You are on page 1of 17

Visibilitas

1. Pengertian
Validitas adalah suatu ukur yang menunjukkan tingkat ketepatan dan kesahihan suatu
instrumen. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, jadi
validitas menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Kegunaan validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya dan validitas
menggunakan alat ukur teknik korelasi product moment seperti dikemukakan oleh
Karl Person.
2. Cara penggunaan manual
Validitas konstrak diukur dengan koefisien korelasi antara skor masing-masing
indikator/item pertanyaan (Xj) dengan skor totalnya/faktor (X). Koefisien validitas
diukur dari korelasi product moment kasar[3] atau korelasi Pearson yang dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:
Xj = skor item ke-j untuk j = 1,2,...,k
X = skor total keseluruhan item
K = banyaknya item
N = jumlah pengamatan
Item pertanyaan (indikator) secara empiris dikatakan valid jika koefisien korelasi (r)
> 0,50 . Ada juga peneliti yang menggunakan kriteria lain, yaitu indikator valid jika
korelasi (r) rtabel dengan rumus rtabel[4] sebagai berikut.

Nilai df adalah degree of freedom (v = n 2 ) dengan n adalah banyaknya


pengamatan. Nilai ttabel adalah nilai t(,v) yang merupakan nilai quantil dengan luasan
kanan sebesar di bawah kurva distribusi student-t dengan v = n 2. Dalam
statistika, Item pertanyaan (indikator) sebenarnya juga dapat dikatakan valid jika Pvalue dengan adalah taraf nyata yang ditentukan peneliti sebesar 1%, 5%, atau
10%. Terdapat perbedaan antara P-value dan , yaitu P-value adalah probabilitas
kesalahan yang dihasilkan dari proses pengujian sedangkan adalah probabilitas
kesalahan yang ditentukan oleh peneliti sebagai tolak ukur kesalahan yang
ditoleransi. P-value adalah probabilitas kesalahan ketika H0 dapat ditolak berdasarkan
Statistik Uji yang mana dirumuskan P-value = P(t t hit) dengan thit adalah nilai
statistik uji t. Pada software tertentu seperti SPSS, P-value dijelaskan dengan nilai
Significant (Sig.).

3. Cara penggunaan menggunakan SPSS


1. Buka program spss
2. Copy dan pastekan data yang terlebih dahulu diketik pada excel
Data di Excel

Setelah input di SPSS

3. Setelah selesai di input, kemudian klik variabel view, pada kolom label
silahkan beri nama, saya membuat "X1,X2,X3,X4,X5,X6,Total X "
Before

After

4. Untuk uji validitas, klik menu analyze => correlate => bivariate
Akan keluar jendela Bivariate correlation
5. Blok semua item dan masukan ke dalam kolom sebelah kanan, centang pada
"Pearson" dan "two-tailed" kemudian klik Ok
Before

After

6. Hasilnya outputnya sebagai berikut

Dari hasil uji valid, hanya item x6 yang tidak valid, karena nilani r hitung (0,412)
masih
lebih kecil dari nilai r tabel df=16 = 0,4683. (0,412 < 0,4683).
Karena ketentuannya adalah, item kuesioner valid jika nilai r hitung > r tabel
Catatan : Item kuesiner dikatakan valid jika nilai r hitung > dari nilai r tabelnya
r tabel dapat dilihat pada tabel r statistik, dimana nilai df=N-2,
disini saya menggunakan N=18 dan jika mengikuti rumus maka df=N(18) -2= 16
jadi kita melihat nilai df 16= 0,4683,
jika nilainya itemnya lebih kecil dari 0,4683 maka item tersebut tidk valid dan
sebaiknya dibuang untuk hasil penelitian yang lebih baik

4. Jenis-jenis Validitas
Ebel (dalam Nazirz 1988) membagi validitas menjadi :
Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor
dengan kinerja.
Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis
apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk
tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
Face Validity adalah validitas yang berhuubungan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan
faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku
lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor
dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung
dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji
coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bhwa suatu
alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusny diukur.
Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor
suatu alat ukur dengan kinerj seorang di msa mendatang.
Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling
dari suatu populasi.
Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pungukuran tersebut merupakan alat ukur
yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Reabilitas
1. Pengertian
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran
atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang
sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang
mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya
pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes
tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi
yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
2. Cara penggunaan manual
Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Cronbachs
alpha yang dirumuskan[2] sebagai berikut.

Keterangan:
sj2 = varians skor item ke-j dengan j = 1,2,...,k
K = banyaknya item yang diujikan
Sx2 = varians skor total keseluruhan item
Secara empiris, diberikan ketentuan[1] bahwa < 0,6 mengindikasikan Reliabilitas
konsistensi internal yang tidak memuaskan. Dengan kata lain, Reliabilitas konsistensi
internal dapat diterima jika 0,6 . Reliabilitas konsistensi internal adalah suatu

pendekatan untuk menaksir konsistensi internal dari kumpulan item/indikator, dimana


beberapa item dijumlahkan untuk menghasilkan skor total untuk skala/konstrak.

