Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Daftar isi ............................................................................................1
Daftar gambar ................................................................................... 5
Daftar tabel ........................................................................................ 6
Kata Pengantar.................................................................................. 7
1.
2.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
Tujuan .................................................................................8
1.3
1.4
Terminology ......................................................................10
1.5
Problem ..............................................................................11
1.6
Hipotesis .............................................................................11
1.7
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Hipoglikemi
Page 1
Makalah hipoglikemi
2.1.6 Penatalaksanaan .........................................................15
2.1.7 Prognosis.............................................................................15
2.1.8 Mekanisme sekresi insulin dan respon terhadap
hipoglikemi glukosa.............................................................16
2.1.9 Hubungan dengan insulinema..............................................16
2.1.10 Hipoglikemia Autoimun........................................................17
2.2
Page 2
Makalah hipoglikemi
2.3.5 Keseimbangan normal hormon dengan metabolisme
kehamilan ..................................................................25
2.3.6 Patogenesis,organognesis bayi.................25
2.3.7 Faktor resiko25
2.3.8 Gejala..25
2.3.9 Diagnosis26
2.3.10 Komplikasa26
2.3.11 Morbiditas..27
2.3.12 Mortalitas27
2.3.13 Penatalaksanaan.28
2.3.14 Penatalaksanaan Obstetri..29-31
2.3.15 Screening glukosa..32
2.3.16 Mangemen pemberian insulin34
2.4
Interpretasi page 1
Interpretasi page 2
Page 3
Makalah hipoglikemi
2.6
Terapi
3.2
Kesimpulan ....................................................................... 58
3.3
Referensi .......................................................................... 59
Page 4
Makalah hipoglikemi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : ........................................................................14
Gambar 2 : ........................................................................16
Gambar 3 : ........................................................................43
Gambar 4 :.........................................................................46
Gambar 5 : ........................................................................54
Page 5
Makalah hipoglikemi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : .............................................................................19
Tabel2 :................................................................................22
Tabel 3:.................................................................................23
Tabel4 :..................................................................................24
Tabel5 :...................................................................................27
Tabel6:.................................................................................... 34
Page 6
Makalah hipoglikemi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan
izinnya maka makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
makalah mengenai HIPOGLIKEMI .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Maman
Subarman S.Si., M.Biomed atas segala pengarahan, bimbingan, dan kasih
sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial. Terima kasih juga
kepada kelompok tutorial D-1 atas kerjasamanya mulai dari proses
pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan
kesimpulan dari diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus
keempat ini serta untuk menambah pengetahuan penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke
depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
Page 7
Makalah hipoglikemi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap
mahluk
hidup
memerlukan
energi
huna
memenuhi
segala
Page 8
Makalah hipoglikemi
1.3 CASE
Ny.TARI,56 tahun seorang penderita diabetes selama 15 tahun,
mendapat terapi sulfonyurea dan meminumnya secara teratur dibawa ke
UGD oleh suaminya.malam sebelum suaminya meninggalkannya saat
isterinya menonton TV sambil makan tape ketan, tetapi ketika suaminya
pulang dia mendapatkan isterinya dalam keadaan
lemah,berkeringat,gemetaran dan tampak binggung.
Instruksi
1. Identifikasi masalah Ny.TARI
2. Buatlah hipotesis berdasarkan masalah
3. Buatlah materi-materi yang akan di pelajari sesuai dengan kasus dan prioritas
masalah
4. Informasi apa yg dibutuhkan?
TUTORIAL 1-2
Pemeriksaan fisik
TB:165cm
dan
BB:45kg
:100/7mmHg
-Nadi
:100/menit,regular
-Temperatur
:36,5`C
-Kepala
-Thorax
-Abdomen
-Ekstremitas
basah,tremor ringan
Page 9
Makalah hipoglikemi
Hasil Laboratorium
-Hb
:13,4gr/l
(NV:13.0-18.0 g/d)
-WBC
thousand/mm3)
:9000/mm3
(NV:3.8-10.6
(NV:75-115mg/dl)
-SGOT
:23 U/L
(NV:<37u/l; 37`C)
-SGPT
:21 U/L
(NV:<40u/l; 37`C)
-HbA1c
:10,3%
6.0%;Controling DM
(NV:4.8-
1.4 TERMINOLOGI
Page 10
Makalah hipoglikemi
1.5 PROBLEM
1. Mengapa pada saat makan tape ketan pada waktu berbuka puasa
mengakibatkan berkeringat,lemah,gemetar,dan
tampak binggung pada Ny.TARI ?
2. Apakah terapi sulfonyurea berpengaruh terhadap keluhan Ny.TARi ?
3. Apa yang menyebabkan penurun body massa indeks ?
4. Mengapa tekanan darah Ny.TARI rendah ?
5. Mengapa denyut nadi ny.TARI tinggi ?
6. Mengapa Ny.TARi mengalami penurun refleks fisiologis ?
7. Apa yang menyebabkan gula darah sewaktu menurun ?
8. Mengapa HbA1c pada Ny.TARI meningkat ?
9. Mengapa pada Ny.TARi diberikan terapi intravena glukosa(30 ml glukosa 50%
dan benzodiazepin) ?
