You are on page 1of 9

Setiap 1 Desember seluruh dunia akan memperingatinyasebagai Hari AIDS

sedunia. Hari yang dieringati untuk mengingatkan kita bahwa HIV-AIDS belum dapat
disembuhkan. Belum ada obat yang dapat mengobati penyakit ini dengan sempurna. Obat
ARV hanya dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan virus HIV saja.
Wacana tentang HIV-AIDS menjadi tajuk berita yang hangat diberitakan di setiap
media massa. Peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS atau ODHA terjadi dimana saja di
seluruh dunia. Peningkatan jumlah kasus juga gterjadi di Kota Singkawang. Menurut
Achmad Kismed (red; Kepala Dinkes Kota Singkawang) terjadi peningkatan jumlah
kasus yang cukup signifikan setiap tahunnya. Peningkatan terjadi karena HIV-AIDS
mempunyai fenomena gunung es. Fenomena gunung es ini yang membuat HIV-AIDS
menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.
HIV-AIDS menjadi momok yang sangat menakutkan bagi manusia diseluruh
dunia. Hal ini wajar saja,dengan alasan belum adanya obat yang dapat menyembuhkan
penyakit ini,kemampuan HIV-AIDS sebagai pembunuh tidak pandang bulu. HIV-AIDS
dapat menyerang siapa saja. Dari usia bayi sampai dewasa dapat mengidap dan hidup
dengan virus ini. Stigma yang buruk dari masyarakat terhadap ODHA juga menjadi
alasan lainnya HIV-AIDS sebagai momok menakutkan.
Stigma masyarakat yang buruk harus dapat dihilangkan terhadap ODHA. Stigma
tersebut mempunyai efek negatif yang lebih berbahaya kepada masyarakat. Penderita
ODHA yang dikucilkan oleh masyarakat akibat stigma tersebut bukanlah obat
penyembuh maupun pelipur lara bagi mereka.stigma tersebut hanya akan membuat rasa
frustasi yang berkepanjangan bagi penderita ODHA.Stigma yang membuat rasa frustasi
bagi ODHA haya dapat diubah dan dihilangkan dengan memberikan pendidikan dan
pengetahuan yang luas terhadap masyakat tentang HIV-AIDS. Social Marketing atau
pemasaran sosial merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan secara luas dalam
memberikan pengetahuan positif bagi masyarakat luas.
PEMSASARAN SOSIAL
Dua aspek penting yang menarik dari ungkapan Les Robinson yang terkenal lewat
teori social marketing The Seven Door Approach, yaitu perkembangan masyarakat
(community development) dan pendidikan (education). Social marketing memang bukan
sekadar memasarkan sebuah gagasan untuk tujuan non-profit. Social marketing atau
pemasaran sosial pada intinya adalah upaya mengubah pandangan dan perilaku
masyarakat melalui perubahan sosial. Cara yang dipandang paling tepat untuk
melakukannya menurut Les adalah melalui pendidikan.
Philip Kotler dan Gerald Zaltman, istilah social marketing memiliki makna
yang tak jauh dari arti kata pemasaran dalam dunia bisnis itu sendiri. Social marketing
mengacu pada penerapan strategi pemasaran dalam memecahkan masalah sosial dan
kesehatan masyarakat, pada awalnya. Dalam kenyataan, teknik dan strategi pemasaran
secara luar bisa telah berhasil mendorong masyarakat untuk membeli sebuah produk,
sehingga secara teori para ahli melihat teknik-teknik menjual semacam itu juga bisa
diadaptasi untuk menjual gagasan dan perilaku dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Selama ini, berbagai masalah sosial dan kesehatan dipicu oleh perilaku
tertentu. Sebagai contoh penyebaran HIV-AIDS, kecelakaan lalu lintas atau
kehamilan yang tidak diinginkan sangat terkait dengan perilaku dan pandangan yang
perlu diubah. Masalah-masalah kesehatan sendiri memang memiliki dimensi sosial,
sekaligus individual. Sebagai contoh, hasil penelitian yang pernah dilakukan di Inggris
memperlihatkan, kemiskinan merupakan indikator yang bersifat konsisten dan dasar dari
sehat tidaknya masyarakat di Inggris. Kurangnya kesempatan, pilihan dan pemberdayaan

