You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner (dikenal
juga seranggan jantung), (Holloway, 2003). Infark Miokard adalah rusaknya jaringan
jantung akibat supllai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke koroner
berkurang, (Brunner & Sudarth, 2002)
Infark mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan
oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan
kematian jaringan yang ireversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya
trombus, dan berdasarkan penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari.
Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
MCI apabila tidak segera di tangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat
menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat
menyebabkan kematian, dan apabila MCI sembuh akan terbentuk jaringan parut yang
menggantikan sel-sel miokardium yang mati, apabila jaringan parut yang cukup luas
maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah
sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan medis
dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak
diinginkan.
Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat
untuk memberikan pelayanan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan, keterampilan
yang khusus dalam mengkaji, dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan
dengan pemberian asuhan keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan Infark Miokard.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Infark Miokard.
1

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
infark miokard mengacu pada proses masuknya proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner
karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus
(Smeltzer dan Bare, 2008:788)
Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardia yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjangan, yang bersifat sementara dan reversibel (Price and
Wilson, 1994:529).
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. Biasanya didasari oleh adanya aterosklerosis pembuluh darah koroner.
Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria
oleh trombus yan gterbentuk pada plaqus aterosklerosis yang tidak stabill (Soeparman,
1996:1098).
B. Etiologi
Penyebab infark miokardium adalah penurunan suplai darah ke jantung akibat
penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri
oleh emboli atau trombus juga bisa diakibatkan karena syok atau perdarahan (Smeltzer
dan Bare, 2000:788)
Penyebab sumbatan tidak diketahui walaupun diperkirakan perdarahan akibat
plaque atherosklerosis dan farmasi thrombus diperkirakan merupakan faktor persipitasi
penilitian baru-baru ini menunjukkan bahwa forkasi thrombus dapat berlanjut menjadi
infark karena edema yang berkaitan dengan infark menganggu aliran darah dalam arteri
koronaria, yang menyebarkan stasis dan formasi thrombus.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Sjaefoellah (1998:110) gejala klinis pada klinis pasien dengan miokard
infark yaitu adanya keluhan yang khas adalah nyeri dada seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke tangan
(umumnya kiri), pada leher, rahang ke punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai

perasaan mual muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope,
pasien tampak sering kesakitan.
Pada pemeriksaan fisik penurunan kardiak output menyebabkan takikardi,
perubahan nadi, hipotensi, muka pucat, diaporesis, kulit dingin, perubahan status
mental, sinkope dan berkurangnya produksi urin.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001:788) manifestasi klinis dari infar miokardium
adalah nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus terletak di bagian
bawah sternum dan perut atas. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak
tertahankan. Nyeri ini adalah gejala utama yang muncul. Nyeri bisa menyebar ke bahu
dan lengan biasanya lengan kiri dan dirasakan tajam dan berat. Napas pendek, pucat,
keringat dingin, pusing, dan mual muntah. Pasien dengan diabetes mellitus mungkin
tidak merasakan nyeri berat bila menderita infar miokardium, karena neuropati
menyertai diabetes mellitus mempengaruhi neuroreseptor, sehingga nyeri yang
dialaminya.
D. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini dinamakan ateroma atau plaqul yang akan mengganggu absorpsi nutrien
oleh sel-sel endotal yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen akan menjadi sempit dan kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah terjadi koagulasi intravaskuler.
Ateroskleresos koroner menimbulkan sumbatan aliran darah yang berlangsung
progresif dan suplai darah yang tidak adekuat atau iskemia yang berat, disertai
kerusakan sel inilah yang disebut infark miokardium.
Iskemia miokard bermanifestasi berupa angina pektoris yaitu dengan gejala
perasaan tertekan dan penuh atau nyeri substernal. Ini akibat kurangnya oksigen untuk
miokard agar dapat bekerja efektif, penyebabnya hampir selalu penyempitan yang
disebabkan aterosklerosis, perubahan ini masih reversible dan fungsi sel-sel kembali
normal bila oksigenasinya kembali mencukupi (Tambayong, 2000:90).
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges et all (2000:85) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan
infark miokard yaitu :

1.

