You are on page 1of 8

MEMBANGUN JIWA KEPEMIMPINAN DALAM PEMILIHAN MAHASISWA

Oleh: Ismail Priyo Wicaksono


1. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Selama hidup,
manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Pemimpin
adalah figur seseorang yang bijaksana, berani mengambil keputusan dan yang paling
penting berwibawa dan bisa memimpin untuk mencapai tujuan bersama. Sekarang sudah
sangat sedikit orang yang mempunyai ciri-ciri seorang pemimpin yang baik didalam
organisasi maupun badan-badan usaha, bisnis, dan pemerintahan. Untuk itu maka sangat
penting bagi mahasiswa mulai membiasakan diri untuk belajar menjadi seorang
pemimpin.
Pada praktek sehari-hari, seseorang diartikan sama antara pemimpin dan
kepemimpinan, padahal kedua hal tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang
tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang harus dimiliki
seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan
peningkatan pengetahuan oleh pihak lain maka pengaruh tersebut akan bertambah dan
berkembang.
2. PEMBAHASAN
Didefinisikan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995) bahwa, kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal berbagai
aktivitas yang harus dilakukan. Pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang
memiliki kemampuan untuk memengarui perilaku orang lain tanpa menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang
layak memimpin mereka. Kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang utuh, konsisten,
komitmen dari seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan tindakannya, memiliki
kemampuan dan sistem nilai yang dianutnya, yang ditampakkan dalam sikap hidupnya
sehari-hari dimanapun ia berada dan dengan siapapun, terutama dalam tugas dan
fungsinya sebagai pimpinan.
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya tidaklah dilahirkan. Bakat tersebut muncul
melalui keterampilan yang terus-menerus diasah dan dikembangkan. Semua didapat

melalui latihan-latihan yang memakan waktu cukup lama. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk mengembangkan dan melatih jiwa kepemimpinan kita, tergantung pada
pribadi masing-masing. Salah satunya adalah melalui Pemilihan Mahasiswa yang melatih
jiwa kepemimpinan agar dapat mewujudkan aspek integritas dan kredibilitas.
Mungkin pernah suatu ketika kita duduk di bangku SD mendengar istilah:
Ing ngarsa sung tuladha, yang artinya dari depan memberikan contoh (teladan

yang baik).
Ing madya mangun karsa, artinya dari tengah membangkitkan semangat dan

dukungan.
Tut wuri handayani, artinya dari belakan memberikan motivasi atau dorongan.
Kepemimpinan yang efektif menjadi kekuatan bagi sebuah kepanitiaan dalam

memaksimumkan kontribusinya untuk mewujudkan suatu tujuan. Sehingga para


pemimpin yang efektif selalu mempunyai rencana dan berorientasi penuh pada hasil.
Pemimpin mengadopsi visi-visi yang menantang, yang dibutuhkan dan bisa juga
dijangkau. Pemimpin mengkomunikasikan visi-visi tersebut, mempengaruhi orang lain
sehingga mendapat dukungan dan bersemangat memanfaatkan sumber daya dan energi
yang dimiliki untuk mewujudkan visi-visi tersebut. Begitu pentingnya visi tersebut bagi
seorang pemimpin, sehingga dapatlah disebutkan bahwa visi adalah kunci menuju
kepemimpinan yang sukses dan kepemimpinan adalah kunci menuju keberhasilan. Visi
yang relevan saat ini untuk diangkat adalah tegaknya asas luber jurdil melalui
pengawasan yang berintegritas dan berkredibilitas pada penyelenggara, penyelenggaraan,
dan hasil pemilwa dalam Pemilwa FIA 2015.
Seorang pemimpin memang hendaknya ialah seseorang yang memiliki karakter
yang kuat di antara lingkungannya. Seseorang yang memiliki keunggulan dibandingkan
yang lain, seseorang yang mampu memberikan persuasi dan motivasi kepada banyak
orang ialah karakteristik pemimpin. Pemimpin harus mampu membawa anggotanya
bersama-sama berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan, menyelesaikan berbagai
masalah, bersikap tenang dan tidak gegabah dalam bertindak, bijak dalam berpikir, adil
dalam berbuat dan berbagi, mengedepankan kepentingan bersama bukan kepentingan
dirinya sendiri. Menjadi seorang pemimpin akan dituntut pertanggungjawabannya tidak
hanya secara horizontal tapi juga vertikal, yaitu pertanggungjawaban kepada lingkungan
yang