memicu sulitnya masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. Di sini, social marketing
menawarkan sebuah solusi dengan mempengaruhi perilaku, tak hanya warga negara
secara individu, namun juga kelompok masyarakat yang berpengaruh dan pembuat
kebijakan. Para pelaku pemasaran sosial, bisa menyasar pada media, organisasiorganisasi dan penyusun kebijakan dan peraturan. Social marketing sebagaimana
pemasaran secara generik bukanlah teori yang berdiri sendiri. Pemasaran sosial
merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan
lain seperti teori ilmu-ilmu psikologi, sosiologi, antropologi dan komunikasi dalam
rangka memahami cara mempengaruhi perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dasar
marketing bisnis, pemasaran sosial didasarkan pada proses perencanaan logis yang
melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran, segmentasi
pemasaran, menentukan sasaran dan identifikasi strategi dan taktik pemasaran.
Pemasaran sosial (marketing social) merupakan aplikasi strategi pemasaran
komersil untuk menjual gagasan dalam rangka mengubah sebuah masyarakat, terutama
dalam manejemen yang mencakupanalisis,perencanaan,implementasi,danpengawasan.
UNSUR-UNSUR PEMASARAN SOSIAL
1.

Produk Sosial

Yang termaksud produk sosial adalah berupa gagasan dan praktek. Perubahan
gagasan atau perilaku yang sifatnya merugikan masyarakat kepada gagasanatau perilaku
baru yang lebih baik adalah tujuan dari adalah tujuan dari pemasaran sosial.Gagasan dan
perilaku adalah produk yang dipasarkan.
2.

Target adopter

Tujuan-tujuan pemasaran sosial mengarah pada satu kelompok atau lebih terget
adopter. Ada sejumlah kelompok yang dapat diatasi dengan cara-cara yang beragam
seperti atas dasar usia, status sosial ekonomi, jumlah keluarga atau lokasi geografis.
Ketiga itu termaksud dalam teknologi Manajemen Perubahan Sosial.
3.

Mendefinisikan Pengiriman Produk

Kebutuhan pertama dalam keberhasilan pemasaran sosial salah satunya


adalahmenciptakan suatu produk sosial baru untuk mempertemukan suatu kebutuhan
yang tidak terpuaskan atau untuk merancang produk yang lebih baik yang dapat diterima.
Tugasmendefinisikan kampanye perubahan sosial adalah salah satunya berasal dari
penonjolansuatu hal yang dianggap paling berpengaruh.
4.

Merancang Pemasaran Produk Sosial

Tugas ahli pemasaran sosial selanjutnya adalah menghadirkan solusi secara efektif
untuk kelompok target adopter.
5.

Memasarkan Ke Target Adopter

Ahli pemasaran sosial harus harus siap mengirimkan atau memasarkan praktik
sosial darisuatu kegiatan perubahan sosial, yang mulai diminati masyarakat target
adopternya.
6.

Mempertahankan Pasar

Tugas akhir dari ahli pemasaran sosial adalah menjaga keberlangsungan


perubahansosial, yaitu berupa tanggapan yang sesuai dengan yang diharapkan dari
lingkungansekitar populasi target adopter.

