You are on page 1of 39

Analisis Vektor / 96

. Analisis Vektor

1. Pengantar
Dalam bab sebelumnya kita telah mendiskusikan beberapa ide dasar dari vektor aljabar.
Pada bab ini kita akan mendiskusikan vektor kalkulus. Kita akan mulai dengan membahas aplikasi
perkalian vektor pada seksion 2 dan 3. Kemudian pada seksion 4 kita akan mendiskusikan
differensiasi dan integrasi fungsi vektor. Anda pasti sudah mengenal hukum Newton dua F = m a
yang juga dapat ditulis F = m ( d2r/dt2 ). Anda juga dapat melihat bahwa hukum Gauss tentang
elektrisitas menggunakan integral permukaan dari komponen normal vektor. Differensial dan
integral fungsi vektor merupakan bagian dari matematika terapan yang sangat penting dan
dipergunakan secara luas dalam bidang mekanika, mekanika kuantum, elektrodinamika, teori kalor,
hidrodinamik, optik dan lain-lain.
2. Aplikasi Scalar dan Vector Product
Kita telah mendefinisikan bahwa :
A . B = A B cos
= Ax Bx + Ay By + Az Bz dengan < 180o

(2-1)

sedang:
i
Ax
Bx

j
Ay
By

k
Az
Bz

AxB=C=
dengan C = A B sin
sedang arah C adalah tegak lurus dengan terhadap bidang A dan
B seperti terlihat pada gambar 2.1

C = Ax B

(2-2)
B

Gambar 2.1
Sekarang, marilah kita lihat beberapa aplikasi dari definisi tersebut.
Aplikasi Scalar Product
Salah satu aplikasi scalar product adalah Kerja / Usaha. Dalam fisika dasar anda telah tahu
bahwa kerja adalah gaya kali jarak perpindahan. Jika gaya dan arah perpindahan tidak paralel, dan
komponen gaya tegak lurus terhadap arah perpindahan maka tidak dihasilkan kerja pada kasus
seperti ini.
F
F

Gambar 2.2

dr
Gambar 2.3
Gambar 2.3

Untuk kasus gaya tidak paralel terhadap arah perpindahan, maka kerja diperhitungkan dari
komponen gaya terhadap arah perpindahan dikalikan jarak perpindahan; jadi W = (F cos ) . d = F
d cos ( gambar 2.2).

Analisis Vektor / 97
Ini lazim ditulis:
W = F d cos = F . d
(2-3)
Jika gaya bervariasi terhadap jarak, dan mungkin juga arah perpindahan d berubah dari waktu ke
waktu maka untuk perpindahan sepanjang dr dapat kita tulis:
dW = F . dr
(2-4)
Nanti, pada seksion 8 kita akan membahas bagaimana mengintegralkan dW pada persamaan (2-4)
dalam rangka memperoleh total kerja W yang bekerja pada sebuah partikel yang didorong oleh
variabel gaya F.
Contoh 1 :
Sebuah gaya F = 3i 4j + 2 k, bekerja pada sebuah partikel sehingga partikel itu mengalami
perpindahan sesuai dengan vektor 3i + 4j 5k. Jika semua besaran adalah ekspresi dalam SI,
Tentukan:
a). Berapa besarnya gaya yang bekerja ?
b) Berapa jarak perpindahannya ?
c) Jika pada awalnya partikel berada di titik (1,2,1) tentukan kedudukan partikel setelah
dikenai gaya ?
d) Berapakah kerja yang dilakukan oleh gaya itu kepada partikel ?
e) Berapakah besarnya sudut antara arah gaya dengan arah lintasan partikel ?
Jawab:
a) F = 3i 4j + 2 k
Jadi F = {32 + (4)2 + 22 }1/2 = 29 N
b) d = 3i + 4j 5k
Jadi d = {32 + 42 + (5)2}1/2 = 5 2 meter
c) Jika perpindahan dinyatakan oleh vektor d, maka :
(dx , dy , dz ) = ( x, y, z )akhir ( x, y, z )awal
(3, 4, 5) = ( x, y, z )akhir (1, 2, 1)
( x, y, z )akhir (3, 4, 5) + (1, 2, 1) = ( 4, 6, 4)
d) W = F . d = Fx.dx + Fy.dy + Fzdz = 9 16 10 = 17 J
e)
F . d = F . d . cos = 29 . 5 2 . cos = 5 58 cos .
cos = 17 / 5 58 = 0,44644
= 116,5o = 2,034 rad
Contoh 2 :
Sebuah gaya F = 3i 4j + Fz k, bekerja pada sebuah partikel sehingga partikel itu mengalami
perpindahan dari titik (10,5,7) sampai ke titik (15,3,10). Jika besarnya gaya yang bekerja itu
20 N, Tentukan:
a). Berapa besarnya Fz ?
b) Berapa jarak perpindahannya ?
c) Tentukan vektor yang menyatakan lintasan partikel !
d. Tentukan besarnya kerja pada partikel itu !
d) Berapakah besarnya sudut antara arah gaya dengan arah lintasan partikel ?
Jawab:
a) F = 20 =
Fz2 = 175
b) d =

3 2 4 2 Fz 2
Fz = 175 N = 5 7 N

( x 2 x 1 ) 2 ( y 2 y1 ) 2 ( z 2 z 1 ) 2

(15 10) 2 (3 5) 2 10 7) 2
=
= . . . . . . . . . . . meter
c) (dx, dy, dz ) = (x2, y2, z2 ) (x1, y1, z1) = (15, 3, 10) (10, 5, 7) = (5, 2, 3 )
d = 5 i 2j + 3 k

Analisis Vektor / 98
F

r sin
Gambar 2.5

d) W = F . d = Fx.dx + Fy.dy + Fzdz = 15 8 15 7 = (7 + 15 7 ) J


F.d
W

e) cos = F . d F . d = . . . . . . . . .
; =.........
Aplikasi vector product.

Aplikasi vector product adalah perhitungan Momen Gaya dan perhitungan Kecepatan.
Momen Gaya.
Dalam menyelesaikan problema pada gambar 2.4, kita harus mengalikan kuantitas gaya kali jarak.
Kuantitas Fd ini disebut momen gaya F, dan jarak d yaitu jarak dari titik O sampai garis kerja gaya F
disebut lengan lever F. Lengan lever didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara titik O dengan
gaya F.
r
O
Gambar 2.4

Gambar 2.4 di atas adalah bentuk khusus dari momen gaya F atau F' terhadap titik O.
Secara lebih umum momen gaya F terhadap titik O ( sebenarnya terhadap sumbu yang melalui O
dan tegak lurus bidang kertas ) dapat dilihat pada gambar (gambar 2.5). Didefinisikan bahwa momen
gaya adalah besarnya gaya dikalikan panjang lengan lever. Pada gambar 2.5 panjangnya lengan
lever ini r sin , jadi besarnya momen gaya F terhadap O adalah F r sin Kita tahu bahwa
( menurut persamaan 2-1) ,
F r sin = r x F , jadi :
Besarnya Momen gaya F terhadap titik O = r x F .
dengan r adalah vektor jarak dari O sampai pangkal vektor F sedang
Contoh 3: (Momen gaya terhadap sebuah titik tertentu)
Sebuah gaya F = 2 i + j k bekerja pada sebuah titik A ( 2, 1, 1). Tentukan Momen gaya F
terhadap titik B ( 3, 4, 7) dan berapa besarnya.
Jawab:
i j k
x y z
Fx Fy Fz
Momen = r x F =
Vektor r = (xA , yA , zA ) (xB , yB , zB ) 3, 8 ) = i 3j + 8k

Momen = r x F =
Besarnya Momen =

i j k
x y z
Fx Fy Fz

=
25 1 25 =

i j k
1 3 8
2 1 1

= 5i 15j + 5k

52 Nm

Kecepatan
Hubungan antara vektor kecepatan linear v dan vektor kecepatan sudut adalah:
v=xr

Analisis Vektor / 99
yang dapat dipahami lewat gambar 2.6 . Jika ada dua buah
vektor, yaitu vektor A dan vektor B berpotongan di titik O,
kemudian vektor B diputar dengan A sebagai sumbu rotasi dan
kelajuan angularnya maka vektor A bertindak sebagai vektor
sedang vektor B bertindak sebagai vektor r dan hasil vektor
productnya adalah vektor v. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh berikut:
Contoh 4:
Vektor A = 2i + 3j 2k , vektor B = 2i + j + 3k. Pangkal kedua
vektor tersebut berada di titik O ( 2, 3, 4) . Jika vektor B diputar
dengan A sebagai sumbu putar , berapakah:
a) besar dan
b) tentukan r dan r
c) tentukan v dan v ( = besarnya kelajuan linear ujung B )
d) dimanakah letak ujung vektor A ?

A=
v

B=r

Gambar 2.6

Jawab:
a) = vektor sumbu putar = A = 2i + 3j 2k
2
2
2
17 radian / s
2 3 2
b) r = vektor yang diputar = B = 2i + j + 3k

2
2
2
r = 2 1 3

c) v = x r =

j k
i
x y z
x y z

14 meter

i j k
2 3 2
21 3

= 11 i 10 j 4 k

2
2
2
v = 11 10 4 237 meter / s
d) untuk vektor A berlaku :
(Ax , Ay, Az ) = ( x, y, z )ujung ( x , y, z )pangkal
( 2 , 3, 2 ) = ( x, y, z )ujung ( 2, 3, 4)
( x, y, z )ujung = ( 2 , 3, 2 ) + ( 2, 3, 4) = ( 4, 6, 2)
Jadi ujung vektor A berada di titik ( 4, 6, 2)

3. Produk Tripel ( Triple Product)


Ada dua macam produk (perkalian) yang melibatkan tiga buah vektor, yang pertama disebut
"triple scalar product" ( karena menghasilkan jawaban skalar ) dan yang kedua disebut "triple
vector product" (karena jawabannya berupa vektor).

Triple Scalar Product


Triple skalar product ditulis A . (BxC). Ada sebuah interpretasi yang sangat berguna dari
triple scalar product ini ( lihat gambar 3-1). Bangun paralelepipedum menggunakan vektor A, B dan
C sebagai tiga buah rusuk yang saling berpotongan. Kemudian BxC merupakan luas area dasar
bangun itu (gambar 3-2) karena BxC = B C sin yang merupakan luas dari jajaran genjang
yang sisi-sisinya B dan C .
Tingginya paralelepipedum adalah A cos , sehingga volume paralelepipedum adalah :
B C sin A cos = B x C A cos = A . ( B x C )
Untuk > 900 maka harganya akan negatif, padahal volume tidak mungkin negatif maka itu untuk
menganulir kemungkinan negatif rumus volume ditulis:
Volume = A . ( B x C )
Bagaimana menghitung A.(BxC)? Pertama kita tentukan dulu vektor D sebagai vector product dari
BxC,

Analisis Vektor / 100

D=BxB=

i
Bx
Cx

j
k
B y Bz
Cy C z

= Dx i + Dy j + Dz k

BB x C
x

C
y

Gambar 3.1

C sin

Gambar 3.2

Selanjutnya :
A . ( B x C ) = A . D = AxDx + AyDy + AzDz
Ternyata harga triple scalar product AC. ( B x C ) juga sama dengan:

A.(BxC)=

Ax
Bx
Cx

Triple Vector Product

(3-1)

A y Az
B y Bz
Cy C z

(3-2)

BxC

Triple Vector Product ditulis A x ( B x C ) . Sebelum kita mengevaluasinya kita akan mengadakan
observasi berikut. Kita tahu bahwa vektor B x C adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk
B dan C ini berarti vektor B x C pasti tegak lurus baik pada vektor B maupun pada vektor C.
(Gambar 3.4)
Analog dengan itu vektor A x ( B x C ) pasti tegak lurus
terhadap bidang yang dibentuk oleh A dan B x C ini berarti
A x ( B x C ) tegak lurus terhadap A maupun terhadap B x C .
Selanjutnya kita hanya akan memperhatikan vektor
A x ( B x C ) yang tegak lurus pada B x C saja. Perlu diingat
bahwa sembarang vektor terhadap B x C pasti terletak pada
bidang yang tegak lurus dengan vektor B x C yaitu bidang yang
dibentuk oleh vektor B dan C. Karena vektor A x ( B x C ) tegak
lurus pada vektor B x C maka vektor
A x ( B x C ) pasti terletak pada bidang yang
dibentuk oleh B dan C sehingga vektor
A x ( B x C ) dapat dianggap sebagai kombinasi
linear aA + bB. Salah satu cara untuk
menentukan harga a dan b adalah dengan
menyatakan vektor A x ( B x C ) ke dalam
komponen-komponennya.
Agar
penyelesaiannya tidak rumit kita letakkan
vektor B pada sumbu x vektor C pada bidang
xy sedang vektor A pada bidang xyz (Gambar
3.5). Dengan peletakan seperti itu, maka vektor
B dan C berada pada bidang xy, dengan