10. Bagaimana mekanisme obat-obat tersebut dalam mengatasi Hipoglikemi ?
1.6 HIPOTESA
Konsumsi sulfonyurea dalam jangka panjang sehingga dapat
menyebabkan hyperinsulinemia yang mengakibatkan Hipoglikemi yang di
perburuk dengan mengkonsumsi tape ketan waktu berbuka puasa.
Page 11
Makalah hipoglikemi
2.1 Hipoglikemia
2.1.1 Definisi :
2.1.2 Etiologi :
2.1.3 Epidemiologi :
DCCT ( the diabetes control and complication trial)
2.1.3 Klasifikasi :
Page 12
Makalah hipoglikemi
1. Simtomatik
Hipoglikemi puasa ( tumor pada sel pankreas yg menghasilkan insulin &
pemberian insulin / pemberian sulfonylurea iantrogenik )
Hipoglikemi tak puasa ( perangsangan sel post-pradial yang diakibatkan
oleh absorsi glukosa yang dipercepat dengan pengosongan lambung
yang terlalu cepat sehingga pemakain glukosanya pun cepat)
2. Asimtomatik
Merupakan hipoglikemi akibat puasa yang terlalu lama yang disertai
dengan latihan fisik yang berat /pada kehamilan.
HIPERINSULINEMIA
1.
2.
3.
b. Hipoglikemia kronik
- penurunan lambat glukosa plasma
Page 13
Makalah hipoglikemi
Hipoglikemia akut :
merasa mengantuk
2.1.5 Diagnosis
Page 14
Makalah hipoglikemi
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL.
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat
kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika
dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk
mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor
penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa
(kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan,
dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pasien Sadar
mukosa pipi.
di RS, + infus Dektrosa 10%, 3 hari kurang lebih , kadar glukosa dalam
darah dipertahankan 90-180 mg %
2.1.7 Prognosis
Kematian dapat terjadi karena keterlambatan pengobatan
Page 15
Makalah hipoglikemi
Page 16
Makalah hipoglikemi
Dalam tahun-tahun terakhir telah dilaporkan suatu gangguan auto
imun dimana dalam sirkulasi pasien didapatkan antibody terhadap
insulinemia paradoksal . Meskipun pada sebagian besar pasien didapatkan
pemakaian insulin secara sembunyi-sembunyi , namun pada laporanlaporan lain yag jumlahnya semakin meningkat, tidak didapatkan insulin
eksogen sebagai penyebab timbulnya antibody insulin . Hipoiglikemia
biasanya terjadi 3-4 jam sesudah makan dan dikaitkan dengan suatu
disosiasi dan komplek imun insulin-antibody , yang melepaskan insulin
bebas . Hipoglikemia auto imun akibat dari tinggi nya akumulasi titer
antibody yang mampu bereaksi engan insulin endogen palig sering
dilaporkan pasien graves.
Hipoglikemia akibat autoantibody terhadap reseptor insulin juga
merupakan sesuatu sindroma yang langka, dilaporka hanya 6 pasien ,
semua pasien ini juga mengalami episode-episode diabetes resisten insulin
dan akantosis nigrikans. Hipoglikemia dihubungkan dengan kerja agonis
antibody pada esptor insulin. Keseimbangan antara efek antagonis dan
agonis dari antibody menentukan apakah akan terjadi diabetes resisten
insulin ataukah terjadi hipoglikemia.
Page 17
Makalah hipoglikemi
2.2.1 Definisi :
Hipoglikemi pregnancy ialah kadar glukosa darah yang ada di bawah
batas normal yg terjadi di ibu yg sedang dalam masa hamil
2.2.2 Etiologi:
-Diabetes melitus
2.2.3 Patofisiologi:
Ibu dgn DM
Pelepasan insulin
Page 18
Makalah hipoglikemi
hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah)
hiperbilirubinemia (bilirubun berlebihan dalam tubuh)
sindrom gawat napas, dan kematian janin.
Faktor maternal (ibu) yang berkaitan dengan angka kejadian
makrosomia :
a) obesitas
b) hiperglikemia
c) usia tua
d) multiparitas (jumlah kehamilan > 4)
Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika
melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah operasi
caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi
dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula
darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar
hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan).
2.2.6 Diagnosa
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
Bukan
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu:
Plasma vena
<110
Darah kapiler
<90
Kadar glukosa darah puasa:
Plasma vena
<110
Darah kapiler
<90
(Sumber dari pdf universitas Sumatra utara)
Belum
DM
pasti DM
110 - 199 >200
90 - 199 >200
110 - 125 >126
90 - 109 >110
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Monitor glukosa
2. Terapi nutrisi medik
Page 19
Makalah hipoglikemi
3. Olahraga
4. Insulin
5.Obat oral
1.Monitor Glukosa
Tujuan : deteksi kenaikan konsentrasi glukosa yang dapat meningkatkan mortalitas
perinatal.