Adapun proses kegiatan pemasaran sosial adalah :


Langkah pertama proses pengelolaan pemasaran social adalah menganalisis secara
dini berkenaan dengan kampanye social yang khusus.
Meneliti populasi target adopter maksudnya Perlu dimengerti target adopter berikut
kebutuhan-kebutuhannya. Setiap kelompok memiliki karakteristik tertentu dalam
menanggapi kampanye social.
Merancang tujuan dan strategi pemasaran sosial, maksudnya tujuan pemasaran
sosial haruslah spesifik, terukur (measurable) dan dapat dicapai. Seringkali tujuan tidak
diungkapkan secara spesifik, dengan demikian akan sulit untuk diukur, misalnya
"peningkatan kesejahteraan anak-anak" atau "peningkatan kualitas hidup"
Merencanakan program pemasaran sosial, maksudnya setelah strategi dirancang,
maka harus disiapkan rincian program social marketing-mix-nya. Elemen-elemen social
marketing-mix dari media massa harus selektif dan dikembangkan dalam program yang
taktis.
Produk sosial terdapat tiga tipe, yaitu :
Social Idea, maksudnya tipe produk social pertama adalah Gagasan Sosial berupa
suatu kepercayaan (belief), sikap (attitude), atau nilai (value).
Social Practice, maksudnya tipe produk social kedua adalah Praktik Sosial berupa
peristiwa yang terjadi akibat aksi perorangan, seperti yang ditunjukkan pada vaksinasi
atau keikutsertaan (partisipasi politik) dalam pemilihan umum. Juga bisa berupa pola
perilaku yang sukar dirubah.
Social Difference, maksudnya tipe produk social ketiga adalah suatu tujuan
perubahan social yang melibatkan produk kasat mata (tangible product) Produk tangible
menunjuk pada produk fisik yang menyertai suatu kampanye social. Seperti
pilkontrasepsi atau kondom yaitu alat-alat yang berguna dalam menyempurnakan praktik
social, dalam konteks praktik keluarga berencana.
(http:// id.Wiki
pedia.org/wiki/Pemasaran_sosial)
Sebelum mengembangkan strategi atau program pemasaran untuk suatu produk,
jasa, ataupun liniu produk yang berkaitan, manejer harus mengetahui peranan yang akan
dimainkan oleh produk tersebut dalam rencana jangka panjang organisasi.
Ada dua macam keputusan manejer puncak yang terlibat dalam perencanaan
pemasaran perusahaan, di antaranya :
Manejemen puncak harus mengenali bisnis bisnis apa yang akan dimaksudkan
dalam perusahaan dimasa yang akan datang dengan memilih strategi perusahaan yang
merinci produk produk yang akan dihasilkan dan pasar pasar yang akan dilayani oleh
perusahaan secara keseluruhan.Manejemen puncak harus harus menentukan macam
distribusi yang diharapkan akan diberikan oleh tiap tiap produk terhadap strategi
perusahaan jangka panjang.
Strategi bauran produk adalah keputusan manejemen puncak yang
merincikan :
Bagian relatif dari sumber dana yang langka yang akan diterima oleh tiap tiap
produk atau lini produk.Basaran utama (misalnya pertumbuhan penjualan atau bagian

