You are on page 1of 4

Computational Fluid Dynamics (CFD)

Mechanical Engineering Department, USU


Page 1 of 4

Pendahuluan
Bayangkan anda sebagai anak mesin punya hobby mempercantik body mobil, itu wajar, dan punya teman
dari fakultas lain yang berhoby sama, anak FK misalnya. Suatu hari si teman datang menemui anda dan dengan
bangganya menunjukkan mobilnya telah dipasangin aerokit berbentuk semacam airfoil yang dipasang di atas atap
mobilnya. Katanya si tukang mesinnya menjamin, dengan aerokitnya mobil itu menjadi lebih aerodynamis, dan bisa
melaju lebih kencang 25% dengan daya mesin yang sama. Tentu sebagai anak mesin, ego anda akan tersinggung
masa sih, trus kok bisa? dia kan bukan anak mesin. Bagaimana membuktikannya ya? Mengujinya langsung dengan
membalap dan merasakannya tentu kurang pas, karena terlalu subjective dan tidak terukur 25% nya tadi.
Seandainya anda mengerti dan mahir menjalankan CFD hal ini bukan masalah. Katakanlah anda punya
salah satu commercial code CFD, dengan bantuan CAD, anda bisa menggambar model mobil tersebut. Gambarkan
dua model, yaitu dengan aerokit dan tanpa aerokit. Masukkan ke CFD solver, tentukan kecepatan mobil sesuai yang
anda inginkan. Tunggu beberapa saat untuk running program dan abracadabra! akan keluar hasilnya. Maka
bandingkan apakah aerokit itu mengurangi koefisien drag nya atau malah menambah. Kalau memang berkurang, apa
sampai 25%. Seandainya benar tentu sebagai anak mesin anda tidak ingin disainginya, masak kalah ama anak FK di
masalah mobil? Anda rancang lagi aerokit di gambar anda itu, uji lagi dan usahakan hasilnya lebih baik. Pokoknya
harus lebih aerodinamis, mau jadi 25.1% terserah, yang penting di atasnya. Bayangkan masalah ini bisa anda jawab
secara ilmiah hanya dengan menggunakan seperangkat PC biasa atau notebook.
Jika cerita di atas terjadi tahun 70 atau awal 80 an, anda baru bisa menyelesaikannya dengan menggunakan
super computer yang hanya dipunyai segelintir pusat riset. Karena perhitungan ini melibatkan ribuan sampai jutaan
persamaan dan algoritma penyelesaiannya saat itu belum secanggih sekarang. Kebelakang lagi, seandainya itu
terjadi sebelum tahun 50 an, anda harus mengujinya di wind tunnel. Beruntunglah anda yang jadi mahasiswa di era
komputasi. Jadi jangan lewatkan perkembangan ilmu CFD ini.
CFD adalah singkatan dari Computational Fluid Dynamics, yang jika diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia kira-kira Perhitungan Dinamika Fluida. Bagi engineer perhitungan dinamika fluida dilakukan untuk
mendapatkan medan kecepatan dan distribusi tekanan. Karena dengan mengetahui kedua hal ini maka perhitungan
lanjutan seperti perhitungan gaya, perpindahan panas, dll dapat dilakukan. Parameter-parameter ini diperlukan untuk
keperluan analisa, evaluasi, atau design suatu struktur yang melibatkan fluida. Contoh yang paling mudah adalah
prinsip kerja sebuah airfoil atau bentuk penampang sayap pesawat. Jika distribusi kecepatan dan tekanan disekitar
airfoil diketahui maka gaya angkat dan drag airfoil tesebut akan dapat dihitung. Dengan mengetahui perhitungan ini
maka akan dapat dianalisa apakah airfoil tersebut mampu mengangkat berat total pesawat. Atau jika tidak,
bagaimana mendesign bentuk airfoil yang mampu. Untuk inilah diperlukan perhitungan fluida dynamik.
Sebagai pelajaran awal, aliran fluida tunduk kepada hukum-hukum alam dan jika hukum-hukum yang
bersangkutan diaplikasikan maka hasilnya adalah persamaan-persamaan pembentuk aliran (governing equations).
Persamaan pembentuk aliran ini adalah Persamaan Differensial Parsial (PDE). Untuk mendapatkan solusinya, PDE
ini umumnya dapat diselesaikan secara analitik jika banyak dilakukan asumsi. Tetapi solusi dengan banyak asumsi
ini adalah sangat terbatas di masalah-masalah yang real, bisa dikatakan hampir tidak ada. Maka diperlukan cara lain
yang mampu memberikan solusi dengan asumsi seminimal mungkin. Cara yang dapat memberikan solusi
pendekatan adalah cara numerik yang dikenal sebagai CFD.
Cara kerja CFD ini dapat diringkaskan sebagai berikut. Masalah yang akan diselesaikan, pertama-tama,
dibagi menjadi beberapa atau sampai jutaan grid (tergantung kemampuan alatnya atau komputernya). PDE akan
didiskritasi untuk tiap grid dan akan didapatkan kumpulan persamaan linier yang akan diselesaikan secara iterasi.
Iterasi akan berhenti jika jawaban yang mungkin paling dekat sudah dicapai (convergent). Sebagai bahan hayalan,
bayangkan suatu masalah 2 dimensi dibagi menjadi 100 x 100 grid. Maka jumlah grid ada 10 ribu grid. Tiap grid
mengandung u,v, dan P masing masing untuk kecepatan arah x dan y dan tekanan. Bayangkan akan ada 30 ribu
bilangan tak diketahui. Untuk mendapatkan jawaban nya maka hanya mungkin dilakukan dengan komputer. Jadi
sejarah perkembangan algoritma CFD tidak bisa dilepaskan dari dukungan kecepatan computer.
Persamaan pembentuk aliran Navier-Stokes
telah dikenal kurang lebih 189 tahun. Tetapi, persamaan
ini tetaplah berupa persamaan differensial tanpa
penyelesaian yang meyakinkan. Memang telah didapat
beberapa jawaban analitik terhadap persamaan ini,
namun, setelah mengalami beberapa penyederhanaan
atau asumsi. Bagi para praktisi, jawaban ini tidak cukup
untuk mendukung kebutuhan analysis dan design.
Karena masalah yang sebenarnya jauh lebih komplex.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan para
engineer, masalah aliran fluida lebih banyak
diselesaikan dengan cara experiment murni di wind Gambar 1 Metode penyelesaian masalah dinamika fluida
tunnel.
Created by AMBARITA Himsar

