You are on page 1of 3

Antara Cinta dan Pengorbanan

Ada seorang laki-laki tua yang sangat taat beribadah kepada Allah SWT. Pada suatu
masa, ia merasa terkejut bercampur sedih ketika putra yang sangat ia cintai dan sayangi
diperintahkan untuk disembelih. Perintah tersebut berasal dari Zat yang Agung dan sangat ia
taati, yaitu Rabbul Alamin.
Lelaki tua itu tidak lain adalah Ibrahim AS dan anaknya, Ismail AS. Keduanya adalah
nabi utusan Allah SWT. Sepanjang hidupnya, Ibrahim AS terkenal sebagai orang yang tidak
pernah mengabaikan perintah Tuhan-Nya. Namun, perintah Allah kali itu terasa sangat berat
dan susah untuk dilaksanakan. Betapa tidak, anak semata wayang yang sudah lama
dinantikan kehadirannya tiba-tiba diperintahkan untuk dikorbankannya. Terjadilah dialog
antara ayah dan anak yang kemudian diabadikan dalam Alquran. Kata Ibrahim, ''Anakku, aku
bermimpi diperintah Allah untuk menyembelihmu, maka renungkanlah baik-baik kemudian
berikan jawabanmu!''
Dengan tenang Ismail pun menjawab, ''Ayah, laksanakanlah perintah itu dengan penuh
ketaatan, insya Allah aku termasuk orang-orang yang bersabar.'' Namun, dengan ketaatan
keduanya, Allah SWT ternyata justru mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut dengan
menyelamatkan Ismail dan menggantikannya dengan domba yang sehat dan gemuk.
Ada dua pesan yang dapat ditangkap dari kisah di atas.
Pertama, kepasrahan Ibrahim dan Ismail adalah bukti penyerahan diri secara total
kepada Tuhan yang Maha Memiliki segalanya. Kita sebagai manusia seharusnya menyadari
bahwa semua yang kita miliki sekadar titipan dan pasti akan kembali. Harta, jabatan, anak,
istri, dan bahkan nyawa sekalipun tidak akan selamanya abadi. Hanya Allah SWT yang kekal
dan abadi. Firman-Nya, ''.... Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah
segala keputusan, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.'' (QS 28: 88).
Kedua, peristiwa tersebut mengandung makna pengorbanan yang sangat besar, di mana
seorang ayah dengan tegar dan ikhlas mau mengorbankan putra kesayangannya. Tentunya
kisah ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Pengorbanan adalah bukti dari rasa cinta.
Dengan pengorbanan kita berusaha belajar mengikis rasa kikir pada diri sendiri, dan itu dapat
dibuktikan dengan mau berbagi dengan saudara (orang lain) yang memerlukannya.
Kita sering tidak menyadari bahwa rasa cinta kepada Allah SWT juga memerlukan
pengorbanan. Yaitu, ikhlas memberikan apa yang paling kita cintai. Allah SWT berfirman,
''Kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan kebajikan yang sempurna sebelum kamu
menafkahkan dari sesuatu yang kamu cintai, sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya.'' (Al-
Imran: 92). Orang yang mampu berbagi tapi kemudian menyembunyikan nikmat itu, maka
Allah akan memberikan hukuman bagi mereka. Firman-Nya, ''Orang-orang yang kikir dan
menyuruh orang lain berbuat kikir serta orang-orang yang menyembunyikan karunia Allah
yang telah diberikannya kepada mereka, kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir
(nikmat) siksa yang menghinakan.'' (An-Nisa': 37).