pasar ataupun kemampulabaan). Yang harus dicapai oleh para manejemen untuk masing
masing produk atau lini produk. (http://atika-cute.blogspot.com/2012/10/makalapemasaran-sosial.html)
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM KAMPANYE PRODUK SOSIAL
Pemasaran sosial seringkali digunakan untuk menyebarluaskan gagasan yang
menyangkut isu kesehatan, isu kemiskinan, maupun isu lingkungan. Sosialisasi isu-isu
sosial seperti HIV-AIDS belakangan ini cukup banyak berkembang dan komplek yang
perlu untuk segera diselesaikan. Isu HIV-AIDS diangkat karena sampai saat ini HIVAIDS masih menjadi perhatian utama dan pokok permasalahan yang dapat mengancam
kesehatan masyarakat itu sendiri apabila tidak diselesaikan dengan cara yang tepat.
Budaya masyarakat yang menciptakan stigma buruk HIV-AIDS sudah sangat mengakar
dalam masyarkat. Stigma buruk HIV-AIDS membuat citra buruk bagi ODHA sehingga
mereka dikucilkan oleh masyarakat. Untuk memperbaiki citra yang buruk langkah pertma
yang dapat dilakukan adalah dengan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas tanpa memberikan
efek negatif dan memberikan respon yang positif dalam merubah stigma mayarakat dan
juga perilaku masyarakat luas.
Pengertian komunikasi menurut para ahli
Berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar maupun
salah. Begitu juga model atau pun teori, definisi harus dilihat dari manfaatannya untuk
menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan kemudian mengevaluasinya. Menurut Carl
I. Hovland, komunikasi merupakan proses mengubah perilaku orang lain. Komunikasi
adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (comunicate)
(Mulyana, 2010:68). Proses komunikasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi tidak
sekedar penyampaian pesan atau tidak hanya bersifat informatif, melainkan agar orang
lain mengetahui sesuatu, tetapi juga harus bersifat persuasif dengan tujuan agar
masyarakat bersedia menerima suatu paham, keyakinan dan atau melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan. Sedangkan menurut paradigma Lasswell, dapat dipahami bahwa
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2010:71). Kegiatan
komunikasi dapat dilihat dengan menjawab pertanyaan who (komunikator), says what
(pesan), in which channel (saluran atau media), to whom (khalayak sasaran), with what
effect (efek).
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SOSIAL
Strategi komunikasi pemasaran sosial dapat dipahami dengan menguraikan
unsur-unsur pokoknya, yaitu strategi komunikasi dan pemasaran sosial. Adapun strategi
koumunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning)
dan manajemen komunikasi (communication manajement) untuk mencapai suatu tujuan
(goal). Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi
(Effendy, 2004:29). Strategi komunikasi erat hubungannya antara tujuan yang hendak
dicapai dengan konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus diperhatikan, kemudian

merencanakan bagaimana konsekuensi-konsekuensi sesuai dengan hasil yang diharapkan


atau tujuan yang akan dicapai.
Pemasaran sosial merupakan proses perencanaan yang membutuhkan waktu dan
usaha untuk mengatasi masalah sosial, seperti yang diungkapkan oleh Thomas, Janes
dalam journal of communication in healthcare yang menyatakan bahwa: It is a planned
process that requires time and effort to be spent in effective scoping of the problem and
development of appropriate activities (Thomas, Jane. 2009). Dalam konsep pemasaran
sosial, pemasar menentukan tujuan perilaku yang ingin dilakukan oleh audience sasaran
termasuk apa yang harus mereka ketahui dan percaya untuk menciptakan perubahan
perilaku. Tujuan dalam pemasaran sosial harus ditargetkan secara spesifik dan realistik,
hal ini digunakan untuk mengevaluasi efek dari pemasaran sosial sehingga dapat diukur
secara nyata. Perubahan perilaku dalam pemasaran sosial dapat dikatakan sebagai hasil
pertukaran antara pemasar yang menawarkan keuntungan dan biaya minimal dengan
konsumen yang mendapat imbalan atas persetujuan atau kerjasama aktif.
Mengembangkan Komunikasi Pemasaran Efektif
Ketepatan strategi yang disusun ditentukan oleh bagaimana strategi dijabarkan
dalam sebuah perencanaan kegiatan. Analisis situasi atau sering disebut dengan analisis
SWOT dibutuhkan untuk membantu menyusun perencanaan. Analisis SWOT merupakan
analisa tentang strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) organisasi, serta
opportunity (peluang) dan threat (ancaman) eksternal yang dihadapi organisasi, dengan
demikian pemasar dapat mengetahui fokus keunggulan produk yang dipromosikan,
kelemahan produk yang harus direduksi, apa saja peluang produk dalam upaya merebut
pasar dan apa saja ancaman yang menghadang produk, baik kompetitor dan pasar.
Komunikasi secara efektif dan strategis prinsipnya adalah bagaimana mengubah sikap,
mengubah persepsi, dan mengubah perilaku target adopter. Komunikasi efektif ditandai
dengan adanya saling pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan. (Rahmat, 2008:13). Untuk mengembangkan komunikasi pemasaran yang
efektif, Kotler dalam (Uyung Sulaksana, 2006:50) merumuskan delapan langkah yang
harus diperhatikan, yaitu:
Mengidentifikasi Target Audience
Proses komunikasi pemasaran harus diawali dengan pendefinisian yang jelas
tentang audiens sasaran, dalam hal ini berhubungan dengan segmentasi pasar yaitu
pemasar menentukan siapa target audiens-nya. Dalam pemasaran sosial, segmentasi pasar
dapat dibagi melalui beberapa variabel, yaitu variabel demografis adalah yang paling
familiar, terbagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan faktor-faktor seperti usia,
ukuran keluarga, siklus hidup, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama,
ras, generasi, dan kebangsaan. Variabel geografis, pada umumnya mereka merujuk
dimana khalayak sasaran hidup, bekerja, atau perjalanan. Variabel psikografis
membedakan kelompok berdasarkan factor-faktor seperti karakteristik kepribadian,
norma budaya, nilai dan gaya hidup. Kita semua tahu dengan siapa kita berbagi profil
demografis dan geografis yang sama, namun kita memiliki keinginan berbeda, kebutuhan,
kebutuhan rekreasi, buku yang disuka, kandidat pilihan kita. Perilaku membagi
segmentasi pasar berdasarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku relatif terhadap produk
yang dijual. Variabel yang termasuk di dalamnya yaitu kesempatan untuk penggunaan,
manfaat yang dicari, dan kesiapan pembeli. (Kotler and Lee, 2009:83).