BxC
C

Gambar 3-4

Analisis Vektor / 101


sendirinya vektor B x C pasti berada di sumbu
z.

x
Gambar 3.5
Karena vektor B berada di sumbu x, maka B adalah vektor satu dimensi sehingga dapat ditulis:
B = Bx i
(3-4a)
Vektor C berada di bidang xy, berarti vektor dua dimensi, jadi:
C = Cx i + Cy j
(3-4b)
Sedang vektor merupakan vektor 3 dimensi, jadi:
A = Ax i + Ay j + Az k
(3-4c)
Dengan menggunakan persamaan-persamaan 3-4 diperoleh:
B x C = Bxi x (Cx i + Cy j) = BxCy ( i x j ) = BxCy k
Selanjutnya,
A x ( B x C ) = Ax Bx Cy (i x k ) + Ay Bx Cy (j x k )
= Ax Bx Cy ( j ) + Ay Bx Cy (i )
(3-5)
Selanjutnya (3-5) ditambah dan dikurangi Ax Bx Cx (i ) sehingga menjadi:
A x ( B x C ) = Ax Bx (Cx i + Cy j ) + (Ay Cy + Ax Cx ) Bx i
Perlu diketahui bahwa:
Ax Bx = A . B ; (Cx i + Cy j ) = C ; (Ay Cy + Ax Cx ) = A .C dan Ay i = B
Jadi dengan mengkombinasikan (3-6) dan (3-7) kita peroleh:
A x ( B x C ) = (A . C ) B (A . B )C

(3-6)
(3-7)

(3-8)

Dengan langkah yang analog, diperoleh:


( A x B ) x C = (C . A ) B (C . B )A

(3-9)

Catatan:
Bagi kebutuhan kita, triple vector product lebih penting dari pada triple scalar product.
Aplikasi triple scalar product adalah untuk menentukan momen gaya terhadap sebuah garis
( misal L ) yang melalui titik tertentu yaitu n . (r x F) dengan F adalah gaya yang bekerja, r
adalah vektor jarak dari titik yang dilalui oleh garis L sampai ke titik kerja gaya dan n adalah
unit vektor dari garis L .
Jangan kacau dengan besarnya momen gaya F yang bekerja pada titik tentu yang harganya r x
F.
Tetapi penentuan momen gaya bukan hal yang sangat penting bagi kimiawan.
Aplikasi triple vector product adalah untuk menentukan momentum angular L. Hubungan
antara momentum angular dengan momentum linear adalah:
L = r x p atau L = r x m v = m r x v , dengan v adalah vektor kecepatan linear yang
harganya adalah:
v = x r , dengan adalah vektor kecepatan angular, jadi:
L=mrx( xr)
(3-10)
Contoh 5 :
Diketahui tiga buah vektor, yaitu P = 3i + 2j ; Q = 2j +3k dan R = i j + 2k
Tentukan:
a) P . ( Q x R ) b) P x ( Q x R ) c) (P x Q) x R d) (R x P) x Q

Analisis Vektor / 102


Jawab:
Anda dapat mengerjakan tahap demi tahap, mulai dengan yang di dalam kurung dulu, hasilnya
dioperasikan dengan vektor di luar kurung. Anda juga dapat langsung menggunakan persamaan 3-2
untuk scalar product, dan 3-8 atau 3-9 untuk vector product.
a) dengan menggunakan 3-2:
Px Py Pz
3 2 0
Qx Qy Qz
0 2 3
R x Ry R z
1 1 2
P.(QxR)=
=
=.....
b) dengan menggunakan 3-8, A diganti P, B diganti Q dan C diganti R:
P x ( Q x R ) = (P . R ) Q (P . Q )R
P . R ) = 3 2 + 0 = 1
(P . Q ) = 0 + 4 + 0 = 4 , jadi:
P x ( Q x R ) = Q 4R
= (2j +3k) 4 (i j + 2k) = 2j +3k 4i j 8k
= 4i + 6j 5k
c) dengan menggunakan 3-9, A diganti P, B diganti Q dan C diganti R:
( P x Q ) x R = (R . P ) Q (R . Q )P
(R . P ) = 3 2 + 0 = 1
(R . Q ) = 0 2 + 6 = 4
( P x Q ) x R = Q 4P = (2j +3k) 4 (3i + 2j) = 2j +3k 12i 8j
= 12 i 6 j + 3k
d) dengan menggunakan 3-9, A diganti R, B diganti P dan C diganti Q
(R x P) x Q = (Q . R ) P (Q . P )R
(Q . R ) = 4
(Q . P ) = 4
(R x P) x Q = 4 P 4 R = 4 (3i + 2j) 4 (i j + 2k) = 12 i + 8 j 4 i j 8k
= 8 i + 12 j 8 k
Soal-soal :
1) Tentukan hasil operasi berikut vektor atau skalar ?
a) A . ( B . C)
b) (A . B) . (C . D)
c) ( A . B) ( C x D)
d) A x (B x C)
2) Jika A = 2i j k ; B = 2i 3j + k dan C = i + k , tentukan:
a) (A . B) C
b) A ( B . C )
c) (A x B) . C
d) A . (B x C)
e) (A x B ) x C
f) A x ( B x C)
Untuk soal no. 3 s.d 8 gunakan A = i + j 2k ; B = 2i j + 3k ; C = j 5k
3) a) Tentukan kerja yang dilakukan oleh gaya B kepada sebuah partikel sehingga partikel itu
mengalami perpindahan menurut vektor C
b) berapakah jarak tempuh lintasan partikel ?
c) Berapakah sudut yang dibentuk oleh gaya B terhadap arah lintasan partikel ?
4) Gaya B dan gaya A bergabung membentuk gaya D yang selanjutnya beraksi kepada sebuah
partikel sehingga partikel mengalami perpindahan sesuai dengan vektor C. Berapakah :
a) total kerja yang dialami oleh partikel ?
b) sudut antara gaya D dengan arah lintasan partikel.
5) Gaya A, B dan C bergabung menjadi satu dan beraksi kepada sebuah partikel yang berada pada
posisi (1, 1, 1) sedemikian rupa sehingga partikel berpindah ke posisi ( 3, 4, ). Tentukan:
a) vektor yang menunjukkan lintasan partikel ( vektor d )
b) kerja yang dialami oleh partikel
6) Pangkal vektor A dan B berada di titik O ( 3, 3, 4) . Jika vektor B diputar dengan A sebagai
sumbu putar, berapakah:
a) besar dan
b) tentukan r dan r

Analisis Vektor / 103


c) tentukan v dan v ( = besarnya kelajuan linear ujung B )
d. Dimana letak ujung vektor A
e. Dimana letak ujung vektor B
7) Pangkal vektor A dan B berada di titik O ( 3, 3, 4) . Jika vektor A diputar dengan B sebagai
sumbu putar, berapakah:
a) besar dan
b) tentukan r dan r
c) tentukan v dan v ( = besarnya kelajuan linear ujung A )
d. Dimana letak ujung vektor A
e. Dimana letak ujung vektor B
7) Pangkal vektor A dan B berada di titik O ( 3, 3, 4) . Jika vektor A diputar dengan B sebagai
sumbu putar, berapakah:
a) besar dan
b) tentukan r dan r
c) tentukan v dan v ( = besarnya kelajuan linear ujung A )
d. Dimana letak ujung vektor A
e. Dimana letak ujung vektor B
8) Pangkal vektor A dan C berada di titik O ( 3, 3, 4) . Jika vektor A diputar dengan C sebagai
sumbu putar, berapakah:
a) besar dan
b) tentukan r dan r
c) tentukan v dan v ( = besarnya kelajuan linear ujung A )
d. Dimana letak ujung vektor A
e. Dimana letak ujung vektor C
4. Differensiasi Vektor
Jika komponen dari vektor A = i Ax + j Ay + k Az yaitu Ax , Ay dan Az merupakan fungsi t (waktu),
maka turunan vektor A terhadap waktu (dA/dt) didefinisikan:
dA y
dA x
dA x
dA z
dt = i dt + j dt + k dt
(4-1)
Jadi turunan sebuah vektor adalah vektor baru, yang komponen-komponennya merupakan turunan
dari komponen-komponen vektor asalnya.
Kasus:
Sebuah partikel bergerak menurut koordinat ( x, y, z ) dengan kecepatan t, sehingga x, y dan z
merupakan fungsi t. Vektor yang menunjukkan perpindahan pertikel tersebut dari titik origin pada
saat t adalah:
r=ix +jy +kz
(4-2)
Dalam kasus ini vektor r disebut vektor posisi atau koordinat vektor dari partikel tersebut. Kita
bahwa vektor kecepatan adalah turunan dari vektor posisi sehingga vektor kecepatan dapat ditulis:
dy
dx
dz
v = dr/dt = i dt + j dt + k dt
(4-3)
Selanjutnya vektor percepatan, yang merupakan turunan vektor kecepatan terhadap waktu dapat
ditulis:
d2x

d2y

d2z

2
2
2
a = dv/dt = i dt + j dt + k dt

Differensiasi terhadap vector product

(4-4)

Analisis Vektor / 104


Turunan terhadap vector product mengikuti aturan yang berlaku pada penurunan dari perkalian
d
dA
dB
fungsi. Kita bahwa untuk perkalian fungsi berlaku: dt ( A . B ) = dt B + A dt , maka untuk
perkalian vektor berlaku hal yang sama:
d
dA
dB
dt ( A B ) = dt B + A dt
(4-5a)
d
dA
dB
dt ( A . B ) = dt . B + A . dt
(4-5b)
d
dA
dB
dt ( A x B ) = dt x B + A x dt
(4-5c)
Kasus:
Untuk sebuah partikel yang bergerak melingkar dengan kelajuan tetap kita dapat menyatakan:
r2 = r . r = constan
(4-6a)
v2
= v . v = constan
(4-6b)
dengan r adalah vektor posisi partikel, dan v adalah vektor kecepatan partikel. Jika (4-6) diturunkan
terhadap waktu, diperoleh:
dr
2r . dt = 0 atau r . v = 0
(4-7a)
2v
dv
. dt = 0 atau v . a = 0
(4-7b)
Jika r . v = 0 diturunkan diperoleh:
Gambar 4.2
v.v+r.a=0
atau r . a = v2
(4-8)
Gambar 4.1
Persamaan (4-7a) membuktikan bahwa r tegak lurus terhadap v sedang (4-7b) membuktikan bahwa
a juga tegak lurus terhadap v. Jadi dengan demikian maka antara a dan r harus paralel ( sudut
antaranya 0) atau anti paralel ( sudut antaranya 180 0).
Dengan menggunakan definisi scalar product, (4-8) dapat ditulis:
r . a = r . a . cos = v2
(4-9)
0
Hanya ada dua kemungkinan harga ( sudut antara r dan a ) yaitu 0 atau 180 , tetapi karena harga
(4-9) adalah negatif maka = 1800 dan cos = cos 1800 = 1, sehingga (4-9) menjadi:
v2
r . a (1) = v2 atau
a= r
(4-10)
Kasus di atas merupakan pembuktian bahwa untuk gerak melingkar dengan laju tetap maka
0
percepatannya sebesar v2/r sedang arahnya menuju pusat ( karena
(x,y) membentuk sudut 180 dengan
arah r, padahal arah r adalah meninggalkan pusat lingkaran). (r,)

Vektor dalam koordinat polar dan Differensiasinya terhadap Waktu


Sejauh ini, kita selalu menulis vektor, yang komponen-komponennya dinyatakan dalam
koordinat rektangular dengan vektor unit i , j dan k. Pada kenyataannya kita sering harus
menggunakan sistem koordinat yang lain, misal sistem koordinat polar ( untuk dua dimensi ) atau
e
sistem koordinat spherik ( untuk tiga dimensi ). Sekarang kita akan membahas vektor dua dimensi
dalam koordinat polar. (Pembahasan vektor dalam berbagai sistem koordinat akan dibahas pada bab er
lain ). Untuk ini perhatikan gambar 4.1. Kita bayangkan sebuah titik pada (x, y) atau (r , ), yang
bergerak dengan = constan ber-arah r. Ini kita sebut gerak arah r.
y

Analisis Vektor / 105

Pada arah ini kita gambar vektor unit ( yaitu vektor yang panjangnya = satu ) dan kita beri nama er.
Dengan cara yang sama kita gerakkan titik itu dengan r konstan ber-arah membesarnya . Gerak ini
kita sebut arah . Selanjutnya pada arah ini kita gambarkan vektor unit yang kita beri nama e .
Dari gambar 4.1 tersebut tampak bahwa dari er ke e bersudut siku dengan arah berlawanan jarum
jam. Sekarang kita telah menggambar vektor unit dalam koordinat polar yaitu er dan e . Besarnya
vektor unit koordinat polar adalah tetap, hanya arahnya saja yang berbeda jika letaknya berbeda
(gambar 4.2).
Selanjutnya bagaimana hubungan antara er dan e dengan i dan j ? Pembahasannya adalah
sebagai berikut:
Hubungan er dengan i dan j:
Untuk vektor dua dimensi, hubungan antara r dan komponen-komponennya adalah:
r=ix +jy