Computational Fluid Dynamics (CFD)


Mechanical Engineering Department, USU
Page 2 of 4
Cara ini memang memberikan jawaban yang mencukupi, tetapi mempunyai beberapa masalah. Pertama
adalah masalah ekonomi. Real engineering problems sering kali melibatkan ukuran yang sangat besar dan tentu
memerlukan wind tunnel yang lebih besar lagi. Untuk menghindari hal ini maka sering dilakukan pemodelan lalu
hasilnya di ekstrapolasi. Tetapi hal ini kadang kala memberikan hasil yang kurang memuaskan. Pengukuran juga
sering memberikan error, oleh karena itu untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat memerlukan biaya yang
sangat besar. Sering kali untuk medapatkan kondisi yang diinginkan diperlukan usaha yang sangat besar. Ada
kondisi extreme yang tidak bisa didapatkan secara experimental. Untuk menanggulangi masalah-masalah inilah
dikembangkan CFD. Dengan hadirnya CFD, metode penyelesaian terhadap dinamika fluida dapat dibagi menjadi 3
pilar, theory murni, experiment murni, dan simulasi numeric. Saat ini ketiga pilar dibuat bekerja sama saling
melengkapi untuk melakukan analisa dan design. Ketiga pilar ini digambarkan pada Gambar 1.