Menentukan Tujuan Komunikasi


Dalam hal ini pemasar menentukan tujuan komunikasinya, misalnya untuk
menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan, atau pembelian.
Tujuan pemasaran dalam pemasaran sosial terbagi dalam tiga tahap, yaitu behavior
objectives yakni menentukan perilaku yang diinginkan dalam perencanaan tersebut
dengan tujuan untuk mempengaruhi, sebagai hasil dari kampanye atau program yang
dibuat. Knowledge objectives, Mengemukakan fakta-fakta dan informasi yang diperlukan
oleh target audiens, dengan tujuan agar mereka melakukan tindakan tertentu (Kotler &
Lee, 2009:226).
Merancang pesan
Syarat syarat perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu menentukan tema
dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah
mampu membangkitkan perhatian. Hal ini sesuai dengan rumus klasik AIDDA yang
juga dikenal dengan adoption process, yaitu attention, Interest, desire, decision, dan
action, artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention), kemudian
menimbulkan minat dan kepentingan (interest), sehingga banyak memiliki hasrat (desire),
untuk menerima keputusan untuk mengamalkan dalam tindakan (action).
Menyeleksi Saluran Komunikasi
Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada masyarakat
perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif.
Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung (face to face) dan media massa.
Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa orang saja dan lokasinya dapat dijangkau saja
digunakan komunikasi langsung, termaksud jika sasarannya internal publik biasa
digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar dimanamana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.
Menetapkan jumlah anggaran promosi
Tahapan promosi yang paling krusial adalah menentukan anggaran, karena
berhasil tidaknya suatu program yang sudah direncanakan bergantung pada anggaran
yang dimiliki. Misalnya, untuk menentukan penggunaan media apa saja yang tergantung
pada anggaran yang tersedia, atau pemasar berorientasi pada pencapaian sasaran promosi
yang akan dicapai, sehingga sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan.
Menentukan bauran komunikasi
Langkah selanjutnya setelah menentukan anggaran promosi adalah menentukan
alat promosi yang akan digunakan. Bauran promosi merupakan media komunikasi yang
dipakai dapat mempengaruhi isi pesan. bauran komunikasi pemasaran (juga disebut
dengan bauran promosi) terdiri dari lima 5 variabel yang ada dalam promotional mix,
yaitu personal selling, mass selling (periklanan dan publisitas, promosi penjualan, public
relations, dan penjualan langsung (direct marketing).