3. Cara penggunaan menggunakan SPSS


1. Uji reliabilitas,dengan data yang sama
Klik analyze => scale => Reliability test
masukan semua variabel pada kotak kiri ke kotak kanan, kecuali variabel
"Total X"

Before

After

10

7. Kemudian klik OK
8. Berikut merupakan outputnya

9. Dari hasil uji reliabilitas, yang dilihat adalah nilai cronbach's alpha
nilai cronbach's alpha yang kita peroleh sebesar 0,800, artinya kuesioner
yang kita buat sudah reliabel karena lebih besar dari nilai 0,60...
A. CONTOH KASUS

11

Akan di uji validitas dan reliabilitas variabel kepuasan kerja. Variabel ini berjumlah 5
indikator yang diadaptasi dari Intrinsic factor dari teori dua factor Herzberg meliputi
pekerjaan itu sendiri, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain.
Skala yang digunakan adalah skala Likert 1 5 dengan jumlah sampel sebanyak 30.
Setelah angket ditabulasi maka diperoleh data sbb (Data Reliabilitas)
B. PENYELESAIAN
Tahap 1. Analisis Faktor
Klik Analyze Data Reduction Factor
Masukkan seluruh pertanyaan ke box Variables

Klik Desctiptive Aktifkan KMO and Bartletts Test of Specirity dan Anti-Image
Klik Rotation : Aktifkan Varimax
Hasil Analisis Faktor

12

Nilai KMO sebesar 0.840 menandakan bahwa instumen valid karena sudah
memenuhi batas 0.50 (0.840 > 0.50)
Korelasi anti image menghasilkan korelasi yang cukup tinggi untuk masing-masing
item, yaitu 0.850 (X1), 0.791 (X2), 0.856 (X3), 0.956 (X4) dan 0.804 (X5). Dapat
dinyatakan bahwa 5 item yang digunakan untuk mengukur konstruk kepuasan
instrinsik memenuhi kriteria sebagai pembentuk konstak.

Output ketiga adalah Total variance Explained menunjukkan bahwa dari 5 item yang
digunakan, hasil ekstraksi SPSS menjadi 1 faktor dengan kemampuan menjelaskan
konstak sebesar 72.132% .

13

Dengan melihat component matrix terlihat bahwa seluruh item meliputi pekerjaan itu
sendiri (x1), keberhasilan yang diraih (x2), kesempatan bertumbuh (x3), kemajuan
dalam karier (x4) dan pengakuan orang lain (x5) memiliki loading faktor yang besar
yaitu di atas 0.50. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa 5 item valid.
Tahap 2
Pilih Analyze > Scale > Reliability Analysis
Masukkan semua variabel (item 1 s/d 5) ke kotak items

Klik Kotak Statistics, lalu tandai ITEM, SCALE, dan SCALE IF ITEM DELETED
pada kotak DESCRIPTIVES FOR > Continue
Klik OK
Maka akan tampil output sebagai berikut :
14

C. INTERPRETASI
Reliabilitas
Sekaran (dalam Zulganef, 2006) yang menyatakan bahwa suatu instrumen penelitian
mengindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien alpha Cronbach
lebih besar atau sama dengan 0,70. Sementara hasil uji menunjukkan koef cronbach
alpha sebesar 0.900, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah
reliabel.

4. Cara Ukur
Dalam mengestimasi reliabilitas alat ukur, ada tiga cara yang sering digunakan yaitu :
1. Pendekatan tes ulang,
2. Pendekatan dengan tes pararel dan
3. Pendekatan satu kali pengukuran

5. Jenis-jenis Reliabilitas
Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas,
yaitu:

15

1. Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa
untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya.
2. Reliabilitas ekivalen. Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama
dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama.
6. Metode pengujian reliabilitas
Tiga tehnik pengujian realibilitas instrument antara lain :
A. Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)
Teknik paralel disebut juga tenik double test double trial. Sejak awal peneliti harus
sudah menyusun dua perangkat instrument yang parallel (ekuivalen), yaitu dua buah
instrument yang disusun berdasarkan satu buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari
instrument yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua.
Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana,
maka hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus
product moment (korelasi Pearson).
B. Teknik Ulang (Test Re-test)
Disebut juga teknik single test double trial. Menggunakan sebuah instrument,
namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan
untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan
sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.
C. Teknik Belah Dua (Split Halve Method)
Disebut juga tenik single test single trial. Peneliti boleh hanya memiliki
seperangkat instrument saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya
dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama besar.
Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomor
ganjil-genap, atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.
Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini diukur dengan menentukan hubungan antara
skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan kepada seluruh kelompok
pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes
yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi
koefisien yang didapat.

16

17

You might also like