memberikan

amanah

dan

kepercayaan

kepada

sang

pemimpin,

juga

pertanggungjawaban kepada Allah Subhanahu wataala sebagai Dzat yang menciptakan


dan memberikan kesempatan itu kepadanya.
Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Sebab sikap-sikap
kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir, ataupun dengan
mempelajarinya
kepemimpinan

selama
merupakan

beberapa
sebuah

jam

proses

pertemuan.
yang

terus

Sikap
menerus

dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Jadi sikap


kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya
pasti, tetap atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun diri melalui
serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir
serta kedewasaan sikap. Sikap itu bukan sesuatu yang bisa mencapai
tahap finish. Serangkaian proses yang tak pernah usai tersebut
bermuara

pada

satu

tujuan

yaitu

menjadi

pemimpin

yang

sesungguhnya. Lalu, bisakah seseorang menjadi pemimpin yang


sesungguhnya?
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai
pemimpin ideal dalam arti paling klasik adalah seorang pemimpin yang
mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah
mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian,
namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah
praktis. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa
menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso
sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di
tengah

memberi

semangat),

tut

wuri

handayani

(di

belakang

memberikan dorongan). Setidaknya ada empat kualitas pemimpin


yang mesti kita pelajari untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan
dalam diri kita.
1) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus dengan
cepat memahami kebutuhan orang-orang dan memenuhinya.
Sebagai

contoh,

seorang

pedagang

harus

dengan

cepat

memahami kebutuhan para produsen, konsumen dan situasi


terkini dalam pendistribusian order agar dapat meraih sukses

dalam bisnisnya. Ketika kita melakukan suatu bisnis di pasar


dunia, perluasan kapasitas produksi tidak

akan menjamin

kesuksesan dalam bisnis kita. Ketika melakukan produksi, kita


harus memahami dan menganalisa status produksi dari barangbarang di seluruh dunia dan berdasarkan itu kita harus
mencocokkannya dengan pabrik kita. Hanya analisa yang teliti
dan pemahaman yang sepenuhnya yang dapat membawa
kesuksesan. Sama seperti hal di atas, mereka yang kurang
memiliki

kemampuan

dalam

memahami

dan

menganalisa

kebutuhan orang lain tidak dapat menjadi seorang pemimpin.


Seorang pemimpin harus terus menerus tanggap dan harus bisa
menganalisa. Apa yang dibutuhkan pasar? Apa yang sedang
mereka

pikirkan?

Dalam

hal

apa

mereka

membutuhkan

pembaharuan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ada di


dalam pikiran para pemimpin.
2) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus memiliki
kemampuan untuk membuat/membantu orang lain sukses. Di
antara berbagai macam tipe pemimpin, ada tipe pemimpin
otoriter. Parapemimpin otoriter tidak mempedulikan ide-ide atau
pendapat dari orang yang berada di bawahnya. Para pemimpin
tipe

ini

menyuruh

orang-orang

agar

mematuhi

perintah-

perintahnya. Mereka ini akan memanfaatkan bawahan mereka,


lalu mengabaikannya. Tipe lainnya yaitu tipe pemimpin mekanis.
Mereka ini sangat terikat dengan aturan-aturan yang mereka
ikuti.