EKG, menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau

2.

datarnya gelombang T dan adanya gelombang Q.


Enzim jantung dan isoenzim, CPK-MB meningkat antara 4-6 jam, memuncak

3.

dalam 12-24 jam.


Elektrolit, ketidakseimbangan

4.

mempengaruhi kontraktilitas.
Sel darah putih, leukosit (10.000-20.000) tampak pada hari kedua sehubungan

5.
6.
7.
8.
9.

dengan proses inflamasi.


GDA atau oksimetri nadi, dapat menunjukkan hipoksia.
Kolesterol atau trigliserida serum : meningkat menunjukkan arterisklerosis.
Foto dada, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK.
Ekokardium, evaluasi lebih lanjut mengenai fungsi dasar terutama ventrikel.
Angiografi koroner, menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.

dapat

mempengaruhi

konduksi

dan

dapat

F. Komplikasi
1. Gagal jantung kongesif
2. Syok kardiogenik
3. Disfungsi otot papilaris
4. Defek septum ventrikel
5. Ruptura jantung
6. Aneurisma ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditis
9. Aritmia
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
a) Penanganan nyeri.
Berupa terapi farmakologi : morphin sulfat, nitrat, penghambat beta (beta
blockers).
b) Batasi ukuran infark miokard
Dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan
miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan atau memulihkan
sirkulasi.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pantau karakteristik nyeri catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respons
hemodinamik (contoh: meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada,
napas cepat, tekanan darah/frekuensi jantung berubah).
b) Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal atau masker sesuai indikasi.
c) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik,
berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

d) Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan


saat defekasi.
e) Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
f) Berikan makanan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi,
coklat.
g) Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Cacat kekuatan nadi perifer.
h) Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari isometrik.
i) Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN INFARK MIOKARD
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama
: Tn. D
Umur
: 65 th
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Surakarta
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Islama
: Islam
b. Identitas penanggung jawab
Nama
: Ny. N
Umur
: 36 th
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku/bangsa
: Jawa/ Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Surakarta
Hubungan dng pasien
: Anak kandung
2. Keluhan utama
Pasien sesak nafas.
3. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
3 hari yang lalu pasien sehabis bangun tidur, perut terasa sakit, dada ampeg,
lemes. Kemudian di bawa ke IGD, oleh dokter yang memeriksanya pasien
dirawat di ICU mendapat infus RL 16 tpm, dan injeksi rantin 2 ml/12 jam
secara iv.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dahulu pernah sesak nafas, mempunyai riwayat merokok,
tidak ada riwayat obat anti tuberkulosa.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular atau keturunan..
4. Pola fungsional (bio psiko sosio spiritual)
a. Pola persepsi oksigenasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan bernafas spontan, tanpa alat bantu.
Selama sakit : pasien sesak nafas, dengan RR 34 x/menit, dengan pernafasan
dangkal dan cepat.
b. Pola cairan dan elektrolit
Sebelum sakit : pasien mengatakan di rumah minum 5-6 gelas/hari, minum
teh dan air putih.
6

Selama sakit : pasien minum habis 3 gelas/hari, minum teh dan air putih.
c. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 x sehari, dengan komposisi nasi,
lauk, sayur.
Selama sakit