Gambar 4.3

Dari gambar (4-3) kita tahu bahwa x = r cos sedang y = r sin jadi:
r = i r cos + j r sin
Harus diingat bahwa er adalah r yang harga skalar r nya = 1, jadi:
er = i cos + j sin

(4-11)

Selanjutnya bagaimana hubungan antara e dengan i dan j ? Telah kita ketahui bahwa e bersudut
900 dari er, jadi cos berubah menjadi sin sedang sin berubah menjadi cos, jadi:
e = i sin + j sin

(4-12)

Turunan er dan e terhadap waktu adalah:

de r
d
d
d
dt = i sin dt + j cos dt = e dt

(4-13a)

Analisis Vektor / 106

de
d
d
d
dt = i cos dt j sin dt = e dt
r

(4-13b)

Sekarang, jika sebuah vektor komponen-komponennya dinyatakan dalam koordinat polar, misal:
A = Ar. er + A e
maka turunannya adalah:
dA = d (Ar. er ) + d(A e ) = dAr. er + Ar . der + dA . e + A de
atau:
dA = er . dAr+ Ar . der + e dA + A de
Jadi turunannya terhadap waktu adalah:
dA
de
dA r
de r
dA
dt = e . dt + A dt + e dt + A dt
r
r

dengan menggunakan (4-13), persamaan di atas dapat ditulis:

dA
dA r
dA
d
d
dt = e . dt + e A . dt + e
dt e A dt
(4-14)
r
r
r

Soal-soal:
1. Jika vektor posisi ( yang pangkalnya di titik origin) dari gerak partikel adalah r = t2 i 2t j +
(t2+t)k, dimana t menyatakan waktu, maka:
a) Kapankah partikel melalui titik A (4, 4, 8) ?
b) Tentukan vektor kecepatan dan kelajuannya; tentukan pula berapa kelajuannya ketika melalui
titik A
2. Sama dengan soal no. 1, tetapi r = (4 + 3t) i + t3 j 5t k , sedang titik A berada pada (1, 1, 5).
3. Apakah vektor posisi pada soal nomor 1 melalui titik ( 9, 6, 12 ) ?
4. Apakah vektor posisi pada soal nomor 2 melalui titik ( 10, 6, ) ?
5. Tentukan vektor percepatan dan besarnya percepatan dari vektor posisi no. 1 ? Berapa besarnya
percepatan ketika melalui titik A ?
. Tentukan vektor percepatan dan besarnya percepatan dari vektor posisi no. 2 ? Berapa besarnya
percepatan ketika melalui titik A ?
7. Tentukan vektor dan besarnya kecepatan jika vektor posisi r = i cos t + j sin t + t k.
8. Untuk vektor posisi pada soal 7, tentukan vektor percepatan dan besarnya percepatan.
9. Dalam koordinat polar, vektor posisi partikel dinyatakan dengan r = r . er. Tentukan vektor
kecepatan dan percepatannya . (gunakan persamaan 4-13)
dr
10. Momentum angular partikel dinyatakan oleh persamaan L = mr x dt
d 2r
dL
2
Buktikan bahwa dt = mr x dt

5. Arah Derivatif d/ds ; Gradien


Marilah kita menganggap bahwa T(x,y,z) adalah temperatur pada setiap titik dalam ruangan.
Bertolak dari sebuah titik tertentu, kita dapat mempertanyakan bagaimana laju perubahan temperatur
terhadap jarak (dinyatakan dalam derajat per sentimeter) jika kita bergerak menjauhi/mendekati titik
tertentu itu. Kemungkinan jawabannya adalah makin tinggi untuk arah tertentu , makin rendah untuk
arah lain dan untuk arah tertentu laju perubahannya lebih besar dari pada untuk arah yang lain. Jadi,
laju perubahan temperatur terhadap jarak bergantung pada arah pergerakan kita terhadap titik itu;
konsekuensi ini disebut arah derivatif (directional derivative). Secara simbolik, directional

Analisis Vektor / 107


derivative adalah nilai limit dari T/s, dengan s adalah elemen jarak dalam arah tertentu sedang
T adalah perubahan temperatur. Nilai limit T/s itu ditulis dT/ds. Kita juga dapat menentukan
arah yang mana dT/ds mempunyai nilai terbesar. Secara fisik, arah dengan dT/ds terbesar ini
merupakan arah yang diambil oleh aliran kalor.
Sebelum mendiskusikan kalkulasi directional derivative , lebih dulu harus dimengerti bahwa
directional derivative tidak hanya membahas besaran temperatur, tetapi semua besaran yang
harganya merupakan fungsi jarak misalnya potensial listrik, gaya , kecepatan dan lain-lain. Secara
umum directional derivative ditulis d/ds yaitu laju perubahan (x,y,z) terhadap jarak di titik

tertentu dengan arah tertentu. Lambang disebut besaran medan, yang secara garis besar ada dua
macam, yaitu medan skalar dan medan vektor. Yang termasuk medan skalar adalah temperatur ,
medan magnet, medan listrik sedang yang termasuk medan vektor adalah gaya, kecepatan ,
percepatan. Sekarang kita akan membahas kalkulasi directional derivative secara umum. Nilai d/ds
di titik tertentu dengan arah tertentu adalah (Boas, M.L., 1983) :
d
. u
ds

(5-1)

(dibaca del) disebut gradien yang didefinisikan sebagai i / + j/ + k / sehingga:


x
y
z
= i / + j/ + k /
(5-2)
x
y
z
sedang u adalah unit vektor dari vektor penunjuk arah. Jika vektor penunjuk arahnya adalah A
maka :
A
u = A

(5-3)

Contoh Soal 1:
Diketahui = x2y + xz ; titik P (1, 2, 1) dan vektor arah A = 2i 2j + k.
a) Berapakah harga di titik P ?
b) Berapakah panjang vektor A ?
c) Berapakah harga di ujung vektor A, jika pangkal vektor A berada di titik P ?
d) Tentukan arah derivatif di titik P
Jawab:

a) Masukkan koordinat P ke dalam , jadi = 12.2 + 1.(1) = 2 1 = 1


2

b) A = 2 2 1 = 3
c) Kita harus menentukan dulu letak ujung vektor A. Misal ujung A berada di titik ( x, y, z) maka :
Ax = x xP 2 = x 1 x = 3
Ay = y yP 2 = y 2 y = 0

Az = z zP 1 = z 1 z = 0
Jadi ujung vektor A di titik ( 3, 0, 0 ). Dengan demikian harga:
di titik (3, 0, 0 ) = 0
d) Kita tentukan dulu vektor unit u.
A
u= A =

2i 2 j k

1
2
2
1
22 22 1 = 3 (2i 2j + k) = 3 i 3 j + 3 k

Kita tentukan di titik (1, 2, 1):


= i / + j/ + k / = i (2xy + z) + j ( x2) + k x
x
y
z
Jadi di titik (1, 2, 1) = 3i + j + k
Sekarang arah derivatif dapat ditentukan yaitu:

Analisis Vektor / 108


2
2
1
2
1
5
d/ds di titik (1, 2, 1)= u3i + j + k) . ( 3 i 3 j + 3 k) = 2 3 + 3 = 3

Gradien fungsi mempunyai makna fisik dan geometrik yang penting. Hal ini dapat kita ketahui dari
uraian berikut:
Dengan menggunakan sifat dot product dan mengigat u = 1, maka persamaan 5-1 dapat
ditulis:
d
ds =

. cos

(5-4)

dengan adalah sudut antara u dengan vektor gradien Dari persamaan (5-4) dapat dipastikan

bahwa nilai maksimum d/ds adalah


yang terjadi apabila = 0 atau dan u se arah dan

nilai d/ds akan minimum apabila = 1800 , dengan nilai minimum


. Jadi dapat kita tulis:
d

Laju perubahan maksimal = dt max =


d

Laju perubahan minimal = dt min =

(5-5a)
(5-5b)

Contoh Soal 2:
Diketahui bahwa temperatur sebagai fungsi koordinat dinyatakan oleh fungsi T = x 2 y2 + xyz +
273. Tentukan harga maksimal dan minimal dari laju perubahan temperatur di titik (1,2, 3).
Jawab:
Untuk kasus ini maka fungsi adalah T.
T
Laju perubahan maksimal =
.
Kita tentukan dulu T, yaitu:
T = i / + j/ + k / = i (2x + yz) + j (2y + xz) + k (xy)
x
y
z
Di titik (1, 2, 3),
T = 4 i 7 j 2 k
Laju perubahan maksimal di titik (1, 2, 3) =
Laju perubahan minimal di titik (1, 2, 3) =

T
T

=
=

42 7 2 2 2 =

69

69

Secara geometris, letak d/ds , dan u dapat kita pahami berdasarkan persamaan 5-4 dan
pengertian kita tentang sudut . Marilah kita pahami uraian berikut:
1. Sudut adalah sudut antara dan u. Jadi dan u berpotongan di satu titik membentuk sudut
sebesar .

Gambar 5.1

2. Dari persamaan (5-4) kita dapat nyatakan bahwa:

Analisis Vektor / 109

cos =

d / ds

Ini berarti d/ds dan merupakan dua sisi dari sebuah segitiga siku-siku yang salah satu sudut
runcingnya adalah , sisi miringnya adalah , dab sudut itu dibentuk oleh dan d/ds
jadi gambarnya adalah:

d/ds
Gambar 5.2

Dengan demikian d/ds pasti berimpit dengan u atau dengan perkataan lain d/ds merupakan
proyeksi pada vektor penunjuk arah fungsi.
Bagaimana , jika = constan ?. Jika = constan, maka arah derivatif yaitu d/ds = 0. Ini
berarti persamaan (5-1) menjadi nol atau:
d
. u
ds
=0

Ini hanya mungkin jika vektor dan u saling tegak lurus. Jadi jika = constan, maka
gradiennya yaitu tegak lurus terhadap vektor u.
P (xo,yo,zo )
u

Gambar 5.3
Selanjutnya (gambar 5.3) marilah kita anggap bahwa u merupakan tangen terhadap
permukaan = constan di titik P (x0, y0, z0 ) ( artinya u menyinggung permukaan di titik P).
Telah kita ketahui bahwa untuk = constan, maka tegak lurus terhadap vektor u. Jika u
menyinggung permukaan bidang di P, maka dapat disimpulkan bahwa tegak lurus terhadap
permukaan bidang = constan.
Vektor adalah vektor yang tegak lurus pada permukaan = constan
Karena adalah harga directional derivative dalam arah normal (yaitu tegak lurus) terhadap
permukaan maka ia disebut normal derivative dan ditulis = d/dn.

Sekarang kita tahu bahwa arah laju perubahan terbesar dari fungsi terhadap jarak adalah
yang tegak lurus terhadap garis ekipotensial = const. Jika hal ini diterapkan untuk kasus
temperatur, maka arah maksimum dT/ds = T adalah tegak lurus garis isotermal. Besaran T di
sembarang titik ini disebut gradien temperatur.

Analisis Vektor / 110


Contoh 3:
Diketahui permukaan x3y2z = 12 , tentukan persamaan bidang tangen dan garis normal pada
titik (1, 2, 3).
Jawab:
Bidang tangen dari sebuah permukaan di titik (1, 2, 3) adalah bidang yang melalui (1, 2, 3) dan
tegak lurus pada vektor normal permukaan itu.
Permukaan tersebut adalah salah satu dari persamaan umum w = x 3y2z , jadi arah vektor normalnya
adalah arah dari gradiennya yaitu:
w = 3 x2y2z i + 2 x3yz j + x3y2 k = 36 i 12 j + 4 k di titik (1, 2, 3)
Vektor paling sederhana yang arahnya sama dengan vektor di atas adalah:
9i3j+k
Jadi persamaan bidang tangen adalah bidang yang melalui (1, 2, 3) dan tegak lurus terhadap vektor
9 i 3 j + k. Persamaannya adalah (lihat bab 3):
9 (x 1) 3(y + 2) + (z 3) = 0
sedang persamaan garis normalnya adalah :
y2
x 1
z3
9 = 3 = 1
(5-6)

Dalam persamaan (5-2) kita telah menyatakan


dalam koordinat rektangular. Dalam
banyak hal, kita membutuhkan dalam sistem koordinat yang lain misal dalam koordinat polar (2
dimensi, dapat dinyatakan bahwa:

1
= e r + e r
(5-7)
r

dengan er dan e adalah unit vektor untuk arah r dan .