Cara Kerja CFD


Bagaimana CFD bekerja untuk menyesaikan PDE akan disinggung sekilas pada bagian ini. Pada awalnya PDE
diturunkan dengan mengasumsikan fluida itu terdiri bagian bagian kecil yang disebut grid. Dengan menerapkan
hukum-hukum alam pada grid-grid ini dan menggunakan ukuran grid yang sangat kecil hingga mendekati nol, maka
persamaan itu bisa ditampilkan dalam bentuk kontiniu (smooth). Persamaan yang smooth inilah yang berlaku
secara umum dan dicoba oleh para matematikawan dan engineer untuk bisa diselesaikan. Tetapi seperti yang sudah
disinggung sebelumnya, hasilnya tidak memuaskan. Sementara CFD melakukan sebaliknya, PDE ini dikembalikan
lagi ke bentuk grid. Pada grid-grid ini persamaan-persamaan pembentuk aliran itu tidak lagi berbentuk PDE tetapi
sudah berbentuk system persamaan linier. Untuk mendapatkan jawaban, system persamaan linier inilah yang
diselesaikan. Inilah inti dari cara CFD menyelesaikan persamaan pembentuk aliran. Sementara bagaimana
menggiring masalah-masalah analysis menjadi masalah CFD untuk bisa diselesaikan akan dijelaskan pada paragraph
berikut.
Katakan anda telah menentukan masalah yang
akan dianalisis, maka urutan melaksanakan suatu
analisis dalam CFD, umumnya, mengikuti bagan yang
digambarkan pada gambar 2. Kepada masalah yang
akan anda analyis harus dilakukan dahulu analisa awal
(Preliminary decision). Apakah masalah itu akan
diselesaikan secara seluruhnya atau bisa dimanfatkan
sifat simetry dari masalah tersebut untuk mengurangi
computational cost. Nasehat yang selalu harus diingat
sebelum melakukan analysis adalah sederhanakan
masalah anda tapi jangan sampai menghilangkan
informasi teknik atau bagian yang menentukan. Dua
pertanyaan yang harus dijawab di sini adalah: what to
model? and which analysis type? Contoh pertama, jika
anda ingin mengalisis pengaruh aliran udara luar yang
melewati sebuah gedung yang berbentuk segiempat.
Anda tidak perlu menganalysis semuanya, manfaatkan
sifat simetry gedung tersebut dan mungkin anda cukup
menganalisa setengahnya saja. Tentu sifat simetry
tidak bisa anda manfaatkan jika seandainya gedung
anda tersebiut tidak simmetri. Contoh berikutnya, jika
anda menganalisis proses pengeringan tentu anda harus
melakukan analisis transient karena variable waktu
adalah bagian yang utama. Tetapi untuk analisa
performasi dari sebuah heat exchanger, aliran steady
mungkin cukup. Hal-hal seperti inilah yang harus
diputuskan dulu sebelum melakukan analysis.
Langkah berikutnya adalah membangun
model yang akan di analysis. Inti dari langkah ini
adalah menvisualisasikan masalah kita dalam bentuk
Gambar 2 Alur yang umum dalam CFD
gambar teknik yang semirip mungkin dengan benda
yang sebenarnya.
Biasanya kita menggunakan software-software yang disediakan para dealer CFD. Contoh, pengguna FLUENT
biasanya cukup familiar dengan GAMBIT, ada juga ICEM, dan para pengguna ANSYS Workbench biasa
menggunakan Design modeler (DM). Hypermesh juga sangat terkenal di bidang pembentukan model ini. Bagi anda
yang familiar dengan CAD seperti Pro-Engineer, Catia, atau Solid works bisa memanfaatkannya untuk membangun
model. Setelah model dibangun langkah berikutnya adalah membaginya menjadi bagian-bagian yang kecil yang
disebut grid. Kualitas hasil CFD biasanya sangat bergantung kepada kualitas grid yang baik. Semakin kecil ukuran
Created by AMBARITA Himsar