: pasien makan habis 2 sendok / makan, diet : nasi tim, pasien

mual dan muntah 3 kali


d. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB : pasien BAB 11 x/hari, konsistensi berbentuk
BAK : pasien BAK 4-5 x/hari, warna kuning jernih
Selama sakit : BAB : pasien BAB 11 x/hari, konsistensi berbentuk
BAK : pasien BAK 220 cc/hari, terpasang DC warna BAK urin pekat.
e. Pola keamanan dan kenyamanan
Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa aman dan nyaman.
Selama sakit : pasien tidak nyaman dengan sesak nafasnya, pasien
mengatakan nyeri saat miring, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, pasien
menahan nyeri
Pasien merasa aman dengan prosedur tindakan, keluarga memberikan perhatian.
f. Pola personal hygiene
Pasien setiap hari disibin oleh perawat, mulut tidak ada stomatitis, BAB dibantu
perawat, perawat melakukan oral hygiene.
g. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur jam 21.00-05.00 ( 8 jam/hari),
kadang tidur siang 1 jam
Selama sakit : pasien tidur jam 22.00-05.00 ( 7 jam/hari) dan tidur siang
h. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan ADL dipenuhi secara mandiri.
Selama sakit : pasien aktivitas sehari-hari dibantu perawat, masih terbaring
di atas tempat tidur.
i. Konsep diri
1) Body image

: pasien tidak pernah mengeluh dengan keadaannya saat ini

2) Self ideal

: pasien ingin cepat sembuh.

3) Self esteem

: pasien tidak malu dengan kondisinya saat ini

4) Identity : pasien menyadari bahwa dirinya seorang laki-laki dan seorang ayah.
5) Role : pasien sebagai seorang ayah, suami dan anggota masyarakat.
j. Pola seksual
Pasien berjenis kelamin laki-laki, mempunyai anak 3 orang.
k. Psikologis
Pasien saat diajak berbicara dengan perawat mau menjawab semua pertanyaan,
dengan sopan dan sabar.
l. Sosial

Hubungan pasien dengan perawat baik, dengan keluarga juga baik.


m. Spiritual
Pasien selama sakit sholat 5 waktu di atas tempat tidur
n. Pengetahuan
Keluarga pasien mengetahui kondisi pasien saat ini dengan bertanya kepada
perawat.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital

: Lemah
: Composmentis, GCS : 15
: TD : 128/89 mmHg
N : 154 x/menit
S : 36C

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Rr : 34 x/menit

Kepala
: Mesochepal
Mata
: Konjungtiva anemis, fungsi penglihatan baik
Hidung
: Tidak ada sekret, terpasang O2 3 lt/menit
Mulut
: Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Telinga
: Bersih, tidak ada penumpukan serumen
Leher
: Tidak ada pembesaran tiroid
Dada
:
Paru :
I : Pengembangan dada kanan = kiri, frekuensi pernafasan cepat dan dangkal
P : Fremitus, raba kanan dan kiri sama
P

: Bunyi ronchi

A : Wheezing
Jantung :
I

: Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis tidak kuat angkat


P : Pekak
A : BJ I = BJ II, reguler
Abdomen :
I

: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan

: Peristaltik usus 12 x./menit

P : Tympani
P : Tidak ada massa
k. Ekstremitas
:
Atas
: Pada tangan kanan dan kiri terpasang infus RL 16 tetes/menit
Bawah
: Tidak terdapat oedem, dapat bergerak bebas
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium

Pemeriksaan

Hasil

Normal

13,7 g/dl
9.700 /mm3
4,98
42%
173.000
149 mmol/L
3,2 mmol/L
14 u/l
154,2 mg/dl

Lk : 11,5 16,5 g/dl


4.000-11..000/mm3
4,0-5,0
4,0-50
150.000-400.000
135-155 mmol/L
3,6 5,5 mmol/L
< 24 u/.
70-115 mg/dl

Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Natrium
Kalium
CKMB
GDS

Hasil laboratorium analisa gas darah


Pemeriksaan

Hasil

135 mmol/L
5,2 mmol/L
9 mmol/L
7,214
21,6 mmHg
72 mmHG
8,7 mmol/L
91 %
7,221

Natrium
Kalium
TCO2
Ph
PCO2
PO2
HCO3
SO2
pH

b. Program terapi
1) Injeksi :
a) Kalmoxilin 1 gr/8 jam IV
b) Remopain 1 ml/8 jam IV
c) Rantin 2 ml/12 jam IV
d) Piralen 2 ml IV
e) Raivas 1 ml IV
2) Obat oral :
a) Trizedon 2 x 35 mg
b) Cordaron 3 x 200 mg
c) Spirola 1 x 25 mg
d) Nexium 1 x 20 mg (siang)
e) Flasix 1 x 75 mg (pagi)
f) Zypras 1 x 0,5 (malam)
7. Data fokus
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan sesak nafas
P