Soal 5:
1. Tentukan gradien dari w = x2y3z di titik (1, 2, 1).
2. Bertolak dari titik (1, 1) , dalam arah bagaimanakah fungsi = x2 y2 + 2xy menurun paling
tajam ?
3. Tentukan directional derivative dari xy2 + yz pada (1, 1, 2) dalam arah vektor 2i j + 2k.
4. Tentukan directional derivative dari z ex cos y pada (1, 0, ) dalam arah vektor i + 2j .
5. Tentukan gradien dari = z sin y xz pada titik (2, /2, 1). Bertolak dari titik itu, dalam arah
apakah mengalami penurunan paling tajam ? Tentukan directional derivative dari dalam arah
vektor 2i + j.
6. Tentukan persamaan bidang tangen dan garis normal dari permukaan x 2 + y2 z = 0 pada titik (3,
, 25).

6. Beberapa Pernyataan yang Berhubungan dengan

y
Jika kita menyatakan = i x + j
+ k z maka berarti = i x + j
+ k z . Mengenai
, suatu hal yang perlu diketahui adalah bahwa tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak
beroperasi terhadap fungsi apapun (seperti juga d/dx yang tidak mempunyai arti apapun apa bila
tidak beroperasi pada suatu fungsi).
Selanjutnya kita sebut operator vektor dan kita definisikan:

y
= i x + j
+ k z
(6-1)
Operator ini lebih rumit dari pada d/dx ( yang cuma operator skalar) sebab memiliki sifatsifat vektor juga.

Analisis Vektor / 111

Sejauh ini, kita telah membahas , dengan skalar; selanjutnya kita akan membahas operasi
terhadap vektor. Kita anggap saja V(x, y, z) adalah fungsi vektor, dengan Vx, Vy, Vz adalah
komponen-komponennya. Hubungan antara V dan komponen-komponennya adalah:
V(x, y, z) = i Vx + j Vy + k Vz
Secara fisik, V menyatakan medan vektor (misal medan listrik dari sebuah titik bermuatan). Setiap
titik dalam ruangan, masing-masing mempunyai V tetapi nilai dan arahnya dapat bervariasi untuk
masing-masing titik. Kita dapat membentuk dua buah kombinasi dengan V yaitu divergensi V
disingkat div. V [ persamaan (6-2)] dan curl V [persamaan (6-3)
Vy
Vx
Vz

y
div V = . V = i x + j
+ k z
i
j
k

Vx
curl V = x V =

Vy

Vz

=i

(6-2)

Vz Vy

z
y

Vx Vz

x + k
+ j z

Vy Vx

y
x
(6-3)

Kuantitas dalam (5-2) adalah fungsi vektor; dengan demikian kita dapat menggunakan
sebagai pengganti V pada (6.2) sehingga kita memperoleh . = div = div grad = 2
yaitu:

2
y 2
z 2 (Laplacian)
2 . x
(6-4)
Laplacian merupakan bagian dari beberapa persamaan matematika fisik yang penting yaitu:
2= 0
disebut persamaan Laplace

1 2

2= a 2 t 2

disebut persamaan gelombang

2=

disebut persamaan difusi atau persamaan konduksi kalor

1
a 2 t

Bagaimana penyelesaian persamaan-persamaan tersebut, akan dibahas pada bab 13.


Soal 6:
Hitunglah divergensi dan curl dari medan vektor berikut:
1)
r=xi+yj+zk
2)
r= xi + yj
2
2
2
3)
V=x i+y j+z k
4)
V = x sin y i + cos y j + xy k
Hitunglah nilai Laplacian 2 dari medan skalar berikut:
5)
x3 3xy2 + y3
6) ln (x2 + y2 )
1/2
7)
xy ( x2 + y2 5z2)
8) (x2 + y2 + z 2)
9)
ln (x2 + y2 + z2 )
Untuk r = x i + y j + z k, evaluasilah:
x(kxr)
10)

Analisis Vektor / 112

r
r

11)

r
r

x
12)
7. Integral garis
Pada paragraf 2, kita membahas fakta bahwa kerja yang dilakukan oleh gaya F pada sebuah obyek
sehingga obyek itu mengalami perpindahan sepanjang dr adalah:
dW = F . dr
(8-1)
Dimisalkan sebuah obyek bergerak sepanjang lintasan (katakan dari A ke B), dengan gaya F beraksi
padanya . Gaya F ini dapat bermacam-macam atau bervariasi sebagaimana bervariasi gerakan
obyek.z Sebagai contoh, jika F adalah gaya pada partikel yang bermuatan dalam sebuah medan
listrik, maka F dapat berubah-ubah dari titik ke titik, atau dapat dikatakan bahwa F dapat merupakan
fungsi x, y dan z. Namun, dalam sebuah kurva, variabel x, y, z bukan variabel yang sepenuhnya
bebas, tetapi mereka dihubungkan oleh persamaan kurva tersebut. Dalam sistem 3 dimensi,
dibutuhkan dua persamaan untuk menentukan kurva (sebagai perpotongan dari dua bidang; sebagai
contoh persamaan garis lurus dalam bab 3). Jadi sepanjang kurva hanya ada sebuah variabel yang
benar-benar variabel bebas; selanjutnya kita dapat menuliskan F dan dr = i dx + j dy + k dz sebagai
fungsi variabel tunggal. Sehingga integral dari dW = F . dr sepanjang kurva menjadi sebuah integral
ordiner (biasa) dari sebuah fungsi variabel tunggal dan kita dapat mengevaluasinya untuk
mendapatkan kerja total yang dilakukan oleh
y F dalam gerakan obyek dari A ke B seperti ditunjukkan
oleh gambar 7.1.
Gambar 7.1
x

Integral seperti ini disebut integral garis yaitu integral sepanjang kurva (garis). Hal esensial yang
harus dipahami benar dalam integral garis ini adalah bahwa di sini hanya ada sebuah variabel bebas,
karena kita telah menggambarkan lintasan gerakan itu dalam sebuah kurva. Dalam dua dimensi,
persamaan kurva dapat ditulis sebagai y = f(x) dengan x variabel bebas. Dalam tiga dimensi,
persamaan kurva (misal garis lurus) dapat dinyatakan sebagaimana (5-6) (dimana kita dapat
menentukan x sebagai variabel bebas dan mendapatkan y dan z sebagai fungsi x) atau kita tentukan
sembarang variabel bebas, dan selanjutnya kita tentukan x, y dan z sebagai fungsi dari variabel
bebas tersebut. Jadi untuk mengevaluasi integral garis, kita harus menuliskannya dalam bentuk
integral tunggal dengan menggunakan sebuah variabel bebas.
Contoh 1:
Diketahui gaya F = xyi y2j , tentukan kerja yang dilakukan oleh F sepanjang lintasan dari (0, 0)
sampai (2, 1) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 7.2 .

Analisis Vektor / 113


Jawab:
Karena r = xi + yj , maka pada bidang (x, y) kita mempunyai:
dr = i dx + j dy,
sehingga:
F . dr = xy dx y2dy
Kita ingin mengevaluasi:

xy dx y
W=

2 dy

(7-2)
Pertama, kita harus menulis integran dalam term satu variabel. Sepanjang lintasan 1 (garis lurus), y =
x, jadi dy = dx. Subsitusikan nilai itu ke dalam (7-2), maka kita telah menyatakan integral
dalam sebuah variabel. Batas x pada gambar 7.2 adalah 0 dan 2, jadi:
2

1
1
W x . x dx x
2

2
0

x3
1
3 2
. dx
x dx

1
2
8
8

0
0

(2, 1)

1
3

4
1

1. Lintasan garis lurus y = x


2. Lintasan parabola y = x2
3. Lintasan garis patah
4. x = 2t3 , y = t2

2
x

(0, 0)

Gambar 7.2
Kita juga boleh menggunakan y sebagai variabel bebas dan meletakkan x = 2y , jadi dx = 2 dy, dan
dengan batas y antara 0 dan 1, persamaan (7-2) diintegralkan: Kita akan memperoleh hasil yang
sama
Selanjutnya kita selesaikan lintasan 2 dalam gambar 7.2, yaitu parabola y = x 2, jadi dy = x dx.
Di sini variabel bebasnya dinyatakan dalam x dengan batas 0 dan 2, hingga kita memperoleh:
2

1 2
1 4 1
dx
x . x dx )
16
2

( x. 4 x

2
W2 = 0
= 3
Untuk lintasan 3 [ ( lintasan garis patah (0 , 0) sampai (0, 1) dilanjutkan dari (0, 1) sampai (2, 1) ]
kita harus menggunakan metode yang berbeda. Pertama kita integralkan dulu dari (0, 0) sampai (0,
1) kemudian dari (0, 1) sampai (2, 1) dan dijumlahkan. Sepanjang (0, 0) sampai (0, 1), maka x = 0
dan dx = 0, sehingga kita menggunakan y sebagai variabel bebas:
1

( 0. y.0 y

2 dy )

1
y0
3
Sepanjang penggal garis (0, 1) sampai (2, 1), maka y yang konstan yaitu y = 1, jadi dy = 0. Di sini
kita gunakan x sebagai variabel bebas dan integralnya:

Analisis Vektor / 114


2

(x .1. dx 1. 0 )

x0

=2
Jadi pada lintasan 3:
1
5
2
3
W3 = 3
Pada lintasan 4, kita gunakan t sebagai variabel bebas . Jadi x diganti 2t 3, y diganti t2, dx diganti 6t2
sedang dy diganti 2t dt. Berapa batas pengintegralan t ? Di titik (0,0) t = 0, sedang di titik (2,1) t = 1,
jadi batas integrasinya adalah t = 0 sampai 1. Jadi:
1

( 2t 3 . t 2 . 6 t 2 dt t 4 . 2t dt )

W4 = t 0

7
6

Contoh 2 :

x dy y dx

x2 y2
Tentukan nilai : I = 0
untuk masing-masing lintasan dari (1, 0) sampai (1, 0) seperti tampak pada gambar 7.3. ( Catatan: I
iyx j
F . dr
2
2
adalah W =
, dengan F = x y
sedang dr = i dx + j dy )

(, 1)
1
2

(1, 0)

(1, 0)

Gambar 7.3

Untuk lintasan 1, akan lebih mudah jika kita gunakan koordinat polar ; untuk ini r = 1 , dan
kita gunakan sebagai variabel bebas. Kita tahu bahwa pada transformasi ke koordinat polar:
x = r cos = cos
y = r sin = sin
x2 + y2 = r2 = 1
Jadi:

x dy y dx
x2 y2

dx = sin d
dy = cos d

cos cos d sin (sin ) d


d
1

Bagaimana batas integrasi ? Untuk titik (1, 0) diperoleh = dan di titik (1, 0), = 0, jadi batas
integralnya adalah = sampai 0, sehingga untuk lintasan 1:

Analisis Vektor / 115


0

I1 = =
Untuk lintasan 2, kita harus mengintegralkan dari (1, 0) ke (0, 1) dan dari (0, 1) ke (1, 0) dan
hasilnya dijumlahkan. Persamaan garis lurus yang pertama adalah y = x + 1, jadi dy = dx dan
integralnya adalah:
0

x dx (x 1) dx

2
2
1 x (x 1)

dx

2x 2 2x 1
= 1

2 dx

2
1 ( 2x 1 ) 1

arc tg (2x 1)

= arc tg 1 + arc tg (1) = 2


Persamaan garis lurus kedua adalah y = 1 x ; jadi dy = dx dan integralnya adalah:
1

x dx (1 x) dx

2
2
0 x (1 x)

2 dx
( 2x 1 )2 1

= 0
Jadi nilai I pada lintasan 2 adalah I2 = .

0
= 2

arc tg (2x 1)

Medan Konservatif. Perlu dicatat, bahwa pada contoh 1, jawabnya berbeda untuk masing-masing
lintasan, sedang pada contoh 2, kedua lintasannya memberikan hasil yang sama. Kita dapat
menjabarkan makna fisis dari fakta ini jika kita menginterpretasikan integral dalam semua kasus
sebagaimana kasus kerja yang dilakukan oleh gaya pada obyek yang bergerak sepanjang lintasan
yang diintegrasikan. Bayangkan kita akan membawa balok besar, menyeberangi jalan dan
memasukkannya di dalam truk. Bandingkan kerja yang dilakukan bila proses itu dilakukan melalui
tahapan menyeretnya lalu mengangkatnya ke dalam truk dengan mengangkatnya dulu kemudian kita
ayunkan agar masuk ke dalam truk. Dalam proses yang pertama kerja harus melawan gesekan antara
balok dengan permukaan jalan dan kemudian ditambah dengan kerja untuk mengangkat balok ke
dalam truk; sedang pada proses yang kedua tidak diperlukan kerja untuk melawan gesekan antara
balok dengan permukaan jalan. Jadi dapat kita lihat bahwa kerja memindahkan obyek dari satu titik
ke titik yang lain bergantung pada lintasan yang dilalui oleh obyek tersebut; tepatnya bergantung
pada besar-kecilnya gesekan antara obyek dengan lintasannya. Contoh 1 adalah kasus seperti itu.