Tipe

pemimpin

seperti

ini

telah

kehilangan

rasa

kemanusiaannya dan menjadi mesin virtual. Pemimpin seperti ini


tidak

dapat

membantu

sukses. Ada beberapa

orang

pemimpin

lain

yang

agar

dengan

menjadi

senang

hati

membantu orang lain agar menjadi sukses. Menolong orang lain


bukan

berarti

mentoleransi

mengambil
kemampuan

orang-orang
mereka

yang

dari

jalanan

kurang.

dan

Seorang

pemimpin yang mampu membantu orang lain agar menjadi


sukses mula-mula harus mampu mengevaluasi orang lain,
kemudian mengarahkan mereka kepada tanggung jawab yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, mereka
dapat

bekerja

dengan

senang

hati

dan

mendapatkan

kesempatan untuk dipromosikan. Memastikan bahwa orang yang


tepat telah ditempatkan di tempat yang tepat (the right man on
the right place) merupakan tanggung jawab seorang pemimpin.
Untuk melakukan hal ini, seorang pemimpin harus mempunyai
minat dan fokus yang tetap terhadap orang-orang yang mereka
pimpin. Dengan melihat talenta yang berbeda-beda di dalam diri
tiap-tiap orang, seorang pemimpin harus mampu mendorong
mereka

untuk

mengembangkan

talentanya.

Apabila

sang

pemimpin menemukan bahwa seseorang sedang berusaha dan


sedang berjuang dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok
untuknya,

maka

pemimpin

tersebut

harus

mencarikannya

pekerjaan baru. Sedangkan terhadap orang-orang yang kurang


mempunyai kemampuan, sang pemimpin harus mendorong dan
mengajari mereka sehingga mereka menjadi mampu untuk
melakukan pekerjaannya. Kita semua harus mempraktekkan
kepemimpinan yang seperti ini.
3) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus selalu
memiliki semangat untuk mempelopori (pioneer) dan harus
selalu bergerak maju. Kebanyakan orang hanya diam di tempat,
mereka hanya berusaha agar keadaan tetap seperti itu. Ini
dikarenakan mereka lebih memilih untuk amannya saja daripada
hidup dalam ketidakpastian. Apabila seorang pemimpin hanya
mencari rasa aman saja sewaktu ia memimpin suatu kelompok,
maka ia telah kehilangan tujuannya sebagai seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang ideal harus mempunyai sifat petualang
dan agresif. Ide-ide baru harus dipikirkan dan diterapkan

meskipun

ide-ide

tersebut

mungkin

mengakibatkan

ketidakpastian dan membawa resiko/bahaya. Pertumbuhan dan


perkembangan
Seorang

selalu

pemimpin

diikuti
harus

oleh
terus

sejumlah

resiko/bahaya.

mengembangkan

dan

memperluas dirinya agar dapat menjadi pemimpin yang lain


daripada yang lain. Saya telah banyak membaca profile para
pemimpin yang terkenal di dunia, dan saya menemukan bahwa
mereka semua mempunyai satu persamaan yaitu mereka semua
terlihat sedikit fanatik di dalam beberapa hal tertentu. Mereka
kadang-kadang

mengatakan

hal-hal

yang

sulit

dimengerti

dengan sudut pandang biasa. Mereka semakin menjauh dari


realita dan menemukan hal-hal yang baru untuk dikerjakan. Oleh
karena itu, orang-orang yang berpegang pada realita akan
mengalami kesulitan untuk memahami mereka. Untuk menjadi
seorang pemimpin yang ideal, pikiran kita harus lebih maju
daripada orang lain, dan kita harus menjadi pemimpin yang
selalu bekerja keras. Oleh karena itu, kita harus memiliki visi dan
misi yang jauh ke depan dan berusaha keras untuk meraihnya
dengan segala usaha. Maka kita dapat menjadi pemimpinpemimpin yang ideal.
4) Untuk menjadi seorang

pemimpin

yang

ideal,

kita

harus

menginvestasikan semua usaha kita untuk pengembangan diri.