: Pasien mengatakan nyeri saat miring

Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : Pasien mengatakan nyeri di daerah dada


S

: Skala nyeri 5

T : Nyeri hilang timbul


b. Data obyektif :
1) Pasieb makan habis 2 sendok/hari
2) Pasien mual muntah
3) Pasien disibin, BAB dan memenuhi keperluan sehari-hari dibantu perawat
4) Pasien terbaring di atas tempat tidur
5) TD : 128/89 mmHG
6) N : 154 x/menit
7) RR : 34 x/menit
8) S : 36C
9) Pernafasan cepat dan dangkal
B. Analisa Data
N
o
1.

3.

4.

Data Fokus
DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO: TD : 128/89 mmHG
N : 154 x/menit
RR : 34 x/menit
S : 36C

Pernafasan cepat dan dangkal


terpaang O2 3 l/m
DS : P : Pasien mengatakan nyeri saat
miring
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri di daerah
dada
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
DO: Pasien tampak menahan nyeri
DS :
DO:
Pasien makan habis 2
sendok/hari
Pasien mual muntah 3 x
Pasien tampak lemah
DS :
DO :
Keperluan sehari-hari
pasien dibantu perawat
Pasien tampak lemah
Pasien terbaring di atas tempat tidur

Etiologi
Penurunan
O2

Problem

suplay Pola
pernafasan
tidak efektif

Kekurangan
Nyeri (akut)
O2 pada
arteri
coronaria

Intake yang tidak Perubahan


nutrisi
adekuat
kurang
dari
kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas

10

C. Diagnosa Keperawatan
1.

Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplay


oksigen.

2.

Nyeri (akut) berhubungan dengan kekurangan oksigen pada arteri koronaria

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat.

4.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
1. Pola pernafasan tidak
efektif berhubungan
dengan
penurunan
suplay oksigen.

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
a.
keperawatan selama 3 x 24 jam b.
sesak nafas berkurang atau
c.
hilang.
d.
Kriteria hasil :
e.
a. Kecepatan pernafasan 16-20
x/menit
b. Tidak merasakan sesak nafas
2. Nyeri (akut)
Setelah dilakukan tindakan
a.
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam b.
c.
kekurangan oksigen
nyeri dada berkurang atau
pada arteri koronaria hilang.
d.
Kriteria hasil :
a. Skala nyeri 2-3
b. Wajah pasien tampak rileks
c. Tidak tampak menahan nyeri e.

Intervensi
Kaji pola tanda-tanda vital
Observasi keadaan umum
pasien
Posisikan pasien semi fowler
Pertahankan O2 3 l/menit
Berikan obat sesuai program

Kaji tanda-tanda vital


Kaji karakteristik nyeri
Bantu melakukan tehnik
relaksasi, nafas dalam
Berikan lingkungan yang
tenang,aktivitas perlahan
dan tindakan yang nyaman
Kolaborasi
obat
sesuai
indikasi

3. Perubahan nutrisi
Setelah dilakukan asuhan
a. Kaji status nutrisi
kurang dari
keperawatan selama 3 x 24 jam b. Berikan makan yang disukai
pasien
dalam
batas
kebutuhan tubuh
nutrisi terpenuhi
toleransi
berhubungan dengan Kriteria hasil :
intake yang tidak
a. Tidak terjadi penurunan BB c. Ajarkan makan sedikit tapi
sering
b. Makan habis 1 porsi
adekuat.
d. Berikan makan yang menarik
perhatian
e. Kolaborasi dengan dokter
pemberian fungsi obat
4. Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan asuhan
Kaji tingkat ketergantungan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam
pasien
Dekatkan alat atau barang
kelemahan fisik.
ADL terpenuhi secara mandiri