F . dr
Medan gaya yang berhubungan dengan W =
yang bergantung pada lintasan yang dilalui
disebut medan non konservatif ; secara fisik ini berarti bahwa sebagian energi telah hilang, katakan

F . dr
saja karena gesekan. Selain itu ada medan konservatif yaitu medan yang memberikan W =
yang sama untuk memindahkan sebuah obyek dari titik ke titik lain, meski lintasannya berbeda.
Salah satu contoh adalah kerja untuk menaikkan benda bermassa m ke puncak bukit yang tingginya
h adalah W = m g h, tidak peduli benda tersebut digendong atau diseret melalui kemiringan bukit
(selama tidak ada friksi antara benda dengan lereng). Jai, medan gravitasi adalah medan konservatif.
Adalah sangat penting, untuk mengetahui sifat medan (konservatif atau non

F . dr
konservatif) sebelum melakukan integrasi. Integrasi
berada dalam medan
konservatif jika curl F = 0, dan berada dalam medan non konservatif jika curl F 0

Analisis Vektor / 116


Adalah tidak terlalu sulit untuk memahami hal itu. Kita lihat hubungan antara F dan fungsi
W(x, y, z) dalam bentuk:
W
W
W

y
F = W = i x + j
+ k z
(7-3)

W
W
W

x
F =
; F =
; F = z
x

2
2
Kemudian dengan menggunakan fakta bahwa W / xy W / yx , dan seterusnya, maka dari
(7-3) kita memperoleh:
Fy
Fx 2 W

y
yx
x dan analog dengan itu:
(7-4)
Fy
F
Fx
F
z
z
z
y dan z
x

Dengan menggunakan definisi curl F ( pada paragraf 6), dapat kita lihat bahwa persamaan (7-4)
mengatakan bahwa tiga komponen dari curl F adalah nol. Jadi, jika F = W, maka curl F = 0.
Dengan analogi terbalik , jika curl F = 0 , maka berlaku F = W . Sekarang jika F = W, kita
dapat menyatakan bahwa:
W
W
W

F . dr = W . dr = x dx +
dy + z dz = dW,
(7-5)
B

F . dr dW

= W(B) W(A)
W(A) dan W(B) adalah nilai fungsi W di kedua ujung lintasan integrasi . Karena nilai integral hanya
bergantung pada nilai ujung B dan A, maka nilai integral tidak bergantung pada lintasan yang dilalui,
dan F adalah konservatif.
Potensial. Dalam mekanika, jika F = W (artinya, jika F adalah konservatif), maka W adalah kerja
yang dilakukan oleh F. Contohnya, jika sebuah benda bermassa m jatuh dari ketinggian z dalam
medan gravitasi, kerja yang berlaku padanya adalah mgz. Namun, jika kita mengangkat benda
bermassa m sehingga ketinggiannya z melawan gravitasi, kerja yang dilakukan oleh F gravitasi
adalah W = mgz, karena arah gerak berlawanan dengan F. Bertambahnya energi potensial m dalam
kasus ini adalah = mgz, jadi, W = atau F = Fungsi disebut energi potensial atau
potensial skalar dari gaya F. (Sudah barang tentu, dapat diganti dengan menambah sembarang
konstanta; ini dapat disamakan dengan pilihan level nol dari energi potensial dan tidak berpengaruh
terhadap F). Secara lebih umum, untuk sembarang vektor V, jika curl V = 0, maka ada fungsi ,
yang disebut potensial skalar dari V, sedemikian sehingga V = . (Ini adalah definisi yang lazim
dari potensial dalam mekanika dan elektrisitas ; dalam hidrodinamika, banyak penulis membuat
definisi potensial kecepatan dalam bentuk V = + ).
Sekarang, anggaplah bahwa kita diberi F atau dW = F . dr , dan melalui kalkulasi kita
mendapatkan curl F = 0. Selanjutnya kita tahu bahwa ada fungsi W dan kita ingin mengetahui
bagaimana mendapatkannya. Untuk mengerjakannya, kita dapat mengkalkulasi integral garis dalam
(7-5) dari titik A yang direkomendasikan ke titik variabel B pada sembarang lintasan yang paling
mudah (ingat bahwa jika curl F = 0 maka F konservatif sehingga lewat lintasan manapun di antara
ke dua titik ujung harga W sama, oleh karena itu kita pilih lintasan yang paling mudah ) ; karena
nilai integral adalah independent terhadap lintasan jika curl F = 0, akibatnya proses ini menghasilkan
nilai W di titik B. (Tentu saja ada konstanta tambahan dalam W yang nilainya bergantung pada
pilihan kita terhadap titik A yang direkomendasikan) .

Analisis Vektor / 117

Contoh 3:
Tunjukkan bahwa:
F = (2xy z3) i + x2 j (3xz2 + 1) k
adalah konservatif dan tentukan energi potensial (skalar potensial) .
Jawab:
i
j
k

2 xy z 3 x 2
curl F = x F =
jadi F adalah konservatif. Selanjutnya:
B

F . dr ( 2 xy z

(7-6)

z
3xz 2 1

=0

(7-7)

3 ) dx x 2 dy (3xz 2 1) dz

W= A
= A
(7-8)
adalah independen terhadap lintasan. Marilah kita pilih titik origin sebagai titik yang
direkomendasikan dan integrasikan (7-8) dari titik origin ke titik (x, y, z). Yang kita pilih sebagai
lintasan yang diintegrasikan adalah garis patah dari (0, 0, 0) ke (x, 0, 0) ke (x, y, 0) ke (x, y, z). Dari
(0, 0, 0) ke (x, 0, 0) persamaan garisnya adalah y = z = 0, jadi dy = dz = 0, sehingga integral
sepanjang penggalan lintasan ini adalah nol atau :
W1 = 0
Selanjutnya dari titik (x, 0, 0) ke (x, y, 0), persamaan garisnya adalah x = konstan ; z = 0, jadi dx =
dz = 0, sehingga integralnya adalah:
y

y
2
2
x dy x dy x 2 y

W2 = 0

Dari titik (x, y, 0) ke (x, y, z), persamaan garisnya adalah x = konstan ; y = konstan, jadi dx = dy = 0,
sehingga integralnya adalah:
z

( 3x z 2 1 ) dz x z 3 z

W3 = 0
Jumlah ketiga hasil integralnya adalah:
2
3
W = W1 + W2 + W3 = x y x z z

(7-9)

2
3
= W = x y x z z

(7-10)

jadi:

Differensial Eksak. Differensial terhadap fungsi W (x, y, z) dalam (7-5) disebut differensial eksak.
Sehingga dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa curl F = 0 adalah kondisi yang diperlukan
dan cukup bagi F . dr atau dW agar menjadi differensial eksak. Untuk lebih jelasnya kita lihat
beberapa contoh untuk menguji apakah F . dr merupakan differensial eksak atau tidak.
Contoh 4: Dari W = x2y xz3 z , selidikilah apakah dW = F . dr adalah differensial eksak:
Jawab:
dW adalah differensial eksak jika:

Analisis Vektor / 118


2W 2W
2W 2W
2W 2W

xy
yx ; xz zx dan yz
zy
Kita cari dulu turunan parsial pertamanya::
W
W
W
x2
2 x y z3
3 x z 2 1

y
x

z
;
;
;
Turunan parsial keduanya:
2 W W 2

x 2x
xy x y x
2 W W

( 2 x y z 3 ) 2x
yx y x y
2W 2W

y
yx dipenuhi.
Jadi syarat ke 1 yaitu
2
W
W

( 3 x z2 1 ) 3 z2
xz x z x
2W
W

( 2 xy z 3 ) 3 z 2
zx
z x x
2W 2W

Jadi syarat ke 2 yaitu xz zx dipenuhi.


2W
W

(3xz 2 1) 0
yz
y z y

2W
W 2

(x ) 0
zy z y z
2W 2W

z
zy dipenuhi.
Jadi syarat ke 3 yaitu
Karena ketiga syarat dipenuhi, maka dW differensial eksak.
Contoh 5: Diketahui dW = (2xy z3 ) dx + x2 dy + (3xz2 + 1 ) dz , selidikilah apakah
dW = F . dr adalah differensial eksak:
Jawab: ( Beda contoh 5 dari contoh 4 adalah pada contoh 4 yang diketahui fungsi W sedang pada
contoh 5 yang diketahui adalah dW. Ini lebih mudah karena jika dW diketahui, maka turunan parsial
pertamanya langsung terlihat). Turunan parsial pertamanya adalah:
W
W
W
x2
2 x y z3
3 x z2 1

y
x

z
;
;
dW adalah differensial eksak jika:
2W 2W
2W 2W
2W 2W

xy
yx ; xz zx dan yz
zy
Turunan parsial keduanya:
2 W W 2

x 2x
xy x y x
2 W W

( 2 x y z 3 ) 2x
yx y x y
2W 2W

yx dipenuhi.
Jadi syarat ke 1 yaitu xy

Analisis Vektor / 119


2W
W

( 3 x z2 1 ) 3 z2
xz x z x
2W
W

( 2 xy z 3 ) 3 z 2
zx
z x x
2W 2W

Jadi syarat ke 2 yaitu xz zx tidak dipenuhi.


Karena salah satu syarat tidak dipenuhi maka dW pasti bukan differensial eksak. Selanjutnya dapat
disimpulkan bahwa F yang bekerja non konservatif karena dW bukan differensial eksak.

Soal 7:

(x
1) Evaluasilah integral garis

2 y 2 ) dx 2xy dy

dari (0, 0) sampai (1, 2) melalui lintasan:

a) y = 2x2
b) x = t2 , y = 2t
2) Evaluasilah integral garis
tertutup berupa:

( x 2y)dx 2x dy

dengan arah berlawanan jarum jam dalam lintasan

a) lingkaran x2 + y2 = 1
b) segi empat yang sudut-sudutnya berada pada titik-titik (1, 1) , (1, 1), (1, 1) dan (1, 1)
c) segi empat yang sudut-sudutnya berada pada titik-titik (0, 1) , (1, 0), (0, 1) dan (1, 0)

xy dx x dy
3) Evaluasilah integral garis
dari
titik (0, 0) sampai (1, 2) sepanjang lintasan yang
ditunjukkan oleh gambar di samping.

a) dari (0, 0) langsung ke (1, 2)


b) dari (0, 0) ke (0, 2) ke (1, 2)
c) dari (0, 0) ke (3, 0) ke (1, 2)

x
(0, 0)

4) Tentukan kerja yang dilakukan oleh gaya F = x2y

i x y2j dari (1, 1) sampai (4, 2) melalui


lintasan:
a) dari (1, 1) langsung ke (4, 2)
b) dari (1, 1) ke (1, 0) ke (4, 0) ke (4, 2)

(1, 2)

(4, 2)
(1, 1)
x

Analisis Vektor / 120


y

6) Tentukan kerja yang dilakukan oleh gaya F = (2


xy 3 ) i + x2 j ketika memindahkan obyek dari
(1, 0) ke (0, 1) melalui lintasan:

(0, 1)

a) garis lurus dari (1,0) ke (0, 1)


b) busur lingkaran melalui (1, 0) ke (0, 1)
c) garis patah dari (1, 0) ke (1, 1) ke (0, 1)

c
b
a

(1, 0)

Ujilah apakah medan gaya berikut konservatif, kemudian tentukan energi potensialnya.
7) F = i z j y k
8) F = (3x2y z 3y ) i + (x3z 3x ) j + (x3y + 2 z ) k
9) Diketahui F1 = 2 x i 2 y z j - y2 k
dan F2 = y i x j
a) Mana yang merupakan gaya konservatif ? Tentukan energi potensial untuk gaya yang
konservatif).
y
b) untuk yang non konservatif tentukan kerja yang
(1, 1)
dilakukan jika gaya itu bekerja pada obyek sehingga
obyek itu berpindah dari titik (1, 1) ke
x
titik (1, 1), melalui lintasan (lihat sket):

(1, 1)

b.1) busur lingkaran


b.2) lurus dari (1, 1) langsung ke (1, 1)
b.3) dari (1, 1) ke (1, 1) ke (1, 1)

10. a) Mana medan gaya yang konservatif : F1 = y i + x j + z k

atau F2 = y i + x j + z k

b) Untuk masing-masing medan tentukan kerja ( W 1 dan W2 ) yang dilakukan untuk


memindahkan obyek dari (0, 0, 0) ke (x, y, z).
c) Tentukan dW1 atau dW2 yang differensial eksak

*8. Teorema Green dalam Bidang


Teorema fundamental dalam kalkulus mengatakan bahwa integral dari differensial sebuah
fungsi adalah fungsi itu, atau lebih tepatnya:
b

d
f(x) dx

dx

f (x)

f(b) f(a)