Anjuran pengaturan kadar glukosa darah kapiler sebagai berikut:
Penelitian :
2.Terapi
Nutrisi Medik
Makalah hipoglikemi
kebutuhan terapi insulin dibandingkan dengan pasien yang makan
makanan tinggi karbohidrat (45 50%).
3.Olahraga
Durak dkk. : Ergometer sepeda dan tubuh bagian atas dalam posisi terlentang
tidak menyebabkan meningkatnya aktivitas uterus, dan merupakan olahraga
aerobik paling aman untuk wanita hamil.
Ajarkan cara meraba uterus selama olahraga , deteksi kontraksi subklinis dan
menghentikan olahraga jika terjadi kontraksi.
4.Obat Oral
Setelah lahir, semua bayi yang lahir dari ibu dibetes harus mendapat pengamatan
dan perawatan intensif. Adapun penatalaksanaan umum yang dilakukan adalah:
a. Periksa kadar gula darah bayi segera setelah lahir. Selanjutnya, control setiap
jam sampai kadar gula darah normal dan stabil.
b. Jika kondisi bayi baik, berikan minuman setelah 2-3 jam kelahiran. Jika bayi sulit
mengisap, beri makanan melalui intravena.
c. Mengatasi hipoglikemia dengan cara member infuse glukosa 10% , injeksi bolus
glukosa kadar tinggi harus dihindarkan karena dapat menyebabkan
hiperinsulinemia
Page 21
Makalah hipoglikemi
2.2.8 Prognosis
Tergantung kontrol kadar gula darah,
Ada atau tidaknya penyakit kardiovaskular atau ginjal
Semakin buruk gejala kecenderungan kehamilan akan berlangsung baik sangat kecil.
2.2
2.3.1 Definisi:
Diabetes mellitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat dengan
keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali di ketahui pada saat
hamil.(Obstetri william,vol2)
2.3.2 Etiologi
2.3.3 Klasifikasi
American collage of obstetrical and gynecologist
K
elas
n
A
1
A
2
K
elas
Awita
Gesta
sional
Gesta
sional
Usai
Awitan
(tahun)
Gluk
osa 2 pp
<12
0 mg/dl
>12
0 mg/dl
Pen
yakit
Vaskular
T
erapi
D
iet
I
nsulin
T
erapi
Page 22
Makalah hipoglikemi
B
Di ata
10-19
<10
20
F
a
H
a
R
a
Reti
nopati
jinak
Semu
Nefr
opati
Semu
Jant
ung
Semu
Reti
nopati
Poliferatif
(Tabel dari Obsteri William,vol 2)
I
nsulin
I
nsulin
I
nsulin
I
nsulin
I
nsulin
I
nsulin
Page 23
Makalah hipoglikemi
2.3.4 Patofisiologi
Resistensi Insulin dan Hiper Insulinemia
Berasal
Sekresi Plasenta atas GH, Corticotropin releasing hormone, Placental
Lactogen dan Progesteron
Perubahan hormone,endokrin dan
metabolic
Perubahan Bahan bakar dan nutrisi ke janin
Fungsi pancreas
Tidak di atasi
diatasi
Diabetes mellitus
Normal
tidak lahir
Makrosomia
Abortus
Pembesaran Organ(jantung,
hepar, kel.adrenal)
Hipoglikemia
Page 24
Makalah hipoglikemi
Kadar glukosa plasma pada fase post absortif dengan bertambahnya usia
kehamilan, oleh semakin ambilan glukosa plasenta dan pembatasan produksi
glukosa. Oleh sebab itu hipoglikemia di jumpai saat hamil.
Glukoneogenesis terbatas akibat kekurangan relatif alanin selama kehamilan.
Lipolisis akibat hPL dan lebih banyak gliserol dan asam lemak dilepas pada
post absorptive
Keseimbangan metabolic berbeda pada fase makan. Pemakaian glukosa
tergangu meskipun terdapat hiperinsulinemia selama kehamilan normal, kadar
glukosa darah ibu agak meningkat. Hal tersebut berkaitan dengan
hPL,progeseron, dan kortisol.
Glukagon juga ditekan oleh glukosa selama kehamilan. Setelah makan lebih
banyak glukosa yang di ubah menjadi trigliserida daripada di simpan
2.3.8 Gejala:
Gejala Pada penderita Diabetes mellitus gestasional sama dengan gejala penderita
DM pada Umumnya hanya saja terjadi pada ibu hamil.
2.3.9 Diagnosis :
Page 25
Makalah hipoglikemi
Dilakukan terutama pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali
keguguran,riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab jelas,riwayat pernah
melahirkan bayi dengan cacat bawaan,pernah melahirkan bayi lebih dari 4000
gram,riwayat preeklamsia dan polihidramnion.Juga terdapat pada riwayat ibu : umur ibu
lebih dari 30 tahun,riwayat DM dalam keluarga,Riwayat diabetes mellitus gestasional
pala kehamilan berikutnya,obesitas,dan infeksi saluran kemih berulang selama
kehamilan.