11

Kriteria hasil :
Keadaan umum baik
ADL terpenuhi secara mandiri

yang dibutuhkan pasien


Libatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL saat
waktu kunjungan

E. Implementasi
Dx
I
I

Implementasi
Mengkaji tanda-tanda vital
Mengobservasi KU pasien

I
II

Memberikan posisi semifowler


Mengkaji karakteristik nyeri

II

III

Memberikan infus NaCl + 1 ml


raivas dobuject 7 cc/jam
Memberikan O23lt/menit
Memberi injeksi : kalmoxilin 1
gr/8jam , Remopain 1 ml/8 jam
Mengkaji status nutrisi

IV

IV

IV

II

II

III

III

Respon
TD : 128/89 mmHg
N : 154 x/menit
Rr : 34 x/menit
S : 36C
KU : sedang
Pasien tampak nyaman
P : Pasien mengatakan nyeri
saat miring
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri di
daerah dada
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
Pasien kooperatif
Pasien tampak nyaman
Pasien kooperatif

Pasien makan habis 2 sendok


Nafsu makan menurun
Mual dan muntah
Mengkaji tingkat ketergantungan
Pasien dibantu dalam pemenuhan
pasien
ADL oleh perawat
Mendekatkan alat atau barang yang Pasien kooperatif dan senang
dibutuhkan
Melibatkan keluarga dalam
Keluarga tampak kooperatif
pemenuhan ADL pada waktu
kunjungan
Memberikan obat oral: cordaron 3 Pasien mau minum obat
x 200 mg nexium 1 x 20 mg
Membantu melakukan teknk
Pasien kooperatif
relakssi nafas dalam
Memberikan lingkungan yang
Pasien tampak nyaman
tenang aktivitas perlahan
Memberikan makan yang disukai
Pasien mau makan
pasien
Mengajarkan makan sedikit tapi
Pasien kooperatif

12

III

sering
Memberikan makanan yang
menarik perhatian pasien
Memberikan terapi injeksi Rantin
2 ml/12 jam
Memberikan terapi injeksi piralen
2 ml
Membeikan obat oral Trizedon 2 x
35 mg Cordaron 3 x 200 mg
Memberikan terapi injeksi
kalmoxilin 1 gr/8 jam
Remopain 1 ml/8 jam

Pasien senang
Pasien kooperatif
Obat masuk melalui selang IV
Pasien kooperatif
Pasien kooperatif

F. Evaluasi
No. Dx
I

II

III

Evaluasi
S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
O : Terpaang O2 3 l/menit
TD : 126/87 mmHg
N ; 94 x/menit
R : 24 x/menit
S
: 36,2C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Pertahankan O2

Pertahankan posisi semi fowler


S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
O : Wajah tampak rileks
P : Nyeri dirasakan saat pasien posisi miring
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada bagian dada
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri hilang timbul
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Lanjutkan teknik relaksasi

Fx injeksi analgetik
S :
O : Pasien makan habis porsi
Mual muntah hilang
KU : sedang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

13

IV

Berikan makan yang hangat


S :
O : Tampak ADL masih dibantu perawat
KU : sedang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Bantu dapatkan alat

Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADl

14

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark mioakard adalah suatu keadan ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan
oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan
kematian jaringan yang ireversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya
trombus, dan berdasarkan penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari.
Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
MCI apabila tidak segera di tangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat
menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat
menyebabkan kematian, dan apabila MCI sembuh akan terbentuk jaringan parut yang
menggantikan sel-sel miokardium yang mati, apabila jaringan parut yang cukup luas
maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah
sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan medis
dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak
diinginkan.
B. Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan Infark Miokard.

15

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius; Jakarta

16

You might also like