Kita

harus

membayangkan

seberapa

banyak

kita

telah

mengembangkan dan meningkatkan diri sejak tahun lalu sambil


bertanya pada diri kita, Apa yang bisa saya lakukan untuk
menjadi seorang pemimpin yang lebih baik lagi? Bagaimana
caranya agar saya dapat menjalankan tugas saya sebagai
pemimpin dengan lebih efektif? Selain itu, kita harus melakukan
yang terbaik untuk pengembangan diri kita. Saya menghabiskan
banyak

energi

untuk

melakukan

pengembangan

dan

peningkatan diri. Saya selalu berpikir tentang bagaimana cara

meningkatkan dan mengembangkan diri saya sendiri dalam


kehidupan sehari-hari. Lihatlah para CEO atau para eksekutif
perusahaan. Tentu saja mereka sangat sibuk dengan pekerjaan
mereka. Tetapi jika kita melihat mereka lebih dekat, kita akan
terkejut karena kita akan menemukan bahwa mereka banyak
menghabiskan

waktu

mereka

untuk

mengembangkan

dan

meningkatkan diri. Ketika kita tidak bisa merefleksikan pada diri


kita sendiri untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang perlu
diperbaiki, maka kita akan menemukan bahwa kita tidak akan
mampu memimpin.
5) Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan
proses belajar yang sangat panjang, namun bukan berarti tidak
mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya
menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan
idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri atas apa
yang telah mereka lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk
bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai
tertentu.
3. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas ialah

bagaimana

pentingnya mahasiswa memiliki jiwa kepemimpinan dalam menjalani hidupnya. Menjadi


mahasiswa yang berjiwa kepemimpinan tidaklah semudah yang dibayangkan, mahasiswa
harus memiliki kemauan dan niatan yang kuat untuk menjadikan dirinya berkarakter.
Faktor terberat yang dihadapi mahasiswa adalah dirinya sendiri, apakah ia mampu
mengatasi kendala-kendala yang menjadi hambatan untuk menjadi mahasiswa yang
berjiwa kepemimpinan atau malah sebaliknya.
Dukungan dari luar tentu sangat berperan dalam upaya membangun
jiwa kepemimpinan seorang mahasiswa. Lingkungan yang kondusif tentu sangat
membantu untuk mewujudkan upaya membangun jiwa mahasiswa tersebut.
Kepemimpinan mahasiswa yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu
mewujudkan visi misi. Kepemimpinan demikian tentu bukanlah kepemimpinan yang
hanya sekedar melayani atau how to servant. Akan tetapi kepemimpinan yang diperlukan

adalah kepemimpinan transformatif yang visioner terutama dalam menyikapi perubahanperubahan yang terus terjadi. Kepemimpinan transformatif yang visioner selalu
mengedepankan sejumlah ide atau gagasan konstruktif jauh ke depan. Jadi, perlu ada
paradigm shift dalam kepemimpinan yang memfokuskan organisasi bagi peningkatan
kualitas pelaku-pelaku organisasi dan individu-individu yang dipimpin.
Pemimpin dalam kepemimpinan transformatif sangat mengetahui dan memahami
potensi individu-individu di sekelilingnya dan terampil mengoptimalkan sumber daya
organisasi yang tersedia. Bahkan, pemimpin transformatif visioner berpikir jauh ke depan
melampaui individu-individu yang dipimpinnya. Oleh karena itu, optimalisasi potensi
dan sumber daya organisasi yang dilakukan pemimpin transformatif selalu tepat dan
terukur keberhasilannya (measurement).
Kepemimpinan organisasi mahasiswa membutuhkan pemimpin transformatif
yang tidak saja handal dalam mengoptimalkan potensi yang dipimpinnya dan sumber
daya organisasi yang tersedia, melainkan juga memiliki jiwa motivator yang baik saat
yang lain dalam keadaan lemah. Pemimpin transformatif selalu mempedomani arah
kebijakan (policy direction) yang telah ditetapkan organisasi.

You might also like