Computational Fluid Dynamics (CFD)


Mechanical Engineering Department, USU
Page 3 of 4
grid yang anda buat, diyakini, semakin dekat penyelesaian masalah anda dengan jawaban theory. Tetapi jumlah grid
yang semakin banyak, semakin kecil grid jumlahnya semakin banyak, akan membebani computer anda. Oleh karena
itu berkompromilah dengan jumlah grid dan kemampuan computer anda.
Meskipun tidak melibatkan perhitungan yang rumit, dalam CFD pekerjaan membangun model dan grid
biasanya memakan waktu yang paling banyak dalam dunia CFD. Berdasarkan pengalaman saya, itu bisa mencapai
60-80% dari total waktu.
Untuk ini memang diperlukan ketekunan dan
kemampuan imaginasi untuk memerintahkan grid
developer tersebut mengadopsi real problem menjadi
model yang siap di analysa.Contoh model yang
dibangun dengan menggunakan Gambit dapat dilihat
pada Gambar 3 berikut.
Setelah model terbentuk dan dibagi atas grid,
maka langkah berikutnya adalah meg-exportnya ke CFD
solver. Berikutnya menentukan persamaan pembentuk
aliran yang anda inginkan berlaku untuk model anda.
Kenapa ini penting? Karena memang kualitas analisys
anda tergantung kepada pemilihan persamaan
pembentuk aliran yang akan anda selesaikan. Ada
pertanyaan yang umumnya membantu memutuskan hal
ini, apakah jenis alirannya laminar atau turbulent?,
melibatkan perubahan fasa, temperature mempengaruhi
sifat fluidanya?, dll. Semua commercial code CFD
biasanya masih memberikan pilihan teknik-teknik Gambar 3 Membangun model dan grid dengan GAMBIT
diskritisasi yang anda inginkan untuk anlisis anda.
(Source ANSYS)
Teknik diskritisasi ini akan kita bahas pada kuliah ini.
Kondisi batas juga harus ditetapkan dengan benar. Jawaban yang anda dapat sebenarnya bisa diterjemahkan
sebagai pengaruh kondisi batas kepada masalah yang sedang di analisis. Contohnya dalam analisis aliran fluida
dalam pipa, kecepatan pada bagian input adalah kondisi batas. Jika kecepatan ini berubah maka pola aliran dalam
pipa akan berubah, demikian juga kondisi batas di sisi keluaran pipa. Sama dengan teknik diskritisasi, kita bisa
memilih teknik penggabungan medan kecepatan dan medan tekanan. Teknik penggabungan ini biasanya dikenal
dengan istilah coupling method. Istilah-istilah ini juga akan dibahas pada kuliah berikutnya. Langkah berikutnya
adalah run yang tentunya proses iterasi dari semua persamaain linier. Untuk menghentikan proses run anda
sebenarnya diminta menentukan criteria menhentikan run tersebut. Jika krikeria ini tidak anda tentukan maka proses
iterasi anda akan berlangsung terus sampai computer anda kehabisa tenaga. Begitu anda mendapatkan hasilnya
maka anda harus megarikannya untuk mendapatkan kesimpulan dari analisis anda. Atau untuk membuat klient anda
mengerti akan masalah yang mereka hadapi. Proses-proses ini begitu mudah jika hanya dituliskan tetapi
memerlukan kerja keras untuk diimplementasikan.