(8-1)
Kita akan membahas beberapa generalisasi dari
teorema ini dalam dua dan tiga dimensi. Kita
misalkan P(x, y) dan Q(x, y) adalah fungsi yang
turunan parsial pertamanya kontinum. Kita akan

Q(x, y)
membahas integral dobel dari x
ke seluruh
permukaan segi empat dalam gambar 8.1 dan

Analisis Vektor / 121


menunjukkan bahwa hasil integral dobel tersebut
sama dengan integral garis sekeliling garis batas
segi empat. Pertama kita tulis integral dobel dan
lakukan integrasi atas x dengan menggunakan (8-1)
untuk memperoleh:

Q(x, y)
dx dy
x

db

ca
d

Q(x, y)
dx dy
x
b

Q ( x , y)

= c
Q( x , y) dy

dy

Q(b, y Q(a, y) dy
c

(8-2)

Selanjutnya evaluasi
sepanjang keliling C dengan arah berlawanan jarum jam,
sedemikian rupa sehingga A selalu berada di sebelah kiri ketika kita mengelilingi C. Sepanjang sisi
horisontal A dalam gambar 8.1, dy = 0, jadi integralnya juga nol. Sepanjang sisi sebelah kanan, x =
b, dan y bergerak dari c ke d. Sepanjang sisi sebelah kiri, x = a, dan y bergerak dari d ke c. Jadi,
d

Q(x , y) dy Q(b , y) dy Q(a , y) dy

[ Q(b , y) Q(a , y) ] dy

= c
Selanjutnya melalui (8-2) dan (8-3) kita mempunyai:
Q
dx dy Q dy
x

Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh:


P
dx dy P dx
y
C
A
Kombinasi (8-4) dan (8-5), kita peroleh:
Q P
P dx Q dy
dx dy
x y

(8-3)

(8-4)

(8-5)

A
(8-6)
Kita telah melakukan pembuktian untuk segi empat. Selanjutnya kita bahas area A dalam bidang (x ,
y) yang dibatasi oleh kurva tertutup.
Kita asumsikan bahwa A dapat dipandang sebagai
A
himpunan sejumlah besar segi empat kecil-kecil (lihat
gambar 8.2). Jumlah dari seluruh integral dobel dalam (8-6)
untuk seluruh segi empat dalam gambar 8.2 adalah integral
D
dobel untuk seluruh area A. Integral garis seluruh interior

batas segi empat, saling menghilangkan satu sama lain;

sebagai contoh perhatikan integral untuk segi empat 1 dan
E
2. Pada sisi DE terdapat dua integral yang berada dalam
arah yang berlawanan; hal seperti itu juga terjadi pada sisiC
sisi segi empat yang lain. Dengan demikian, jika kita
Gambar 8.2
mengambil arah C berlawanan dengan jarum jam maka
persamaan (8-6) adalah valid untuk dikenakan pada area A
pada gambar 8.2.

Analisis Vektor / 122


Selanjutnya marilah kita gunakan notasi A (yaitu batas atau boundary dari A) untuk
menyatakan kurva C dalam gambar 8.2. sedemikian rupa sehingga kita mempunyai:
Teorema Green untuk Bidang:

Q P

dx dy
x y

P dx

Q dy

(8-7)
Integral garis berarah berlawanan arah jarum jam; P = P(x , y) dan Q = Q(x , y) mempunyai
turunan parsial pertama yang kontinum di sembarang titik pada A.
Dengan teorema Green kita dapat lebih mudah dalam menghitung integral garis keliling lintasan
tertutup maupun integral dobel untuk area terbuka.
Contoh 1. Dalam contoh 1 paragraf 7, kita telah memperoleh integral garis (7-2) melalui beberapa
lintasan (gambar 7.2). Anggaplah kita akan menghitung integral garis pada lintasan tertutup (gambar
8.3) dari (0, 0) ke (2, 1) dan arah baliknya sebagaimana tampak pada gambar. Gunakan teorema
Green.
Jawab:
Dari paragraf 7 contoh 1, masalah ini merupakan kerja
yang dilakukan sepanjang lintasan 2 dikurangi kerja yang
dilakukan sepanjang lintasan 3 (karena sekarang, kita
y
mengambil arah berlawanan); kita memperoleh:
2 5

W2 W3 = 3 3 = 1.
Marilah kita lakukan perhitungan yang sama, tetapi dengan
(2, 1)
menggunakan teorema Green.
Dari (7-2) dan (8-7) kita peroleh:
3

xy dx y 2 dy
( y 2 )
xy dx dy
2 y
x=
x
y
2

A
W = A

x dx dy

= A

2 y

x dx dy

(0, 0)

= y 0 x 0

Gambar 8.3

2
1
2 2 y dy

= y0
=1
Tampak bahwa hasil yang kita peroleh sama.
Soal 8:
1) Turunkan peramaan (8-5) dengan cara yang sama dengan cara memperoleh persamaan (8-4).
Untuk nomor 2 sampai dengan 4, gunakan teorema Green (8-7) untuk mengevaluasi::
2 x dy 3y dx
2)
dari sebuah bujur sangkar yang dibatasi oleh (0, 2) , (2, 0) , (2, 0) dan (0, 2)

xy dx x

2 dy

3) C
pada gambar .

y
dengan C sebagaimana tampak
y = 1/ x

C
0

4
y
B

Analisis Vektor / 123

x cos y dx e x sin y dy

4) C
dengan C adalah
garis patah-patah dari A (ln2, 0) ke D (0, 1)
kemudian ke B (ln2 , 0).

Evaluasilah integral berikut dengan cara yang anda sukai:


( 2 y dx 3x dy )
5)
untuk bujur sangkar yang dibatasi oleh x = 3, x = 5, y = 1 dan y = 3.

6.

(y

2 x 2 ) dx (2 xy 3) dy

sepanjang sumbu x dari (0, 0) sampai ( 5 , 0) kemudian


sepanjang A
busur lingkaran dari ( 5 , 0 ) sampai (1, 2).
Unit normal
thd A

Gambar 9.1

v
*9. Divergensi dan Teorema Divergensi

Pada paragraf sebelum ini, kita telah mendefinisikan divergensi terhadap vektor V(x , y, z) yaitu:
Vx AVy Vz

y
z
div V = . V = x
(9-1)
Kita sekarang akan melakukan investigasi terhadap arti dan penggunaan divergensi dalam aplikasi
fisik.
vt
Bayangkanlah suatu aliran air. Kita dapat imajinasikan bahwa di setiap titik ada sebuah vektor v
yang sama dengan kecepatan air di titik itu. Selanjutnya fungsi vektor v dianggap mewakili sebuah
medan vektor. Garis singgung kurva terhadap v disebut stream line. Dengan pola pikir yang sama,
pembahasan ini, dapat pula diaplikasikan untuk aliran gas, aliran arus listrik dan aliran partikel
(misal yang berasal dari sumber radioaktif).
Kita akan menunjukkan bahwa jika v mewakili
kecepatan aliran sembarang zat di atas, maka div V
dihubungkan dengan banyaknya substansi yang
mengalir keluar per unit volume. Div V bisa jadi
berbeda dari yang seharusnya. Hal ini dapat
disebabkan karena perubahan dalam densitas (lebih
banyak udara yang mengalir keluar dibandingkan
di dalam, jika ruangan dipanaskan) atau karena
perbedaan sumber penghasil aliran.
Jika pembahasan aliran air ini akan diaplikasikan untuk medan listrik atau medan magnet, maka v
tinggal diganti dengan E atau B sedang matematik yang diaplikasikan persis sama. Kuantitas yang
berhubungan dengan aliran suatu substansi disebut flux.
Untuk contoh kita yaitu tentang aliran air, kita misalkan V = v , dengan adalah densitas
air. Kemudian banyaknya air yang melintas dalam waktu t dan melintasi area seluas A yang tegak
lurus terhadap arah aliran air adalah (lihat gambar 9.1) adalah banyaknya air di dalam silinder yang
penampangnya A dan panjangnya vt. Jadi banyaknya air adalah:
( v t ) ( A ) ( )
(9-2)

Analisis Vektor / 124


Air dalam jumlah yang sama akan melewati area seluas A (lihat gambar 9.1) yang garis normalnya
membentuk sudut sebesar terhadap arah v. Karena A = A cos , maka:
v t . A. v t A cos
(9-3)
Kemudian, seandainya air mengalir dalam arah v dan membentuk sudut terhadap normal n , maka
banyaknya air yang melalui unit luas permukaan per unit waktu adalah:
v cos = V cos = V . n
(9-4)
jika n adalah vektor unit.
Sekarang kita perhatikan elemen volume
dx dy dz dalam daerah yang dilalui air. Air dengan
y
volume dx dy dz mengalir masuk atau keluar
melalui 6 permukaan elemen volume (gambar 9.2) ;
kita akan mengkalkulasi aliran ini. Dalam gambar
9.2, laju aliran air ke dalam dx dy dz melalui
permukaan 1 (kiri) adalah [(menggunakan
dy
.
persamaan (9-4) ] V i per satuan luas atau
x
2
1
(V . i ) dy dz melalui area pada permukaan 1.
dz
Karena V . i = Vx , maka kita peroleh bahwa laju
dx
aliran air melalui permukaan 1 adalah Vx dy dz.
Hasil yang sama juga diperoleh dari permukaan 2,
z
Gambar 9.2
tetapi sudah barang tentu Vx nya adalah komponen
x dari V pada permukaan 2 (permukaan kanan).
Kita ingin mengetahui perbedaan kedua harga V x pada dua buah titik, satu di permukaan 1 yang lain
di permukaan 2, yang saling berlawanan arah secara langsung. Beda nilai kedua harga V x ini adalah
sebesar Vx yang dapat diaproksimasi dengan dVx. Untuk y dan z konstan, maka harga dV x =
(Vx / x ) dx . Jadi aliran air yang keluar dari kedua permukaan adalah:
Vx

dx dy dz

[(Vx pada permukaan 2) (Vx pada permukaan 1)] dy dz = x


.
(9-5)
Kita akan memperoleh pernyataan yang sama untuk kedua pasang permukaan yang lain, yaitu:
Vy
dx dy dz
y
untuk permukaan atas dan bawah dan
(9-6)
Vz
dx dy dz
z
untuk permukaan depan dan belakang.
Jadi total laju keluarnya air dari segmen dx dy dz adalah:
Vx Vy Vz

dx dy dz div V dx dy dz

atau:
(9-7)

. V dx dy dz
atau . V d
Jika (9-7) dibagi dengan dx dy dz, maka kita peroleh laju berkurangnya air per unit volume. Inilah
makna fisik (physical meaning) dari divergensi: yaitu laju bersih aliran keluar (outflow) per
Sekarang kita perhatikan elemen volume
dx dy dz dalam daerah yang dilalui air. Air dengan
volume dx dy dz mengalir masuk atau keluar
melalui 6 permukaan elemen volume (gambar 9.2) ;
kita akan mengkalkulasi aliran ini. Dalam gambar
9.2, laju aliran air ke dalam dx dy dz melalui
permukaan 1 (kiri) adalah [(menggunakan

Analisis Vektor / 125


persamaan (9-4) ] V . i per satuan luas atau
y
(V . i ) dy dz melalui area pada permukaan 1.
Karena V . i = Vx , maka kita peroleh bahwa laju
aliran air melalui permukaan 1 adalah Vx dy dz.
Hasil yang sama juga diperoleh dari permukaan 2,
tetapi sudah barang tentu Vx nya adalah komponen
dy
x dari V pada permukaan 2 (permukaan kanan).
x lain
2
Kita ingin mengetahui perbedaan kedua harga V x pada dua buah
1 titik, satu di permukaan
1 yang
di permukaan 2, yang saling berlawanan arah secara langsung. Beda nilai kedua
dzharga V x ini adalah
sebesar Vx yang dapat diaproksimasi dengan dVx. Untuk y dan z konstan, maka harga dV x =
dx
(Vx / x ) dx . Jadi aliran air yang keluar dari kedua permukaan adalah:
z VGambar 9.2

x dx dy dz

[(Vx pada permukaan 2) (Vx pada permukaan 1)] dy dz = x


.
(9-5)
Kita akan memperoleh pernyataan yang sama untuk kedua pasang permukaan yang lain, yaitu:
Vy
dx dy dz
y
untuk permukaan atas dan bawah dan
(9-6)
Vz
dx dy dz
z
untuk permukaan depan dan belakang.
Jadi total laju keluarnya air dari segmen dx dy dz adalah:
Vx Vy Vz

dx dy dz div V dx dy dz

x
y
z

atau:
(9-7)