Pemeriksaan berdasarkan WHO yang dianjurkan
Kadar glukosa 2 jam pasca beban glukosa 75 gram,hasilnya :
Glukosa Darah
Kriteria
>200 mg/dl
Diabetes melitus
140-200 mg/dl
<140 mg/dl
Normal
2.3.10 Komplikasi :
Pada Ibu
- Meningkatnya resiko terjadinya preeklamsia
- Seksio sesarea
- Terjadinya diabetes melitus tipe 2 dikemudian hari
- Kematian Ibu
- Infeksi saluran kemih
- Hidramnion
- Hipertensi Kronik
Pada Janin
- Meningkatnya resiko terjadinya makrosomia
- Trauma persalinan
- Hiperbilirubinemia
- Hipoglikemia
- Hipokalsemia
- Meningkatnya mortalitas kematian janin
- Aborus spontan
- Kelainan congenital
- Insufisiensi Plasenta
- Polisitemia
- Hiperbilirubinemia neonatal
- Sindroma distress respirasi
Page 26
Makalah hipoglikemi
2.3.11 Morrbiditas :
Bayi-bayi dari ibu diabetik memiliki resiko untuk mengalami sindrom distress
pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan bayi-bayi dari ibu non-diabetik.Alasan yang
mungkin adalah produksi surfaktan paru-paru yang abnormal ataupun perubahanperbahan jaringan ikat yang menyebabkan berkurangnya daya kembang paru.
Namun demikian,pada tahun-tahun terakhir ini insidens sindroma stress pernapasan
telah menurun karena kemajuan-kemajuan dalam terapi ventilasi.Hipoglikemi sering
terjadi dalam 48 jam pertama setelah persalinan dan diberi batasan kadar glukosa di
bawah 30 mg/dL tanpa memandang usia kehamilan.
Hipoglikemia telah dihubungkan dengan kadar insulin janin yang tinggi pada dan
setelah kelahiran.Meskipun begitu,bayi-bayi dari ibu diabetic juga dapat ,mengalami
kekurangan sekresi katekolamin dan glucagon,hipoglikemia mungkin berkaitan dengan
berkurangnya produksi glukosa hati dan oksidasi asam-asam lemak bebas.Usahausaha ahli neonatologi untuk mencegah hipoglikemia pada bayi-bayi sehat adalah
dfengan pemberian nutrisi dini yaitu 10 % detroksa dalam air memakai botol sebelum
usia 1 jam.Jika usaha-usaha ini tidak berhasil,maka maka indikasi pemberian cairan
dektrosa diberikan intravena.
2.3.12 Mortalitas :
Penelitian yang dilakukan terhadap 462 kehamilan dari 355 perempuan
menunjukkan risiko mengalami bayi lahir mati meningkat lima kali lipat sehingga
meningkatkan angka mortalitas perinatal.
2.3.13 Penatalaksanaan :
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia,yaitu kadar glukosa darah
puasa <105 mg/dl,dua jam sesudah makan <120 mg/dl,kadar HbA1c < 6 %.Selain itu
juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia,tidak ada ketonuria,dan
pertumbuhan fetus normal.Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan
kadar Hb glikosilat.Ajarkan pasien memantau gula daah sendiri di rumah dan anjurkan
untuk control 2-4 minggu sekali,bahkan lebih sering lagi saat mendekati
Page 27
Makalah hipoglikemi
persalinan.Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan perencanaan makan yang
sesuai dengan kehamilan,pemantauan glukosa darah sendiri di rumah,dan pemberian
insulin bila perlu.Obat hipoglikemik oral tidak dipakai saat hamil dan menyusui
mengingat efek teratogenital dan dikeluarkan melalui ASI
Trimesterpertama usahakan kenaikan berat badan 1-2,5 kg,dan selanjutrnya sekitar
0,5 kg per minggu.Secara umum pada akhir kehamilan berat badan ibu naik sekitar 1012 kg.
1.Perencanaan Makan :
Sampai saat ini belum ada daftar perencanaan makan untuk ibu hamil versi
Indonesia.Cara yang disusun sama dengan perencanaan makan pasien diabetes yang
tidak hamil,yaitu makanan yang seimbang.
Jumlah kalori yang dianjurkan 35 kal/kg BB ideal,kecuali pada penderita
gemuk,pertimbangkan kalori yang sedikit lebih rendah.Kebutuhan kalori merupakan
jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari kalori basal 25 kal/kg BB ideal,kalori
untuk kegiatan jasmani 10-30 %,dan penambahan kalori untuk pertubuhan janin yang
sedang dikandung 300 kal/hari,bila menyusui 500 kal/hari.
Komposisi dan pembagian porsi makanan selama sehari sama dengan yang
dianjurkan pada wanita tidak hamil.
2.Insulin :
Bila dengan perencanaan makan selama dua minggu tidak tercapai sasaran
normoglikemia,insulin harus segera dimulai.Cara pemberian sama dengan pasien DM
lain,tujuannya mencapai kadar
glukosa sebaik mungkin sampai sasaran yang
ditentukan,tanpa episode hipoglikemia.Untuk mencegah timbulnya antibody terhadap
insulin yang dapat menembus sawar ari,harus dipakai insulin manusia.Dimulai dengan
dosis kecil,bertambah dengan meningkatnya usia kehamilan.Umumnya pada diabetes
mellitus gestasional cukup diberikan insulin kerja menengah dosis rendah satu atau dua
kali sehari.