Bidang Aplikasi CFD


CFD awalnya (sejarahnya) dikembangkan hanyalah untuk kebutuhan bidang aerospace. Dimana
perhitungan diperlukan untuk melengkapi data pengujian di terowongan angin. Setelah sukses dengan misi awal ini
ternyata CFD sekarang sangat banyak digunakan diberbagai bidang. Prinsipnya selama melibatkan fluida mengalir
maka CFD dapat digunakan. Untuk menggambarkan luasnya bidang aplikasi CFD ini, jika anda mengunjungi
website ANSYS, yang menjual FLUENT dan CFX, maka bisa anda jumpai berbagai aplikasi CFD yang telah
digunakan. Mulai dari masalah-masalah yang bisa mendekatkan kita dengan sang pencipta, seperti simulasi
perhitungan perpindahan panas di badan pesawat antariksa yang melewati medan gravitasi antar planet sampai ke
masalah-masalah yang bisa membuat kita agak kemayu sebagai mahasiswa teknik mesin seperti, simulasi
perhitungan pola aliran pipis bayi memenuhi pampers. Tentu saja masih banyak masalah lain yang hadir di antara
kedua aplikasi yang bertolak belakang ini.
Beberapa aplikasi CFD yang umum dikenal dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Aerodynamic pada pesawat dan mobil (drag and lift 5. Elektro dan elektronika: Pendinginan alat-alat
coefficient)
elektro dan elektronika
2. Hidrodinamic pada kapal
6. Chemical process
3. Power plant: Pembakaran pada motor bakar dan 7. External dan Internal Building environment: HVAC
Turbin gas
4. Turbomachinery
8. Biomedical Engineering

Created by AMBARITA Himsar

Computational Fluid Dynamics (CFD)