. V dx dy dz
atau . V d
Jika (9-7) dibagi dengan dx dy dz, maka kita peroleh laju berkurangnya air per unit volume. Inilah
makna fisik (physical meaning) dari divergensi: yaitu laju bersih aliran keluar (outflow) per unit
volume, dievaluasi pada titik tertentu (sebut saja dx dy dz atau juga biasa ditulis d untuk
menyatakan titik itu). Ini merupakan outflow aktual dari suatu substasi cair, gas atau partikel; laju
outflow ini disebut flux jika diaplikasikan pada medan listrik atau magnet. Kita perlu mengingat
bahwa ini merupakan sesuatu yang mirip dengan densitas. Densitas adalah massa per unit volume,
yang di evaluasi pada sebuah titik, yang boleh divariasi dari titik ke titik. Sama dengan itu,
divergensi juga dievaluasi pada sebuah titik yang boleh divariasi dari titik ke titik.
Sebagaimana telah kita nyatakan, bahwa div V dapat berbeda dari yang seharusnya karena
adanya variasi waktu dari densitas atau dari sebab-sebab yang lain tidak semua partikel yang
mengalir dari sumber masuk kedalam kotak penampung. Misalkan:
= massa bersih yang dialirkan per unit volume
= densitas asalnya dikurangi dengan densitas yang nyasar.
= densitas fluida = massa per unit volume
/ t = laju pertambahan densitas = laju pertambahan massa per unit volume
Kemudian:
Laju pertambahan massa dalam dx dy dz = laju aliran masuk laju aliran keluar
atau jika dinyatakan dengan simbol:

dx dy dz
t
= dx dy dz . V dx dy dz
Jadi:

t = . V
atau:

Analisis Vektor / 126

. V = t
(9-8)
Jika tidak ada sumber fluida dan yang nyasar, maka = 0; dan persamaan (9-8) dengan = 0 biasa
disebut persamaan kontinyuitas yaitu:

. V + t = 0

Persamaan kontinyuitas

(9-9)

Jika t yang = 0, maka:


.V=
(9-10)
Untuka kasus medan listrik maka V diganti D sehingga (9-10) menjadi:
div D = . D =
dengan D adalah perpindahan arus listrik dan adalah densitas muatan. Untuk medan magnet, maka
digunakan B sebagai pengganti V , dan nya adalah kotub magnet, tetapi karena tidak ada kutub
magnet yang bebas, maka div B selalu = 0 .
Telah kita ketahui bahwa massa fluida yang melalui
n
bidang yang luasnya satu unit luas adalah V . n , jadi massa
yang melalui bidang yang luasnya A adalah AV . n dengan
d
n adalah vektor normal unit terhadap A. V adalah v
dengan v adalah kecepatan dan adalah densitas.
Bayangkan sembarang permukaan dan anggaplah d adalah
Gambar 9.3
elemen luas pada permukaan itu (gambar 9.3). Untuk
bidang d = dx dy sedang dalam
koordinat spherik d = r2 sin d d. Karena n adalah vektor normal unit terhadap A, maka ia juga
vektor normal unit terhadap d dan arah n berbeda-beda di tiap-tiap titik pada permukaan (ingat
permukaan yang dibicarakan adalah permukann spherik, jadi buka permukaan datar). Massa fluida
yang mengalir keluar melalui dA menurut persamaan (9-4) adalah V . n d sehingga total massa
yang keluar dari volume berpenampang d adalah :

V . n d

(9-11)
Integral dobel di atas dievaluasi untuk seluruh permukaan. Telah kita ketahui sebelumnya [ pada
persamaan (9-7)] bahwa untuk elemen volume d , maka yang mengalir melalui d adalah:
. V d
(9-12)
Berikut ini merupakan cara lain yang baik untuk mendefinisikan divergensi [(selain yang
telah kita bahas pada paragraf 6 persamaa (6-2)]. Jika kita menulis (9-11) untuk permukaan dari
elemen volume d, maka kita mempunyai dua ekspresi untuk menyatakan total aliran yang keluar
dari d, dan keduanya harus sama. Jadi:

V . n d

. V d

permukaan
d

(9-13)

Sudah barang tentu nilai dari . V di ruas kiri adalah nilai rata-rata dari . V dalam dtetapi jika
(9-13) kita bagi d , maka kita memperoleh definisi lain dari divergensi yaitu:

V . n d
1 permukaan
lim
d
. V d 0 d

(9-14)

Analisis Vektor / 127

ab

Gambar 9.4

Jika kita mulai dengan (9-14) sebagai definisi dari . V , maka diskusi akan membawa kepada
pengakuan bahwa (9-7) adalah merupakan pembuktian bahwa . V sebagaimana didefinisikan pada
(9-14) adalah sama dengan . V dalam (6-2).
Teorema Divergensi
Bayangkanlah sebagai volume yang besar; bayangkan
pula bahwa volume dipotong-potong menjadi tak terhingga
banyaknya, dan masing-masing potongan disebut elemen
volume di (penampangnya tampak pada gambar 9.4).
Aliran massa yang keluar dari masing-masing d i adalah
.Vd i ; jika semua kita jumlahkan, akan kita peroleh:

.V
i

d i
(9-15)
Akan ditunjukkan bahwa (9-15) adalah aliran keluar dari
velume besar . Aliran dari elemen ke elemen lain ditandai
dan a dan b dalam gambar 9.4.
Aliran keluar ( outflow) dari a ke b disebut inflow (outflow negatif) dari b ke a, jadi jumlah (9-15)
untuk aliran antar permukaan dua elemen volume yang berdampingan adalah nol (saling
menghilangkan). Dengan demikian jumlah dalam (9-15) sama dengan jumlah aliran keluar dari
volume besar . Karena ukuran dari masing-masing elemen volume cenderung mendekati nol
a(sangat-sangat kecil) maka jumlah yang dinyatakan oleh (9-15) dapat ditulis sebagai integral triple
berikut:

Gambar 9.5

. V d

(9-16)
Kita telah tahu bahwa (9-11) dan (9-16) adalah sama yaitu total aliran keluar dari volume besar ;
kesamaan keduanya itu disebut teorema divergensi yaitu:

. V d

V . n d

Teorema divergensi

(9-17)

Tampak bahwa teorema divergensi dapat mengkonversi integral volume menjadi integral area
permukaan dan sebaliknya.
Dalam (9-17) kita telah menuliskan integral volume dengan 3 buah tanda integral dan integral
z permukaan dengan 2 tanda integral. Ekspresi itu sebenarnya terlalu berlebihan. Yang lazim, baik integral
volume maupun integral permukaan cukup ditulis dengan 1 tanda integral.
Orang harus sudah sendirinya tahu bahwa integrasi d pasti integral tripel sedang integrasi d pasti integral
dobel.
Contoh Aplikasi Teorema Divergensi

y
x

V. n d
Diketahui : V = x i + y j + z k. Evaluasilah
yang
melalui seluruh permukaan yang menutup silinder pada
gambar 9.5.
Jawab:

Analisis Vektor / 128


Dengan teorema divergensi, kita tahu bahwa nilai yang
. V d
ditanyakan adalah sama dengan
dari seluruh
volume silinder.
x y z

.V = x y z = 3

Jadi:

. V d = 3 d 3 d
= 3 kali volume silinder
= 3 a2 h
Jadi:

V. n d = . V d = 3 a2 h
Hukum Gauss
Teorema divergensi sangat penting dalam elektrisitas. Untuk menunjukkan bagaimana menggunakannya, akan
kita bahas hukum tentang elektrisitas yang dikenal dengan nama hukum Gauss. Marilah kita turunkan hukum
ini dari hukum yang lebih familiar yaitu hukum Coulomb. Hukum Coulomb adalah mengenai medan listrik di
sebuah titik yang berjarak r dari titik bermuatan q yang berada di origin, yang persisnya adalah:

1 q
er
4 r 2
E=

Hukum Coulomb

(9-18)
9

(dalam sistem internasional dalam ruang hampa = 9 . 10 )

dengan er adalah vektor unit arah r, jadi er = r/r. Perpindahan listrik (electric displacement) D
D
=D
=E E, jadi:n
didefinisikan sebagai
1 d
q
D
er
4 r 2
(9-19)
dA

Gambar 9.6

Marilah kita misalkan adalah


q
permukaan
menutup
daerah di d
Penampangyang
permukaan

O
sekeliling titik yang bermuatan q.
Dengan demikian d adalah elemen
luas permukaan di suatu titik pada r dan
n adalah unit normal terhadap d
(gambar 9.3 dan 9.6). Selain itu
(gambar 9.6) misalkan pula dA sebagai
proyeksi d pada bola berjari-jari r yang
berpusat di O dan dan d adalah sudut
solid yang besarnya:
1
dA
2
d = r
Dari gambar 9.6 serta persamaan (9-19) dan (9-20) kita peroleh:
q
1
r 2 d
q d
2
4
D . n dD cos d = D dA = 4r

(9-20)

(9-21)

Analisis Vektor / 129


Kita ingin menentukan integral permukaan dari D . n d ke seluruh permukaan yang menyelimuti
q. Nilai yang kita inginkan itu adalah integral tertutup dari (9-21), yaitu:
q
q
D . n d
d

. 4 q
4
4

seluruh
permukaan

total sudut solid

( q di dalam )

(9-22)

Kasus di atas adalah kasus sederhana dari hukum Gauss, yaitu jika hanya ada satu titik bermuatan q.
Untuk tujuan yang lebih kompleks, kita gunakan hukum Gauss dalam bentuk (9-23) atau (9-24) di
bawah ini. Tetapi sebelum menurunkannya, hal penting yang harus diingat adalah bahwa pada (9-22)
muatan q adalah berada di dalam permukaan tertutup . Jika kita ulangi penurunan (9-22) tetapi
dengan q berada di luar permukaan, maka akan diperoleh:

D . n d 0

tertutup

Selanjutnya, seandainya ada beberapa muatan q i di dalam , maka kita dapat menyatakan
persamaan seperti (9-22) untuk masing-masing q i dan D i yang berhubungan dengannya. Sedang
untuk total perpindahan D dapat diperoleh dengan menjumlahkan semua vektor Di . Jadi:

D . n d

D i . n d

i tertutup

tertutup

qi

Oleh karena itu, pernyataan hukum Gauss untuk sembarang distribusi muatan di bagian dalam
permukaan tertutup adalah:

D . n d

permukaan
tertutup

Total muatan di bagian dalam permukaan tertutup.

( Hukum Gauss )

(9-23)

Jika, kita mempunyai distribusi dengan densitas muatan , maka total muatan di bagian dalam
permukaan adalah

. d ,

D . n d

pemukaan
tertutup

. d

volume yang
dibatasi .

( Hukum Gauss )

(9-24)

Karena muatan yang berada di luar permukaan tertutup tidak memberikan konstribusi terhadap nilai
integral, maka tentu saja (9-23) atau (9-24) (yang sebenarnya hanya berhubungan dengan muatan
yang berada di bagian dalam) boleh saja dipandang sebagai total perpindahan listrik yang
ditimbulkan oleh muatan baik yang di luar maupun yang di dalam permukaan. Namun, total muatan
di ruas kanan dari persamaan (9-23) atau (9-24) di atas hanya berasal dari muatan yang berasal dari
bagian dalam.
Penggunaan Teorema Divergensi Yang Berhubungan Dengan Hukum Gauss.
Dengan teorema divergensi, maka integral permukaan pada ruas kiri (9-23) atau (9-24)
adalah sama dengan:

Analisis Vektor / 130

D . n d

pemukaan
tertutup

. D dt

volume yang
dibatasi

. d

volume yang
dibatasi

(9-25)

= total muatan yang diselimuti oleh


Bertolak dari hukum Gauss, kita dapat menentukan D, untuk selanjutnya hukum Coulomb E dapat
dengan mudah diturunkan darinya; secara lebih umum, kita dapat selalu menggunakan hukum Gauss
untuk menyatakan medan listrik yang diproduksi oleh distribusi muatan yang diketahui,
sebagaimana contoh berikut.
Contoh: Tentukan medan listrik E di atas pelat konduktor yang mempunyai muatan C Coulomb per
meter persegi, pada masing-masing permukaannya.
E E
Jawab:
n
Jika kita berbicara tentang elektrostatika maka
D
medan listrik di bagian dalam sebuah konduktor
+ + + + + + + + + + + + +
adalah nol. Arah medan listrik adalah tegak lurus
terhadap arah perpindahan listrik sebagaimana
Pelat Konduktor
tampak pada gambar 9.7.
D . n d
+ + + + + + + + + + + + +
Sekarang kita menentukan
seluruh box
yang ditunjukkan oleh garis putus-putus. Integral
Gambar 9.7
seluruh bagian alas adalah nol karena D = 0 di
bagian dalam konduktor. Integral untuk sisi yang
vertikal, juga nol karena D tegak lurus n. Pada
permukaan atas D . n = D jadi:
D . n d
= D . (luas permukaan)
Dengan menggunakan (9-25) nilai ini sama dengan muatan di bagian dalam box, yaitu C kali luas
permukaan. Dengan demikian, maka:
D . (luas permukaan ) = C . (luas permukaan)
atau:
D = C ; dan karena D = E, maka E = D / hingga:
E = D / C /