Page 28
Makalah hipoglikemi
c. Prinsip Penanganan
d. Penanganan Obstetri
Pengukuran TFU
Pd janin sehat, nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup
waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa.
Makalah hipoglikemi
Sumber:
e. Terminasi Kehamilan
Page 30
Makalah hipoglikemi
f. Induksi Persalinan
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali
maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 - 38 untuk mencegah
terjadinya komplikasi saat persalinan.
Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
g. Penanganan Persalinan
Pantau kadar GD Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan
kembali normal, apabila tidak, maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes
oral sampai jangka waktu tertentu.
h. Penanganan Pascapersalinan
Semua wanita DMG setelah persalinan dilakukan tes toleransi glukosa setiap
6 bulan
2.3.15 Skrining
Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes:
Merekomendasikan skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional :
Risiko Rendah :
Page 31
Makalah hipoglikemi
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :
Risiko Sedang :
Page 32
Makalah hipoglikemi
Pemeri
ksaan
Puasa
Kadar
Gula darah
(mg/dl)
< 95
Jam 1
< 180
Jam 2
< 155
Jam 3
< 140
Kadar
Gula darah
(mg/dl)
> 126
Jam 2
> 140
Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat (rapid acting)
Page 33
Makalah hipoglikemi
Contoh: Actrapid, Humulin R,Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 2-4 jam setelah penyuntikan, durasi kerja
sampai 6 jam. Merupakan satu-satunya insulin yang dapat dipergunakan secara
intra vena. Bisa dicampur dengan
insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Contoh: Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente
Dengan menambah protamin (NPH / Neutral Protamin Hagedom) atau zinc
(pada insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang akan
memperlambat absorpsi sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH tidak
imunogenik karena protamin bukanlah protein.
3. Kerja panjang ( long acting)
Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI
Insulin bentuk ini diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang
konstan. Semua jenis insulin yang beredar saat ini sudah sangat murni, sebab
apabila tidak murni akan memicu imunogenitas, resistensi, lipoatrofi atau
lipohipertrofi.
Cara pemberian insulin ada beberapa macam: a) intra vena: bekerja sangat
cepat yakni dalam 2-5 menit akan terjadi penurunan glukosa darah, b)
intramuskuler: penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan, c)
subkutan: penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan, kedalaman,
konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari p
Page 34
Makalah hipoglikemi
2.4.1 SULFONILUREA
Definisi :
Sulfonilurea merupakan anti diabetes oral yang memilki dua generasi.
Generasi pertama yaitu talbutamid dan generasi kedua yaitu glibenklamid.
Meknisme kerja :
Meknisme kerja dari sulfonilurea adalah
Merangsabg sekresi insulin dari granula sel-sel langerhans pankreas
Depolarisasi membran
SEKRESI INSULIN
Farmakokinetik :
Absorbsi
Page 35
Makalah hipoglikemi
Sulfonilurea diabsorbsi pada saluran cerna. ADO ini dikonsumsi 30
menit sebelum makan . dikarenakan sulfonilurea memiliki waktu paruh
pendek
Distribusi
Sulfonilurea akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui serum dan
plasma darah
Metabolisme
Sulfonilurea yang telah melalui absorbsi dan distribusi , akan
dimetabolisme di hepar . maka dari itu , fungsi hepar pada pasien perlu
dilakukan pemantauan.
Ekskresi
Sulfonilurea yang telah melalui absorbsi dan distribusi , akan
dimetabolisme di hepar . maka dari itu , fungsi hepar pada pasien perlu
dilakukan pemantauan. Lalu sulfonilurea alkan diekskresikan melalui ginjal
dan diekskresikan dalam bentuk urin .
Efek samping :
Efek samping dalam penggunaan obat anti diabetes oral golongan
sulfonilurea :
1. Hipoglikemia
2. Alergi seperti mual muntah
3. Gangguan saluran cerna bila cara pengkonsumsian salah
Indikasi :
Page 36
Makalah hipoglikemi
Yang menentukan keefektifan obat ini adalah bukan umr pasien waktu
terapi tetapi usia pasien waktu Diabetes Melitus mulai timbul .
Diet selama terapi dan pemeriksaan fisik harus tetap dilaksanakan
guna menunjang keberhasilan terapi.
Kontra Indikasi :
obat anti diabetes oral golongan sulfonilurea kontra indikasi pada
1. diabetes Melitus Gestasional
2. Diabetes Melitus keadaan gawat
3. Fungsi hepar dan Ginjal terganggu
4. Gizi buruk
5. Alkoholisme
2.4.2 INTERAKSI
Obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia sewaktu
penggunaan sulfonilurea adalah insulin , alkohol dan sulfonamid . pemakaian
propanolol untuk menghambat takikardi , berkeringat dan tremor pada
hipoglikemia sehingga resiko hipoglikemia semakin tinggi.