Mechanical Engineering Department, USU
Page 4 of 4
Tantangan yang masih tersisa
Meskipun saat ini posisi CFD sudah terbangun dengan baik dan telah memasuki pasar secara sukses bukan
berarti penelitian masalah ini sudah selesai. Masih banyak masalah yang belum memberikan jawaban yang
memuaskan. Masalah-masalah yang ada bisa dibagi atas dua bagian, di bidang hardware dan software. Di bidang
hardware, kemampuan PC yang ada di pasaran sekarang masih dirasakan kurang untuk menjalankan real simulasi
dengan melibatkan seluruh struktur secara komplit. Simulasi secara komplit, saat ini, masih dijalankan di supersuper computer yang dapat menjalankan kalkulasi trilyunan grid. Untuk yang menggunakan PC, masih sebatas
meminimilasir masalah, misalnya, menganalisa bagian-bagian tertentu saja. Oleh Karena kekurangan ini, maka
masih banyak hasil kalkulasi CFD divalidasi dengan experiment. Diharapkan dengan selalu membandingkan hasil
dari kedua cara ini saling melengkapi satu sama lain.
Di bidang software atau kemampuan algoritmanya juga masih banyak PR yang harus diselesaikan para
engineer. Pertama masalah aliran Turbulent. Pada aliran turbulen partikel fluida itu mengalir sambil berfluktuasi,
berbeda dengan aliran laminar yang hanya mengalir. Jika efek dari fluktuasi ini dimasukkan ke dalam persamaan
Navier-Stokes, maka untuk menyelesaikannya secara langsung (Direct Numerical Simulation, DNS) diperlukan
ukuran grid yang sangat kecil supaya dapat menangkap efek getaran ini. Hasil analisa menunjukkan untuk fluida
ukuran 1 1 1 cm3 diperlukan jumlah grid minimal 109. Jumlah ini masih mustahil dilakukan oleh PC yang ada di
pasaran sekarang. Oleh Karena itu metode menyelesaikan aliran turbulent masih menggunakan pemodelanpemodelan tambahan. Dan yang paling banyak digunakan adalah merata-ratakan persamaan tersebut dengan
menambahkan persamaan turbulent kinetic energy. Dengan metode ini persamaan turbulent yang sangat complex
menjadi seperti persamaan laminar. Jadi semua sifat laminar, seperti steady state, two-dimensional, dan simmetri
bisa diadopsi oleh persamaan turbulent rata-rata ini. Meskipun sebenarnya ini tidak benar, karena efek fluktuasi tadi,
tetapi sejauh ini hasilnya masih bisa dikatakan menunjukkan trend yang sama. Dengan menggunakan asumsi-asumsi
rata-rata ini (Averaged Navier-Stokes Equation) banyak masalah-masalah CFD yang sudah dipublikasikan.
Satu metode kompromi antara persamaan rata-rata ini dengan DNS akhir-akhir ini banyak menjadi topic
penelitian, metode ini disebut Large Eddy Simulation (LES). Metode LES ini tetap menggunakan rata-rata sebagai
parameter utama, tetapi fluktuasinya diperhitungkan dalam bentuk model. Proses perhitungan jadi lebih panjang
tetapi hasilnya lebih bisa diterima. Dan hal ini menunjukkan bahwa masalah turbulent ini masih jauh dari selesai jika
ingin mendapatkan jawaban yang lebih sempurna. Masalah-masalah ini masih hanya beberapa tantangan dunia CFD.
Tetapi saat ini para researcher dan engineer masih bekerja untuk bisa menuntaskannya untuk menghasilkan solusi
yang terbaik.
Posisi kita sebagai Engineer
Jika bisa ditarik suatu kesimpulan dari pendahuluan ini adalah sebagai berikut. CFD telah memainkan
peranan kunci dalam perkembangan ilmu teknik mesin terutama yang berhubungan dengan aliran fluida. Meskipun
CFD masih menjadi topik riset yang sedang berjalan, tetapi CFD tetap menjadi suatu alat untuk melakukan analisa,
design, dan research. Dikarenakan sifatnya yang jauh lebih murah dibanding harus mengadakan pengujian langsung,
maka banyak bidang kerja yang sudah meminati para engineer yang punya kemampuan CFD ini. Telah terjadi
peningkatan pencarian terhadap para engineer ini. Khusus untuk kita di Indonesia sebenarnya CFD ini bisa menjadi
jawaban atas minimnya biaya riset yang tersedia. Bukan bermaksud ingin terus membanding-bandingkan, tetapi kita
bisa melihat kasus India. Sebagai suatu negara yang ekonominya menanjak, India menyediakan biaya yang minim
untuk Riset, (Pesan Bill Gates Pesan dari India, Kompas 29 juli 2009). Tetapi minimnya biaya riset ini tidak
menghalangi para researcher dan engineer dari India untuk berkarya. Booming TI menjadi jawaban mereka, jika
China kuat di manufaktur maka India masih jawara di bidang TI, yang tentusaja CFD adalah salah satu didalamnya.
Secara khusus untuk kita mahasiswa USU, matakuliah CFD ini memang sudah menjadi matakuliah yang terdaftar
sejak tahun 2006, tetapi dua tahun terakhir resmi berjalan sebagai satu mata kuliah. Secara kawasan, saudarasaudara kita di Singapore dan Malaysia memang sudah lebih maju dalam memanfaatkan CFD ini utk kebutuhan
mereka. Diharapkan kita bisa menjadi salah satu pusat pengembangan dan aplikasi CFD di negara kita Indonesia.
Sebagai pengajar, saya tidak mengharapkan terlalu jauh untuk bisa melahirkan para engineer kelas satu di
bidang CFD ini. Tetapi paling tidak dengan diperkenalkannya mata kuliah ini akan muncul study dan tugas akhir
dari mahasiswa yang sudah melibatkan CFD ini. Bagi mahasiswa S1, tujuan matakuliah ini saya batasi hanya
sampai mampu menggunakan salah satu comercial code CFD dan mengartikan hasilnya. Tetapi hanya mampu
menggunakan tanpa mengetahui proses yang terjadi di dalamnya rasanya kurang bagus juga untuk perkembangan
ilmunya. Jadi diharapkan untuk tetap mengikuti proses perkembangan CFD ini. Bagi mahasiswa S2, meskipun
diharapkan mampu juga menjalankan salah satu commercial code tersebut ada tujuan tambahan yang diharapkan
membedakannya dengan mahasiswa S1, yaitu diharapkan mampu membuat suatu mini code (self developed code)
yang ditulis sendiri untuk menyelesai masalah-masalah riset sederhana.
31 January 2011
DR. Himsar AMBARITA

Created by AMBARITA Himsar

You might also like