Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, referat Ilmu Penyakit Jantung tetang
antikoagulan dapat saya selesaikan. Referat ini
disusun sebagai
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
tersebut
maka
kemudian
dipikirkan apakah ada regimen lain yang dapat menggantikan warfarin, namun
sama aman dan efektifnya serta tidak membutuhkan pemantauan dengan ketat.
Alternatif yang dipertimbangkan untuk menjadi pilihan terapi pada pasien dengan
DVT adalah dabigatran etexilate atau yang lebih dikenal sebagai dabigatran saja.
Obat ini merupakan obat dari golongan direct' thrombin' inhibitor.
Kemudian ada pula rivaroxaban yang merupakan penghambat Factor Xa.
Meskipun uji klinik yang dilakukan telah menunjukkan hasil Yang baik, namun
hingga kini kedua obat ini belum menjadi Pilihan terapi utama pada pasien DVT.
Di Amerika Serikat sendiri hingga kini warfarin masih menjadi terapi standar.
Masih terdapat pertanyaan terkait efikasi dan keamanan terapi ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Antikoagulan
Obat-obat antikoagulan menghambat perkembangan dan pembesaran
bekuan. Seharusnya sudah jelas berdasarkan nama kelompok ini bahwa obat-obat
ini bekerja dengan mengganggu fase koagulasi hemostatis. Penggolongan obatobatan ini yaitu :
a. Golongan heparin, mencakup senyawa-senyawa yang diberikan
secara parenteral ( heparin dan heparin berbobot rendah) dan
senyawa-senyawa yang diberikan secara oral ( warfarin dan
dikumarol),
b.
Inhibitor thrombin langsung
c.
Lain-lain.
a.
Warfarin
Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin Kyang berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IX
dan X. Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein
prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah
tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang.
Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat
faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu
beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru
dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi. Warfarin tidak
mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk, tetapi dapat
mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan
stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang
diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Farmakokinetik :
atau IV.
Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di
Farmakodinamik :
Indikasi :
Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yang
dihubungkan dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ; serta sebagai
profilaksis terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard (FDA approved).
Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak jelas berasal dari problem
jantung.
Kontraindikasi .
seperti
glukagon,
kuinolon,
sulfonamid,
kloramfenikol,
simetidin,
efektifitasnya. Hati- hati bila digunakan pada orang tua. Tidak boleh diberikan
pada wanita hamil karena dapat melewati plasenta sehingga bisa menyebabkan
perdarahan yang fatal pada janinnya. Dijumpai pada ASI dalam bentuk inaktif,
sehingga bisa dipakai pada wanita menyusui.
Dosis :
Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10
mg/hari. Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan diminum
sebelum tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari esoknya.
Lamanya terapi sangat tergantung pada kasusnya. Secara umum, terapi anti
koagulan harus dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan trombosis sudah
tidak ada. Pemeriksaan waktu protrombin barns dilakukan setiap hari begitu
dimulai dosis inisial sampai tercapainya waktu protrombin yang stabil di batas
terapeutik. Setelah tercapai, interval pemeriksaan waktu protrombin tergantung
pada penilaian dokter dan respon penderita terhadap obat. Interval yang
dianjurkan adalah 1-4 minggu.
b.
Heparin
Heparin adalah bahan alami yang diisolasi dari mukosa intestinum porcine
atau dari paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan
mempotensiasi kerja anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang
berafinitas lebih besar dari AT -III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan
darah, termasuk trombin, faktor IIa, IXa, Xa, XIa,dan XIla. Oleh karena itu
heparin mempercepat inaktifasi faktor pembekuan darah. Heparin biasanya tidak
mempengaruhi waktu perdarahan. Waktu pembekuan memanjang bila diberikan
heparin dosis penuh, tetapi tidak terpengaruh bila diberikan heparin dosis rendah.
Heparin dosis kecil dengan AT-III menginaktifasi faktor XIIIa dan mencegah
terbentuknya bekuan fibrin yang stabil. Penggunaan hefarin dimonitor dengan
memeriksa waktu tromboplastin parsial (aPTT) secara berkala. Penggunaan
heparin
untuk stroke akut masih diperdebatkan. Belum ada uji klinis yang
memberikan
hasil
yang
konklusif.
American
Heart
Association
luas (baik secara klinis maupun basil CT -scan kepala) mempunyai resiko besar
untuk mengalami transformasi tersebut, sehingga pemberian heparin sebaiknya
ditunda.
Farmakokinetik :
pemberian SK
Kadar puncak dalam plasma: 2 4 jam setelah pemberian
SK
Waktu paruh : 30-180 menit.
Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna,
hati
dan
sistem
hematom, ulserasi,
Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari selama lebih dari 6 bulan dapat
menyebabkan osteoporosis dan fraktur spontan.
Dosis :
dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan profilaksis
evolving stroke. Pada pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U lalu 5000 U
tiap 8-12 jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah dapat dimobilisasi (mana
yang lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya didrips dalam larutan Dekstrose 5%
atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800 U/jam. Hindari pemberian dengan
bolus. Sesuaikan dosis berdasarkan basil aPTT (sekitar 1,5 kali nilai normal).
Pada anak dimulai dengan 50 U/kgBB IV bolus dengan dosis pemeliharaan
sebesar 100 U/kgBB/4jam perdrips atau 20.000 U/m2/24 jam dengan infus.