Begitu juga halnya pengkonsumsian tape ketan yang memiliki
komposisi alkohol cukup tinggi dapat mengganggu interaksi kerja dari
sulfonilurea. Dan apabila sulfonilurea berinteraksi dengan tape ketan yang
memiliki komposisi alkohol cukup tinggi dapat mengakibatkan resiko
hipoglikemia tinggi berikut disertai gejalanya .
Page 37
Makalah hipoglikemi
Berat Badan : 45 kg
45
= 16,5
TB (m2)
(1,65)2
Page 38
Makalah hipoglikemi
Tekanan Darah
Nilai normalnya
Nadi
: 60-100 menit
Suhu
: 36,50 C -- normal
Page 39
Makalah hipoglikemi
Nilai normalnya
: 360 C - 370 C
hal ini menandakan bahwa tidak terjadi infeksi atau invasi dari
mikroorganisme atau virus pada pasien ini.
Kepala -- normal
tidak ada gangguan pada bagian kepala pasien. Hal ini diperiksa
karena pada pasien yang mengalami hipoglikemia yang kronis pasien
mengeluhkan merasakan nyeri pada bagian kepalanya.
Thorax
Hb
: 13,0-18,0 gr/dl
: 9000/mm3 -- normal
WBC
Kadar normalnya
: 3800-10.600/mm3
: 75-115 mg/dl
SGOT
: 23 U/l -- normal
Kadar normalnya
: 37 U/l
Page 40
Makalah hipoglikemi
hal ini diperiksa untuk mengetahui fungsi dari organ hati karena
organ ini bekerja mempengaruhi proses glukoneogenesis (perubahan
protein menjadi glukosa) yang terjadi pada saat kadar gula darah menurun.
Serta menilai kerja dari organ pancreas, ginjal dan otot.
SGPT
: 21 U/l -- normal
Kadar normalnya
: 40 U/l
hal ini diperiksa untuk menilai fungsi dari organ hati saja. Jika, selsel hati rusak, hal ini akan mengakibatkan ALT ke luar ke dalam aliran
darah sehingga terjadi peningkatan kadar ALT.
HbA1c
: 10,3 % -- meningkat
Kadar normalnya
: 4,8-6,0 %
Abdomen
Ekstremitas
Page 41
Makalah hipoglikemi
tubuh merespon caunter regulatory meningkat secara akut
2.6 Terapi
2.6.1 BENZODIAZEPIN
A.
STRUKTUR KIMIA
Rumus benzodiazepine terdiri dari cincin benzene (cincin A) yang melekat
pada cincin aromatk diazepin (cincin B). Karena benzodiazepine yang penting
secara farmakologis selalu mengandung gugus 5-aril (cincin C) dan cincin 1,4benzodazepin, rumus bangun kimia ini selalu diidentikkan dengan 5-aril-1,4benzodiazepin.
Berbagai modifikasi pada struktur cincin maupun gugusannya, secara
umum dapat menghasilkan senyawa dengan aktivitas serupa atau berefek
antagonis, misalnya pada flumazenil.
Page 42
Makalah hipoglikemi
FARMAKODINAMIK
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini
pada SSP dengan efek utama sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi/ ansietas, relaksasi otot, dan antikonvulsi. Hanya dua efek
saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer, yaitu
vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine tertentu
secara IV, dan blockade neuromuscular yang hanya terjadi pada pemberian
dosis tinggi.
Page 43
Makalah hipoglikemi
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine yang diamati secara invivo maupun in-vitro telah digolongkan sebagai:
efek
diazepam
pada
saat
tidak
adanya
senyawa
yang
mirip
Makalah hipoglikemi
pasien tetap bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan
tidak tercapai.
Namun, pada dosis preanestetik, benzodiazepine menimbulkan amnesia
anterograd terhadap kejadian yang berlangsung setelah pemberian obat.
Sebagai
anestesi
umum
untuk
pembedahan,
benzodiazepine
harus
Page 45
Makalah hipoglikemi
Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP
Kerja benzodiazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor
penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat
(GABA). Eseptor GABA merupakan protein yang terikat pada membran dan
dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABAA dan reseptor
GABAB. Reseptor ionotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih subunit (bentuk
majemuk dari , , dan subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal ion
klorida kompleks (gambar 9-1). Reseptor GABAA berperan pada sebagian
besar neurotransmitter di SSP. Sebaliknya, reseptor GABAB, yang terdiri dari
peptida tunggal dengan 7 daerah transmembran, digabungkan terhadap
mekanisme signal transduksinya oleh protein G. Benzodiazepin bekerja pada
reseptor GABAA, tidak pada reseptor GABAB
Page 46
Makalah hipoglikemi
Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit ) reseptor
GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks), sedangkan GABA berikatan pada
subunit atau . Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal klorida,
memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam sel, menyebabkan peningkatan
potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar
tereksitasi.
Benzodiazepin tidak secara langsung mengaktifkan reseptor GABA A, tetapi
menbutuhkan GABA untuk mengekspresikan efeknya. Ikatan benzodiazepinreseptor tersebut dapat bekerja sebagai agonis, antagonis atau invers agonis
pada daerah reseptor benzodiazepin, bergantung pada senyawa yang terikat.