Soal 9:
1) Evaluasilah kedua ruas dari (9-17) jika V = r = x i + y j + x k dan adalah volume dari x 2 + y2 +
z2 < 1 dan simpulkanlah teorema divergensi untuk kasus ini.
2) Diketahui V = x2 i + y2 j+ z2 k. Integralkan V . n dke seluruh permukaan kubus yang rusuknya
= 1 dan empat titik sudutnya berada di (0, 0, 0) , (0, 0, 1) , (0, 1, 0) dan (1, 0, 0). Evaluasilah
integral yang sama dengan menggunakan teorema divergensi.
Evaluasilah integral pada nomor 3 sampai 5 berikut dengan salah satu cara, yaitu integral volume
atau integral permukaan yang menurut anda lebih mudah.
r . n d
3)
ke seluruh permukaan silinder yang dibatasi oleh x 2 + y2 = 1, z = 0 dan z = 3 ; dengan
r=xi+yj+zk.
(
. F ) d ke seluruh daerah x2 + y2 + z2 < 25 dengan F = (x2 + y2 + z2) (x i + y j + z k )
4)

(
. V ) d ke seluruh volume x
5)

*10. Curl dan Teorema Stoke

+ y2 < 4 ; 0 < z < 5 dengan F = (

x 2 y2

) (x i + y j )

Kita telah tahu bahwa curl V = x V dan telah membahas sebuah aplikasinya yaitu untuk
menentukan ada tidaknya ketergantungan integral garis terhadap lintasan integrasi (paragraf 7).
Selain itu, ada aplikasi lain dari curl, yang akan kita bahas sekarang. Anggaplah ada sebuah batang
kaku, diputar (dirotasikan) dengan kecepatan angular yang konstan yaitu ; ini berarti bahwa :

Analisis Vektor / 131


adalah besarnya kecepatan angular sedang adalah vektor kecepatan angular. Telah
ditunjukkan pada paragraf 2, bahwa kecepatan v dari partikel atau titik pada batang kaku adalah v =
x r , dengan r adalah vektor jari-jari dari sebuah titik pada sumbu rotasi sampai ke titik kedudukan
partikel itu. Marilah kita lakukan kalkulasi x v = x ( x r ) ; kita dapat menghitungnya
melalui metode pada paragraf 6. Kita menggunakan formula untuk triple vector product yaitu:
Ax ( B x C ) = ( A. C ) B ( A. B ) C
dan hati-hati, bahwa bukanlah vektor biasa, melainkan vektor yang juga bersifat sebagai operator
differensial, jadi ia harus ditulis sebelum variabel yang akan didifferensialkan. Jadi:
x ( x r ) = ( . r ) ( ) r
(10-1)
Karena adalah konstan, maka suku pertama ruas kanan (10-1) adalah:
x y z


x y z
( . r ) =
= 3
(10-2)

Suku kedua ruas kanan seharusnya adalah ( .) r , tetapi karena maka


hanya beroperasi pada

r, hingga ditulis ( ) r, yang bila dijabarkan, suku kedua ruas kanan ini adalah:

y
z
x i y j z k
x
y
z

(x i + y j + z k ) =

Jadi:
x v = x ( x r ) = 3 - = 2
atau:
1
= 2 ( x v )
(10-3)

Untuk kasus ini, curl v menghasilkan kecepatan angular rotasi. Untuk kasus yang lebih kompleks
misal aliran fluida, nilai curl v pada suatu titik adalah ukuran kecepatan angular dari fluida di sekitar
titik itu. Jika semua titik dalam suatu daerah, nilai x v = 0 , maka medal kecepatan v di daerah itu
disebut irrotational. Perlu di catat bahwa ini adalah kondisi matematik yang sama seperti kondisi F
yang konservatif.

(a) Vortex/pusaran

Sebuah medan vektor V (sebagai contoh V =


v , untuk aliran air, atau V = gaya F ). Kita
definisikan bahwa sirkulasi adalah integral garis
V . dr
sekeliling kurva bidang tertutup. Jika F
adalah gaya, maka integral (sirkulasi ) tersebut
adalah kerja yang dilakukan oleh gaya itu. Untuk
aliran air, kita dapat memperoleh gambaran fisik
dari makna sirkulasi dengan cara berikut.
Bayangkan untuk meletakkan kincir pengontrol
(gambar 10.1c) pada sembarang pola aliran di
gambar 10.1. Jika kecepatan fluida pada sisi roda
yang satu lebih besar dari pada di sisi lain [seperti
pada (c) ] maka roda kincir akan berputar. Misal
V . dr
kita akan menghitung
sekeliling sumbu
dari roda kincir sepanjang kurva tertutup pada
bidang yang tegak lurus sumbu ( jadi bidang kertas
dalam gambar 10.1). Jika V = v pada sisi roda
yang satu lebih besar dari pada di sisi lain, maka
terjadi sirkulasi (sirkulasi tidak nol), sementara itu,
jika V di kedua sisi adalah sama sebagaimana di (b)
maka sirkulasinya adalah nol. Akan ditunjukkan
bahwa komponen dari curl V sepanjang sumbu
roda kincir adalah

(b) aliran paralel


kecepatan konstan
(c) aliran paralel
kecepatan variabel
kincir pengontrol

(d) aliran sekitar sudut

Gambar 10.1

Analisis Vektor / 132


1
V . dr
d 0 d
lim

(10-4)

dengan d adalah area yang dibatasi oleh sepanjang kurva yang sirkulasinya akan kita kalkulasi.
Roda kincir dalam hal ini berfungsi sebagai pengukur untuk mengukur curl V ; jika roda tidak
berputar, maka curl V = 0 ; jika berputar maka curl V 0. Di (a) , curl V 0 pada pusat vortex
(pusaran) , Di (b), curl V = 0. Di (c), curl V 0, meskipun faktanya adalah bahwa garis-garis
alirannya merupakan garis-garis paralel.
y
Di (d), ada kemungkinan curl V = 0 , walaupun
d = dx dy
terjadi garis aliran di sekeliling sudut; sebenarnya,
untuk air yang berputar di sudut, curl V memang =
0. Perlu diketahui bahwa nilai curl V pada suatu
P dy
titik hanya bergantung pada sirkulasi disekeliling
titik itu dan tidak pada pola aliran secara
dx
menyeluruh.
Kita ingin menunjukkan hubungan antara
x
V . dr
sirkulasi
dengan curl V untuk medan
vektor V yang diketahui. Ditentukan sebuah titik P
Gambar 10.2
dan arah n. Marilah kita cari
komponen dari curl V dalam arah n di titik P. Gambarlah sebuah bidang melalui P tegak lurus
terhadap n dan pilihlah sumbu sedemikian rupa sehingga bidang (x , y) dengan n paralel terhadap k.
Tentukan sirkulasi sekeliling (d = dx dy) segi empat kecil yang berpusat di P (gambar 10.2).
Karena n paralel terhadap k, maka dengan menggunakan persamaan (8-17) diperoleh:
V . dr
(curl V )
(curl V )

keliling d

. k dx dy = d
. n d
= d
(10-5)
Kita berasumsi bahwa turunan pertama dari komponen V bersifat kontinum; sehingga curl V juga
kontinum. Dengan demikian nilai (curl V) . n untuk seluruh dhampir sama dengan (curl V) . n di
titik P, jadi integral dobel pada (10-5) secara aproksimasi merupakan nilai dari (curl V) . n di P
dikalikan dengan d . Jika (10-5) kita bagi dengan d dan meletakkan limit d0, maka kita
mempunyai persamaan eksak:
1
lim
V . dr
( x V) . n = d 0 d
(10-6)
Persamaan tersebut dapat digunakan untuk sebagai definisi dari curl V ; jadi diskusi di atas
menunjukkan bahwa [lihat persamaan 8-16)] komponen curl V adalah yang telah dinyatakan dalam
definisi kita sebelumnya (6-3).
Dalam mengevaluasi integral garis, kita harus mengelilingi elemen area d sebagaimana dalam
gambar 10.2 yaitu dengan meletakkan area selalu di sebelah kiri. Cara lain untuk menyatakan ini
adalah bahwa kita mengelilingi d dengan arah yang ditunjukkan oleh n dan aturan tangan kanan ,
yaitu, jika ibu jari tangan kanan menunjukkan arah n, arah yang ditunjuk oleh ke empat jari yang
lain adalah arah dalam mengelilingi batas dari d dalam melakukan kalkulasi integral garis. (Lihat
gambar 10.2 dengan n = k ).

Teorema Stoke. Teorema ini menghubungkan sebuah integral permukaan terbuka dengan integral
garis sekeliling kurva yang mengikat permukaan tersebut. Jaring penangkap kupu-kupu adalah
model yang sesuai dengan yang sedang kita bicarakan. Jaringnya, adalah permukaan terbuka, sedang
kawat kerangkanya adalah kurva pengikat permukaan. Permukaan yang kita bahas di sini
( dan juga yang muncul dalam aplikasi) adalah
permukaan yang dapat diperoleh melalui
permukaan
pembeberan bentuk hemisphere ( bentuk seperti
terbuka
jaring penangkap kupu-kupu, gambar 10.3)
Kita misalkan permukaan yang sesuai dengan
deskripsi kita itu kita bagi-bagi menjadi begitu
kurva pengikat
banyak elemen area d dengan jaringan kurva
Gambar 10.3
sebagai pembatas antara area kecil yang satu
n
dengan yang lain seperti pada gambar 10.4

Gambar 10.4

Analisis Vektor / 133


Tariklah sebuah vektor unit n tegak lurus terhadap
masing-masing elemen area. Sudah tentu, masingmasing n arahnya berbeda, tetapi semua n harus
berada pada sisi yang sama dari dua-muka pada
permukaan itu. Masing-masing elemen area
merupakan aproksimasi dari bidang singgung
terhadap permukaan di sebuah titik pada d. Jadi,
seperti pada (10-5) kita di sini memperoleh:

V . dr

keliling d

( x V )

= d

. n d(10-7)

untuk masing-masing elemen; jika semua persamaan kita jumlahkan menjadi satu untuk semua
elemen area pada seluruh permukaan, maka kita peroleh:

V . dr

semua d

( x V )

= permukaan

. n d

(10-8)

Dari gambar 10.5 kita tahu bahwa interior dari integral garis saling menghilangkan karena arah dua
integral yang berdekatan tetapi berbeda dadalah berlawanan. Sehingga ruas kiri dari (11-8) hanya
jumlah dari garis integral keliling luar kurva pengikat permukaan. Jadi (11-8) boleh ditulis:

V . dr

kurva
pengikat

( x V )

= permukaan

. n d

(10-9)

Persamaan (10-9) itu disebut teorema Stoke.


Yang diperhatikan benar mengenai teorema Stoke ini adalah bahwa penggunaannya adalah untuk
permukaan terbuka yang dibatasi oleh kurva pengikat seperti jaring kupu-kupu. Teorema ini

V
mengatakan bahwa integral garis
. dr adalah sama dengan integral dari ( xV) . n ke seluruh
sembarang permukaan terbuka yang dibatasi oleh kurva ; dengan kata lain, nilai integral tidak akan
berubah jika bentuk jaring kupu-kupu itu diubah. Cara mudah untuk menentukan arah integrasi pada
integral garis adalah dengan membayangkan jaring kupu tersebut diletakkan pada sebuah bidang;
jadi "permukaan yang dimaksud adalah area bidang yang dibatasi oleh kurva dan n nya adalah n
bidang. Arah integrasi adalah sesuai dengan aturan tangan kanan sebagaimana telah kita bahas
bersama.
Contoh 1: Diketahui V = 4y i + x j + 2z k ; tentukan

x V) . n d ke seluruh hemisphere

x 2 y2 z2 a 2 ; z 0
Jawab:
Dengan menggunakan (6-3), kita peroleh x V = 3k . Adalah beberapa cara yang dapat kita
lakukan untuk menyelesaikan problem ini: (a) mengintegralkan ekspresi tersebut seperti apa adanya,
2
2
V
2
(b) menggunakan teorema Stoke dan mengevaluasi
. dr sekeliling lingkaran x y = a
dalam bidang (x, y) ; dan (c) menggunakan teorema Stoke untuk menyatakan bahwa integralnya

Analisis Vektor / 134


adalah sama untuk sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva (dalam hal ini lingkaran ), dan
untuk ini permukaan yang mudah untuk diselesaikan adalah area di dalam lingkaran itu.
Kita akan kerjakan dulu dengan metode (c).
(c) Karena area bidang ini berada pada bidang (x, y), maka:
n=k,
hingga ( . V ) . n = 3 k . k = 3
Jadi integralnya adalah:
(
d

permukaan x V) . n d = 3 permukaan

= 3 kali luas permukaan = 3 kali luas lingkaran berjari-jari a


= 3 kali luas lingkaran berjari-jari a
= 3a

You might also like