
26
27
28
b. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
a) Kemoterapi Pada Penderita LLA
29
Pengobatan
umumnya
terjadi
secara
bertahap,
SSP
diberikan
untuk
mencegah
30
harapan
hidup
yang
membaik
dengan
Bila
dibiarkan,
sel-sel
ini
berpotensi
31
2) Fase Konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari
fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan
jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang
digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%,
tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.7
penyakit
LLK
harus
ditetapkan
karena
terapi
bersifat
32
konvensional,
terutama
untuk
Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan
yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka
waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang
intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum
tulang.22
Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons
sangat rendah.
2. Radioterapi
33
34
35
BAB III
SIMPULAN
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada
satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan
tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan
gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum
tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah
putih digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan
agranulosit (leukosit mononuklear).
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel
dan tipe sel asal yaitu : Leukemia Akut (Leukemia Limfositik Akut (LLA),
Leukemia Mielositik Akut (LMA)), dan Leukemia Kronik (Leukemia Limfositik
Kronis (LLK), Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)).
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI., 1992. Undang-Undang Kesehatan (UU RI No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan). Indonesian Legal Center Publishing. Jakarta
2. Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara
3. Depkes RI., 2009. Peringatan Hari Kanker Se-dunia. http://www.depkes.go.id
4. Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., 1996. Kapita Selekta Haematologi. Edisi 2.
EGC. Jakarta
5. Hadi N., Moezzi M., Aminlari A., 2008. A Case Control Study Acute
Leukemia Risk Factors in Adults, Shiraz, Iran. Shiraz E-Medical Journal.
Volume 9, No.1, January 2008
6. Simamora, I., 2009. Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2007. Skripsi FKM USU
7. Price S. A.,Wilson L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta
8. Soegijanto, S., 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia. Airlangga. Surabaya
9. Bakti, M.I., 2006. Hematologi Klinik Ringkas. EGC. Jakarta
10. Sudoyo, A.W., et al., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI.
Jakarta
37
11. Murwani, A., 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia Press.
Jogjakarta
12. Junqueira, L. C., Carneiro, J., Kelley, R.O., 1998. Histologi Dasar. Edisi 8.
EGC. Jakarta
13. Sloane, E., 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. JakartA
14. Fawcett, D. W., 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. EGC. Jakarta
15. Kyoto University, 1996. Atlas Hematology. http://aids.med.nagoya-u.ac.jp
16. Syaifuddin, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi II.
EGC. Jakarta
17. Mayo clinic Staff, 2008. Treatments and drugs. http://www.mayoclinic.com
18. Media
Informasi
Obat
Penyakit,
2005.
Info
Penyakit
Leukemia
http://www.medicastore.com
19. Handayani, W., Haribowa, A. S., 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika. Jakarta
20. Bakta, I.M., Suastika, K., 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
EGC. Jakarta
21. Tierney, L.M., Phee S.J., Papadakis, M.A., 2003. Diagnosis dan Terapi
Kedokteran Penyakit Dalam. Salemba Medika. Jakarta
22. Thomson, A.D., Cotton, R.E., 1997. Catatan Kuliah Patologi. EGC. Jakarta
38
23. Surveillance Epidemiology and End Result, 2009. Incidence and Mortality.
http://seer.cancer.gov
24. CDC, 2009. Leukemia Statistics. http://www.cdc.gov/uscs
25. Supandiman, Iman. 1997. Hematologi Klinik. Penerbit Alumni. Bandung
26. Lee, et al., 2009. Gender and ethnic differences in chronic myelogenous
leukemia prognosis and treatment response. Journal of Hematology &
Oncology 2009. 2:30
27. Timmreck, Thomas C., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. EGC.
Jakarta
28. Fayed L., 2006. Leukemia Prevention. http://cancer.about.com
29. Budiarto E., Anggraini D., 2002. Pengantar Epidemiologi. EGC. Jakarta
30. Mansjoer, Arief., et al., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta
39