2.
ANTIKOAGULAN BARU
Antikoagulan telah lama digunakan untuk berbagai kondisi medis, di
antaranya pencegahan stroke pada pasien dengan atrial fibrillasi (AF). AF meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak lima kali. 1 Pada pasien AF dengan
skor CHADS2 lebih besar atau sama dengan 2, pemberian antikoagulan sangat
dianjurkan.2 Hal ini bertujuan untuk mengurangi kejadian serebrovaskular pada
pasien dengan AF.
Warfarin, golongan antagonist vitamin K, telah digunakan cukup lama
untuk menurunkan kejadian stroke. Warfarin pertama kali diperkenalkan 60 tahun
yang lalu dan sampai kini merupakan satu-satunya obat antikoagulan oral yang
tersedia untuk penggunaan klinis. Penggunaan warfarin efektif menurunkan
kejadian stroke pada pasien dengan AF non-valvular. Hal ini terlihat dari
penurunan kejadian stroke sebesar 68% pada pasien yang menerima warfarin.
Walaupun demikian, penggunaan warfarin memiliki beberapa keterbatasan,
seperti nilai ambang terapi yang sempit, banyaknya interaksi antarobat, interaksi
dabigatran lebih tinggi dibandingkan kelompok warfarin. Hal ini dapat dijelaskan
dengan farmakokinetik dabigatran yang memerlukan pH rendah untuk
penyerapannya. Oleh karena itu, kapsul dabigatran mengandung asam tartar
(tartaric acid) yang turut menyebabkan peningkatan asam lambung. Hal inilah
yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan keluhan dispepsia dan
perdarahan gastrointestinal pada pasien yang menerima dabigatran.
Dabigatran yang merupakan direct' thrombin' inhibitor merupakan
antikoagulan yang efektif dalam mencegah pembentukan dan pertumbuhan
thrombus karena efeknya dalam menghambat thrombin bebas maupun terikat
fibrin yang nantinyaakan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang membentuk
thrombus. Efikasi dan keamanan terapi dabigatran yang ditunjukkan oleh studi
RE-COVER konsisten dengan studi-studi sebelumnya yang dilakukan pada pasien
dengan atrial fibrilasi (AF).
Rivaroxaban adalah antikoagulan baru yang turut meramaikan pasar
farmasi akhir-akhir ini. Rivaroxaban adalah antikoagulan golongan inhibitor
faktor Xa yang mencegah trombogenesis tanpa memerlukan bantuan kofaktor
seperti antitrombin. Rivaroxaban ditoleransi dengan baik oleh pasien dewasa yang
sehat, memiliki farmakokinetik yang dapat diperkirakan, dan efek antikoagulan
yang dapat diprediksi pada kisaran dosis 5-80 mg.
Rivaroxaban merupakan turunan oxazolidinone yang bekerja dengan
secara langsung menghambat faktor Xa sehingga menghambat transformasi
prothrombin menjadi thrombin yang nantinya menghambat pembentukan klot.
Dalam studi-studi sebelumnya yang dilakukan untuk mengkaji efikasi
dan
keamanan terapi rivaroxaban pada pasien yang menjalani operasi pergantian lutut
atau panggul,rivaroxaban setara dengan terapi konvensional yaitu enoxaparin atau
Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal perdarahan mayor di antara kedua
kelompok ini.
Penentuan pilihan yang lebih baik di antara dabigatran dan rivaroxaban
dalam pencegahan stroke atau emboli sistemik belum dapat dilakukan. Untuk
menunjang klinisi dalam memilih antikoagulan yang tepat, diperlukan sebuah uji
klinis fase III yang membandingkan secara langsung antara dabigatran dan
rivaroxaban dalam pencegahan stroke pada pada pasien AF.
Skor CHA2DS2VASc
Congestive heart failure
Hypertension
Age75 years (skor 2)
Diabetes mellitus
Stroke history (skor 2)
Age between 65 to 74 years
peripheral Vascular disease
Sex Category (female)
1
1
2
1
2
1
1
1
Pemilihan Antikoagulan
antikoagulan
oral baru, dabigatran dan rivaroxaban menunjukkan efikasi yang setara dan
keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan warfarin yang menjadi terapi
standar pada pasien dengan deep vein thrombosis. Kedua obat ini memiliki
keunggulan dibandingkan warfarin karena tidak mememerlukan pemantauan ketat
tentang status koagulasi yang dilihat dari INR, yang dipantau pada pasien yang
mendapatkan warfarin. Selain itu, interaksi antara kedua obat ini dengan obat
-obatan lain ataupun makanan juga lebih sedikit dibanding warfarin. Kedua obat
ini juga memiliki awitan kerja yang lebih cepat.
Beberapa hal yang menjadi kekurangan adalah belum tersedianya
antidotum untuk dabigatran dan rivaroxaban
ekonomi,kedua obat ini juga Lebih mahal dibandingkan dengan warfarin. Selain
belum pula dapat dinilai mana yang lebih baik diantara kedua obat ini.Oleh karena
itu, masih dibutuhkanInvestigasi lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Stringer Janet L. Konsep Dasar Farmakologi.edisi 3. EGC.Jakarta:2008
library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-aldy4.pdf
Rasyid,, Ridwan. Kajian Efikasi dan keamanan terapi anti koagulan
baru pada pasien deep Vein Thrombosis. FK UI. Jakarta. 2014