You are on page 1of 1

Senin, 22 Desember 2008 17:08 WIB

BLT tidak Cocok untuk Entaskan Kemiskinan


MALANG--MI: Ketua Yayasan Damandiri, Prof. Dr. Haryono Suyono menilai,
bantuan langsung tunai (BLT) yang digulirkan pemerintah untuk masyarakat kurang
mampu, tidak cocok jika dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan.
Banyak program pemerintah yang tidak efektif untuk mengentaskan kemiskinan di
negeri ini, seperti sekolah gratis dan kesehatan gratis. Bahkan BLT sebagai
kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), katanya ketika berbicara
dalam Seminar Nasional Pendidikan Damai di Universitas Negeri Malang (UM),
Senin (22/12).
Menurut guru besar Unair Surabaya itu, sekarang ini pemerintah lebih senang mencari
orang sakit melalui jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), ketimbang
memberikan contoh tindakan preventif melalui program Jumat bersih atau senam
kesehatan jasmani (SKJ) yang dulu menjadi prioritas.
Penanganan pengentasan kemiskinan, katanya, pemerintah tidak perlu menggelontor
masyarakat dengan program-program yang serba gratis atau bantuan uang seperti
BLT, tetapi dicari solusi yang bisa digunakan untuk menyambung hidup selamanya.
Mantan menteri BKKBN itu mengatakan, proses pengembangan usaha yang cerdas
dan terampil menciptakan sesuatu yang baru itu, lebih penting ketimbang memberikan
fasilitas serba gratis apalagi bantuan uang tunai.
Bila perlu, kata Haryono, ada pendidikan khusus yang menghasilkan inovasi-invasi
baru dan kewirausahaan, agar masyarakat kurang mampu tidak hanya
menggantungkan kucuran dana instan serta program-program gratis saja.
Bagaimanapun juga keuangan pemerintah ada batasnya, terus sampai kapan
pemerintah bisa bertahan dengan program-program gratisnya dan dari mana keuangan
negara untuk menopang kebutuhan keuangan, agar program layanan gratis tetap
berjalan, katanya menegaskan.
Sementara dalam makalahnya yang berjul Pendidikan Damai Dalam Perspektif
Millennium Development Goals (MDGs) Haryono Suyono, mengemukakan, delapan
sasaran dalam MDGs intinya juga pada upaya menghilangkan kemiskinan, termasuk
pencapaian pendidikan dasar umum secara tuntas.
Penempatan manusia sebagai titik sentral pembangunan, katanya, akan memiliki daya
ungkit yang tinggi dan itu sesuai dengan pola pendidikan damai yang secara tidak
langsung, juga seiring dengan delapan sasaran MDGs yang ingin dicapai. (Ant/OL01)
Sumber: Media Indonesia Online

You might also like