Senyawa agonis menaikkan, sedangkan inverse agonis menurunkan jumlah
aliran klorida yang terjadi oleh aktivasi reseptor GABA A.
Efek agonis maupun inverse agonis dapat diblokir oleh antagonis pada
daerah reseptor benzodiazepin. Namun, reseptor benzodiazepine antagonis
tidak berpengaruh pada fungsi reseptor GABA A. Salah satu antagonis
benzodiazepin , flumazenil, digunakan secara klinik untuk melawan efek
benzodiazepin dosis tinggi.
PERNAPASAN
Benzodiazepin dosis hipnotik tidak berefek pada pernapasan orang normal.
Penggunaannya perlu diperhatikan pada anak-anak dan individu yang
menderita kelainan fungsi hati. Pada dosis yang lebih tinggi, misalnya pada
anestesi premedikasi atau pada endoskopi, benzodiazepin sedikit mendepresi
ventilasi alveoli, dan menyebabkan asidosis respiratoar, hal ini lebih karena
penurunan keadaan hipoksia daripada dorongan hiperkaptik. Efek ini terutama
terjadi pada pasien dengan penyakit paru obstruksi akut (PPOK), yang
menyebabkan hipoksia alveolar dan/ atau narkosis CO 2.
Obat ini dapat menyebabkan apnea selama anestesi atau bila diberi
bersama
opiat.
Gangguan
pernapasan
yang
berat
pada
intoksikasi
Page 47
Makalah hipoglikemi
benzodiazepin biasanya memerlukan bantuan pernapasan hanya bila pasien
juga mengkonsumsi obat pendepresi SSP yang lain, terutama alkohol.
Benzodiazepin dapat memperburuk keadaan tidur yang berhubungan
dengan kelainan pernapasan dengan mengganggu kontrol terhadap otot
pernapasan bagian atas atau menurunkan respons ventilasi CO 2.
Efek yang belakangan ini sudah cukup dapat menyebabkan hipoventilasi
dan hipoksemia pada beberapa pasien PPOK. Pada pasien apnea saat tidur
karena
sumbatan
(Obstructive
Sleep
Apnea=OSA),
efek
hipnotik
benzodiazepin dapat menurunkan tonus otot pada saluran napas atas dan
meningkatkan terjadinya episode apnea pada hipoksia alveolar, hipertensi
pulmonaris dan pembebanan ventrikular jantung.
SISTEM KARDIOVASKULAR
Efek benzodiazepin pada sistem kardiovaskular umumnya ringan, kecuali
pada intoksikasi berat. Pada dosis preanestesia, semua benzodiazepin dapat
menurunkan tekanan darah dan menaikkan denyut jantung.
SALURAN CERNA
Benzodiazepin diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran
cerna yang berhubungan dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata
menurunkan sekresi cairan lambung waktu malam.
Page 48
Makalah hipoglikemi
C.
FARMAKOKINETIK
Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepin sangat mempengaruhi
penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua
benzodiazepin dalam bentuk nonionik memiliki koefisien distribusi lemak:air
yang tinggi. Namun, sifat lipofiliknya dapat bervariasi lebih dari 50 kali,
bergantung
kepda
polaritas
dan
elektronegativitas
berbagai
senyawa
benzodiazepin.
Semua benzodiazepin diabsorbsi secara sempurna, kecuali klorazepat.
Klorazepat baru diabsorbsi setelah didekarboksilasi dalam cairan lambung
menjadi
N-desmetil
diazepam
(nordazepam).
Beberapa
benzodiazepin
2.
Makalah hipoglikemi
Profil kadar plasma sebagian besar benzodiazepin secara tetap mengikuti
model kinetik duakompatemen. Namun, bagi benzodiazepin yang sangat
larut lemak, profil kinetiknya lebih sesuai dengan model kinetik tiga
kompatemen. Dengan demikian, setelah pemberian benzodiazepin IV (atau
per oral bagi benzodiazepin yang diabsorbsi sangat cepat) ambilan ke dalam
otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya terjadi sangat cepat, diikuti
dengan redistribusi ke jaringan yang kurang baik perfusinya, seperti otot dan
lemak. Kinetika redistribusi diazepam dan benzodiazepin yang lipofilik
menjadi rumit oleh adanya sirkulasi enterohepatik. Volume distribusi
benzodiazepin adalah besar, dan banyak diantaranya meningkat pada usia
lanjut. Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam ASI.
Benzodiazepin dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim
sitokrom P450 di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Beberapa
benzodiazepin
seperti
oksazepam,
dikonjugasi
langsung
dan
tidak
(N-desalkil
Page 50
Makalah hipoglikemi
3) konjugasi.