Mengukur hasil-hasil promosi


Setelah melakukan promosi, pemasar harus mengukur hasil atau dampak dari
promosi pada target audience, apakah mereka mengenal atau mengingat pesan-pesan
yang diberikan.
Mengelola dan Mengkoordinasi Proses Komunikasi
Karena jangkauan komunikasi yang luas dari alat pesan dan komunikasi yang
tersedia untuk mencapai target audience, maka alat dan pesan perlu dikoordinasikan.
Karena jika tidak, pesan-pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia, pesan
kurang konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu, pemasar mengarah pada penerapan
konsep komunikasi pemasaran yang terkoordinasi.
Evaluasi Komunikasi Pemasaran Sosial
Mengevaluasi merupakan bagian dari perencanaan strategis, walaupun pelaksanaan
evaluasi baru dilakukan setelah implementasi dari pemasaran. The most visible stage of a
social marketing project is the implementation and this is followed by an evaluation
review and the important follow-up which is critical to ensure that short-term impacts are
built into ongoing medium and longer-term work (Thomas, Jane. 2009). Pelaksanaan dan
evaluasi sangat penting untuk menindaklanjuti dampak jangka pendek dan perubahan
perilaku jangka panjang. Evaluasi menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan efektifitas dan implementasi rencana selanjutnya. Untuk menjaga
pemasaran tetap berada dijalurnya, dibutuhkan rencana untuk evaluasi saat pemasaran
dilaksanakan.
Sosialisasi
Sosialisasi atau pemasyarakatan program adalah tahapan penting dalam program
pengembangan masyarakat pedesaan. Kegiatan sosialisasi tidak hanya menyampaikan
informasi dan jasa pelayanan melainkan juga mencari dukungan dari berbagai kelompok
masyarakat. Sosialisasi adalah penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan seseorang bertindak dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang
efektif, yang menyebabkan ia efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya
sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat (Effendy, 2006:27). Komunikasi sosial
adalah sekaligus proses sosialisasi demikian tulisan Astrid S. Susanto dalm bukunya,
Komunikasi Sosial di Indonesia. (Astrid S. Susanto, 1985:hal.1) kajian tentang proses
sosialisasi khususnya dan sosiologi umumnya, memang tidak bisa untuk menyinggung
komunikasi. Karena proses sosialisasi terjadi melalui interaksi sosial yang harus
didahului kontak dan komunikasi.
Analisis Situasi
Pemasaran sosial lebih kompleks dibandingkan dengan pemasaran produk, karena
dibutuhkan pemahaman saat menerapkan langkah-langkah atau strategi sosial marketing,
terutama dengan melakukan riset sosial dan kajian. Dalam menentukan strategi harus
mempertimbangkan kondisi wilayah sasaran, target adopters serta faktor-faktor yang
berpengaruh pada partisipasi masyarakat akan berbagai produk sosial. Permasalahan HIVAIDS yang beragam dan semakin mengkawatirkan tersebut harus segera diatasi satu per
satu.. Upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan ramah bagi ODHA, perlu

disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengantisipasi sedini


mungkin munculnya penulran HIV-AIDS yang baru.
Mengenal audiens sasaran
Target audiens dalam hal ini adalah seluruh masyarakat. Luasnya ruang lingkup
menyebabkan dibentuknya segmentasi khalayak sasaran. Pasar disegmentasi untuk
membantu dalam pengambilan keputusan tentang usaha-usaha yang akan dilakukan untuk
memasarkan program HIV-AIDS. Segmentasi pemasaran sosial HIV-AIDS terbagi dalam
target primer yaitu kelompok ibu-ibu. Target primer dalam pemasaran sosial HIV-AIDS
adalah kelompok TOGA,TOMA maupun pihak terkait lainnya dengan pertimbangan
bahwa para TOGA,TOMA memiliki peran sentral dalam kehidupan sosial masyarakat.
Kemudian target sekunder yaitu kelompok bapak-bapak dan remaja. Pada akhirnya semua
kelompok-kelompok pertemuan yang ada di tersosialisasi mengenai penerapan HIVAIDS.
Menentukan tujuan komunikasi
Tujuan komunikasi pemasaran sosial HIV-AIDS sesuai dengan tahapan yang
disampaikan Kotler (Kotler and Lee, 2009: 226), meliputi : Behavior Objective,
merupakan desain perilaku yang ingin dihentikan oleh target audiens yakni stigma buruk
terhadap ODHA. Knowledge Objective: Mengarah pada data statistik, fakta dan informasi
yang membuat kelompok sasaran termotivasi. Informasi tentang HIV-AIDS dapat
mendidik masyarakat untuk meninggalkan stigma buruk terhadap ODHA.
Merancang pesan
Dalam penyusunan pesan ini hal utama yang akan dilakukan adalah bagaimana
menarik perhatian hingga dapat mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat, sesuai
dengan rumus klasik AIDDA yang juga dikenal dengan adoption process, yaitu attention,
Interest, desire, decision, dan action. Dalam penyusunan pesan mensosialisasikan
Program HIV-AIDS menggunakan campuran bahasa Indonesia, hal ini dimaksudkan agar
mudah dimengerti oleh target audiens mengingat mayoritas adalah masyarakat asli
Indonesia yang secara turun temurun tinggal Indonesia. Pesan-pesan yang disampaikan
mengenai program HIV-AIDS yaitu pentingnya program ini bagi masyarakat serta
menawarkan manfaat yang akan didapatkan apabila tahu dan mengerti tentang HIV-AIDS
merupakan langkah pertama dalam pemberantasan HIV-AIDS.
Menyeleksi saluran komunikasi
Untuk meningkatkan keefektifan penyampaian pesan kepada khalayak yang
beragam perlu digunakan berbagai saluran komunikasi, meliputi saluran komunikasi
personal, dengan melibatkan dua orang atau lebih yang berkomunikasi langsung secara
tatap muka. Kuatnya pengaruh komunikasi kelompok yaitu saluran berbasis komunitas
melalui acara arisan rutin bulanan yang diadakan oleh masyarakat. Pemilihan saluran
komunikasi personal melalui pertemuan arisan dalam mensosialisasikan program HIVAIDS dirasa sudah tepat, karena dalam mempengaruhi pikiran dan tingkah laku
masyarakat cukup dilakukan dengan cara sederhana akan tetapi dapat menyentuh emosi
dan melihat respon umpan balik dari target audiens, tanpa terlalu banyak menghabiskan
dana yang memang cukup terbatas. Sedangkan saluran komunikasi non personal yang
digunakan meliputi, media display (baliho, papan reklame, poster), dan event. Saluran
komunikasi non personal digunakan untuk membangun kesadaran masyarakat agar peduli
dan mau terlibat dalam program HIV-AIDS tersebut.

Daftar Pustaka
Nasaruddin.(2014). Pengidap HIV/AIDS Singkawang Tertinggi di Kalbar.
Terarsip.http:// http://pontianak.tribunnews.com/2014/04/02/pengidaphivaids-singkawang-tertinggi-di-kalbar.Diakses 22 Februari 2015
Defri Werdiyono. (2009). Wah Yogya Penyumbang Sampah Terbesar.
Terarsip
http://regional.kompas.com/read/2009/10/12/20101527/wah...yogya.pe
nyumbang.sampah.terbesar. Diakses22 Februari 2015
Mulyana Deddy. M.A. (2010). Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fiske, John. (2004). Cultural and Communication Studies (Sebuah pengantar paling
komprehensif). Yogyakarta: Jalasutra.
Thomas, Jane. Using Social Marketing to Address Obesity: The ongoing Liverpools
Challenge Social Marketing Programme. Journal of Communication in Healthcare
Volume 2 Number 3 2009.
Kotler, Philip dan Lee, Nancy R. (2009). Up and Out Of Poverty (The Social Marketing
Solution). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sulaksana, Uyung. (2007). Integrated Marketing Communications: Teks dan Kasus.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Uchjana Effendy, Onong. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Citra
Aditya Bakti.

You might also like