Artikel 1
Mencintai yang Lemah
Rasulullah bersabda, ''Carilah aku di antara orang-orang lemah kalian. Sesungguhnya
kalian diberi rezeki dan kemenangan karena orang-orang lemah kalian'' (HR. Abu Daud).
Orang lemah yang dimaksud adalah mereka yang tak berdaya karena suatu musibah. Atau,
mereka yang fakir miskin, anak telantar, dan yang terzalimi, baik disebabkan ketidakadilan
atau berjuang di jalan Allah.
Rasulullah sangat menekankan menolong serta membantu orang-orang seperti mereka.
Di antara mereka itulah umat Islam bisa menjumpai kebaikan, rezeki, dan kemenangan. Kata
beliau, ''Sesungguhnya Allah telah memenangkan umat ini dengan adanya kaum dhu'afa,
karena doa-doa, shalat, dan keikhlasan mereka.'' (HR An Nasai'i).
Tak hanya menolong, Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Al-Hasan juga
menganjurkan mencintai orang lemah, terutama fakir miskin, layaknya mencintai diri sendiri.
''Cintailah (kasihinilah) fakir miskin umatku sebab sesungguhnya mereka memiliki negara
kelak pada hari kiamat,'' sabda beliau.
Dalam hadis lain riwayat Al Hasan disampaikan pula bahwasanya Rasullullah SAW
bersabda, ''Banyak-banyaklah mengenal fakir miskin dan bantulah mereka, sesungguhnya
mereka memiliki negara.'' Para sahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apa gerangan negara
mereka?'' Beliau menjawab, ''Jika kelak di hari kiamat diserukan (pada fakir miskin), lihatlah
orang yang pernah memberi kalian makan (meski) pecahan-pecahan roti, meminumi kalian
meski hanya seteguk, dan memberi pakaian kalian meski hanya sehelai baju, lalu gandenglah
tangannya dan berlalulah ke surga.''
Seberapa pun pertolongan dan bantuan yang kita berikan bila diniatkan ikhlas mencari
ridha Allah, maka Allah akan membalasnya dengan pahala yang berlipat. Tak terbatas pada
individu, tapi juga kelompok, organisasi, lembaga, termasuk pemerintah. Bahkan yang
terakhir ini, perannya sangat penting, karena merekalah (pejabat negara) yang bisa
mengoordinasi, mengatur, memelihara, memperhatikan kebutuhan warganya tepat sasaran,
sempurna, dan berkesinambungan.
Maka, jabatan pemerintahan harus difungsikan sebenar-benarnya demi memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan rakyat. Jabatan adalah amanah yang harus ditunaikan. Ketika
negara (pemerintah) menunaikan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, kewajiban
yang lain (rakyat) untuk membantunya. Dengan begitu akan terjadi bahu-membahu, tolong-
menolong antara rakyat dan pemimpinnya. Dan dari sinilah akan tercipta persaudaraan yang
hakiki.
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, ''Rasullulah SAW bersabda, 'Sesama
Muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya dan jangan mendiamkannya.
Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikan
kepentingannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan sesama Muslim, niscaya Allah
akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya di hari kiamat. Siapa saja yang
menutupi kejelekan seorang Muslim, Allah akan menutupi kejelekannya pada hari kiamat'.''
(HR. Bukhari-Muslim).

Artikel 2
Hakikat Dunia
Sahabat yang mulia, Jabir bin Abdullah, mengabarkan bahwa Rasulullah pernah
melewati sebuah pasar hingga kemudian banyak orang yang mengelilinginya. Sesaat
kemudian beliau melihat bangkai anak kambing yang cacat telinganya. Beliau mengambil
dan memegang telinga kambing itu seraya bersabda, ''Siapa di antara kalian yang mau
memiliki anak kambing ini dengan harga satu dirham.'' Para sahabat menjawab, ''Kami tidak
mau anak kambing itu menjadi milik kami walau dengan harga murah, lagi pula apa yang
dapat kami perbuat dengan bangkai ini?'' Kemudian Rasulullah berkata lagi, ''Apakah kalian
suka anak kambing ini menjadi milik kalian?'' Mereka menjawab, ''Demi Allah, seandainya
anak kambing ini hidup, maka ia cacat telinganya. Apalagi dalam keadaan mati.'' Mendengar
pernyataan mereka, Nabi bersabda, ''Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina
bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini untuk kalian.'' (HR Muslim).
Pada suatu waktu, Rasulullah memegang pundak Abdullah bin Umar. Beliau berpesan,
''Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan
(musafir).'' Abdullah menyimak dengan khidmat pesan itu dan memberikan nasihat kepada
sahabatnya yang lain. ''Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menanti
datangnya pagi. Sebaliknya, bila engkau berada di pagi hari, janganlah engkau menanti
datangnya sore. Ambillah (manfaatkanlah) waktu sehatmu sebelum engkau terbaring sakit,
dan gunakanlah masa hidupmu untuk beramal sebelum datangnya kematianmu.'' (HR
Bukhori).
Allah SWT berpesan pada pelbagai ayat tentang hakikat, kedudukan, dan sifat dunia
yang memiliki nilai rendah, hina, dan bersifat fana. Dalam surat Faathir ayat 5, Allah
menekankan bahwa janji-Nya adalah benar. Dan, setiap manusia janganlah sekali-kali
teperdaya dengan kehidupan dunia dan tertipu oleh pekerjaan setan.
Di ayat lain dalam surat Al-Hadid ayat 20, Allah berfirman, ''Ketahuilah bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya
harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
''Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai
air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan
di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin.
Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS Al-Kahfi: 45).

Artikel 3

You might also like