Hipnotik ideal harus memiliki mula kerja cepat, mampu mempertahankan
tidur sepanjang malam dan tidak meninggalkan efek residu pada keesokan
harinya. Di antara benzodiazepin yang digunakan sebagai hionotik, secara
teoritis triazolam paling mendekati kriteria tersebut. Namun, dalam praktek,
bagi beberapa pasien penggunaan hipnotik yang cepat tereliminasi dalam
darah merugikan karena masa kerja pendek, sehingga lama tidurnya kurang
dan kecenderungan timbulnya rebound insomnia pada saat penghentian
obat. Flurazepam kurang sesuai sebagai obat hipnotik, sebab kecepatan
eliminasi metabolit aktifnya yang sangat lambat. Namun dengan pemilihan
dosis yang hati-hati, flurazepam dan benzodiazepin lain yang memiliki
kecepatan aliminasi lebih lambat daritriazolam masih dapat digunakan
secara efektif.
Benzodiazepin diekskresikan melalui ginjal bersama urin.
D.
EFEK SAMPING
Benzodiazepin dosis hipnotik pada kadar puncak dapat menimulkan efek
samping berikut: kepala ringan, malas/ tak bermotivasi, lamban, inkoordinasi
motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotorik, gangguan
koordinasi berpikir, bingung, disartria, dan amnesia anterograd. Kemampuan
motorik lebih dipengaruhi dibandingkan kemampuan berpikir. Semua efek
tersebut
dapat
sangat
mempengaruhi
keterampilan
mengemudi
dan
SSP
umumnya
meningkat
sesuai
dengan
usia
pasien,
Page 51
Makalah hipoglikemi
sendi, nyeri dada, dan pada beberpaa pasien dapat mengaami inkontinensia.
Benzodiazepin dengan efek antikonvulsi kadang-kadang malah meningkatkan
frekuensi bangkitan pada pasien apilepsi.
Perubahan pola tidur pasien juga dapat terjadi pada pemberian hipnotik
benzodiazepin.
EFEK SAMPING PSIKOLOGIK
Benzodiazepin dapat menimbulkan efek paradoksal. Misalnya, flurazepam
sesekali meningkatkan insiden mimpi buruk, terutama pada minggu pertama
penggunaan, kadang-kadang pasien menjadi banyak bicara (nyinyir), cemas,
mudah tersinggung, takikardia, dan berkeringat. Gejala amnesia, euforia,
gelisah, halusinasi, dan tingkah laku hipomaniak pernah terjadi pada
penggunaan berbagai benzodiazepin. Slain itu dilaporkan terjadinya reaksi
berupa tingkah laku aneh/ tanpa inhibisi, bermusuhan, dan kemarahan pada
pemakai obat ini. Kadang-kadang terjadi gejala paranoid, depresi, dan
keinginan bunuh diri.
Walaupun demikian, insiden efek paradoksal dan rekasi diskontrol tersebut
sangat jarang tejadi dan tampaknya bergantung kepada dosis. Penggunaan
kronik benzodiazepin tampaknya memiliki risiko terjadinya ketergantungan dan
penyalahgunaan, tapi tidak sama seperti pada obat hipnotik sedatif terdahulu
serta obat yang dikenal sering disalahgunakan. Ketergantungan rigan sudah
dapat terjadi pada banyak pasien yang menggunakan dosis terapi secara
teratur untuk waktu lama. Gejala putus obat dapat berupa makin hebatnya
kelainan semula yang akan diobati, misalnya insomnia dengan ansietas.
Disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk, tremor, anoreksi, dan
pusing kepala dapat terjadi pada penghentian obat secara tiba-tiba.
Penghentian penggunaan obat sebaiknya dilakukan secara bertahap. Pada
umumnya
selama
pengobatan
dengan
benzodiazepin
pasien
jarang
menaikkan dosis obat tanpa instruksi dari dokternya. Namun, pada pasien
dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan/ atau obat psikotropik lain,
Page 52
Makalah hipoglikemi
cenderung menyalahgunakan golongan benzodiazepin bersama-sama dengan
senyawa lain.
Penggunaan benzodiazepin dosis tinggi dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan gejala putus obat lebih parah setelah pemutusan obat, yaitu:
agitasi, panik, paranoid, mialgia, kejang otot, dan bahkan konvulsi.
Selain efek samping yang luas, secara umum benzodiazepin merupakan
obat yang relatif aman. Bahkan dosis tinggi jarang menyebabkan kematian,
kecuali bila digunakan bersama-sama dengan depresan SSP yang lain
misalnya alkohol. Takar lajak benzodiazepin jarang menyebabkan depresi
kardiovaskular serta pernapasan yang berat, tetapi pada pasien PPOK dosis
terapi dapat memperburuk fungsi napas.
E.
Page 53
Makalah hipoglikemi
Page 54
Makalah hipoglikemi
Page 55
Makalah hipoglikemi
BAB III
PENUTUP
3.1 Lampiran
Page 56
Makalah hipoglikemi
Page 57
Makalah hipoglikemi
3.2 KESIMPULAN
sekresi
insulin
dan
dimana
insulin
tersebut
Page 58
Makalah hipoglikemi
3.3 REFERENSI
Aru.
W.
2009.
Buku
Ajar
Ilmu
Penyakit
Dalam.
Jakarta:
Page 59
Makalah hipoglikemi
Page 60