You are on page 1of 5

Teks Khutbah Idul Adha 1429 H

Beribadah Kepada Allah SWT dengan Total


sebagai wujud Keteladanan & Keteguhan
Nabiyullah Ibrahim AS

Masjid Nurul Ikhlas Kota Baru


08 Desember 2008 M / 10 Zulhijjah 1429 H
Hari Isnin









9




.




.


Hadirin sidang sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah
Pada pagi yang berbahagia ini, sembari bertakbir menyebut Asma Allah. kita kembali diingatkan
oleh Allah untuk meneladani perjuangan dan ketabahan nabi Ibrahim yang telah diabadikan
dalam Al-Quran. Sejarah rasul yang berjuluk kekasih Allah (Kholilullah) ini , ditulis dengan tinta
emas di dalam buku-buku sejarah. Sikap tabah dan teguhnya dalam menjalankan perintah
Allah, telah menjadikan nabi Ibrahim sebagai panutan umat sepanjang zaman.
Pernyataan adanya keteladanan Nabiyullah Ibrahim ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya,
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan-nya (QS. Al-Mumtahanah : 4)
Sementara, tentang keharuman namanya sepanjang zaman, pun Allah telah menuturkan dalam
firman-Nya,
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian. (QS. As-Shofat : 108)
Dalam dua ayat ini, sangat jelas bahwa, ternyata Allah sedemikian memuliakan Nabi Ibrahim.
Sehingga Beliaulah yang menjadi bapak para Nabi. Lalu mengapakah Allah demikian
memuliakannya? Apakah karena keturunannya, ataukah karena hartanya, atau kan karena
kekuatannya, keperkasaannya? Ah, ternyata bukan. Rupanya Ibrahim dikenang hingga khir
zaman karena keteguhannya memegang amanah Allah, dan kerelaannya mengorbankan
segala miliknya demi Allah SWT.
Hadirin jamaah Idul Adha rahimakumullah
Sejarah hidup Nabi Ibrahim adalah sejarah manusia yang sukses dalam menjalani hidup, meski
ia berangkat dari nol. Sukses berdakwah dalam kondisi sulit dan sukses menjaga amanah
ketika
telah
mulai
memanen
hasil
jerih
keringat
dakwahnya.
Ia memulai Dakwah sebagai seseorang yang harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim
dan kuat. Harus melewati hukuman yang berat dan ak memungkinkannya selamat, kecuali atas
izin Allah, SWT.
Setia menjaga isterinya yang sedang mengandung keturunannya, menemaninya hingga ke
sebuah tempat yang sangat jauh dari daerahnya semula. Menjalani kehidupan dengan normal
dan tetap menyerukan ayat-ayat Allah dengan bijaksana, agar umatnya tak kembali lagi ke jalan
yang tak di ridhoi Allah.

Akan tetapi saudara-saudara sekalian, bagi Nabi Ibrahim, cobaan yang demikian rupanya
belumlah seberapa ternyata, cobaan terberatnya adalah ketika ia harus merelakan
putera tercintanya Ismail, untuk dikorbankan, kepada Allah dengan cara disembelih. Putera
yang beberapa waktu setelah kelahirannya segera ditinggalkan untuk memenuhi seruan Allah
SWT. Kerelaan Nabiyullah Ibrahim untuk menyembelih puteranya inilah yang terus kita peringati
hingga sekarang sebagai Idul Adha atau Idul Qurban.

Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Dalam konteks sekarang ini, pengorbanan Nabi Ibrahim tersebut harus tetap kita apresiasikan.
Baik dalam bentuk ubudiyah mahdohnya dengan menjalankan haji bagi yang mampu serta
berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki cukup kelebihan harta untuk
melaksanakannya. Bahkan Rasulullah saw memerintahkan berkurban dengan bahasa yang
tegas dan lugas bahkan disertai ancaman. Ancaman untuk tidak dekat-dekat dengan tempat
shalat atau dengan istilah lain tidak diakui menjadi umat Nabi Muhammad SAW.




Dari Abu Hurairah ra., nabi Muhammad saw bersabda, Barang siapa yang mempunyai
kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri (mendekati) tempat
shalat kami. (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).
Berkurban tidak sekedar mengalirkan darah binatang ternak, tidak hanya memotong hewan
kurban, namun lebih dari itu, berkurban berarti ketundukan total terhadap perintah-perintah
Allah swt dan sikap menghindar dari hal-hal yang dilarang-Nya.
Allah swt ingin menguji hamba-hamba-Nya dengan suatu perintah, apakah ia dengan berbaik
sangka kepada-Nya dan karenanya melaksanakan dengan baik tanpa ragu-ragu? Laksana
Nabiyullah Ibrahim Alaihi Salam.
Berkurban adalah berarti wujud ketaatan dan peribadatan seseorang, dan karenanya seluruh
sisi kehidupan seseorang bisa menjadi manifestasi sikap berkurban
Namun demikian, kita juga harus senantiasa menginterpretasikan keteguhan ketaatan dan
katabahan dalam kisah nabi Ibrahim tersebut zaman kita hidup saat ini. Ketabahan Ibrahim
untuk merelakan puteranya dapat kita wujudkan dalam kerelaan kita untuk berbagi
kebahagiaan dengan para tetangga, lingkungan dan saudara-saudara umat Islam lainnya di
manapun mereka berada. Sebagaimana pula mereka yang berhaji, juga memiliki kegiatan
penyembelihan hewan kurban.
Dari sini menjadi jelas bahwa, syariat Allah yang telah dilaksanakan sejak zaman nabi Ibrahim
ini memiliki manfaat yang sedemikian luas hingga ke seluruh penjuru jagad. Baik manfaat
secara ekonomi, sosial maupun kebudayaan.

Mereka yang berhaji di tanah suci terlibat secara universal dengan umat Islam di seluruh dunia,
Mereka yang dikaruniai kesempatan berhaji merupakan duta umat Islam dari seluruh pelosok
dunia. Mereka menunjukkan kepada umat lain, akan persatuan dan persaudaraan umat Islam

Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Berkurban juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan memotong kemauan syahwat yang
selalu menyuruh kepada kemunkaran dan kejahatan.Seandainya sikap menyembelih hawa
nafsu ini dimiliki oleh umat Islam, subhanallah, umat Islam akan maju dalam segalanya. Betapa
tidak, bagi yang berprofesi sebagai guru, ia berkurban dengan ilmunya. Pengusaha ia
berkurban dengan bisnisnya yang fair dan halal. Politisi ia berkurban demi kemaslahatan umum

dan bukan kelompoknya. Pemimpin ia berkurban untuk kemajuan rakyat dan bangsanya bukan
untuk pribadinya dan begitu seterusnya.
Kita berani menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan dengan kemauan kelompok, atau
keinginan pribadi yang bertentangan dengan syariat. Bahkan kemauan kelompok namun
bertentangan dengan perintah Allah swt. Dengan semangat ini, bentuk-bentuk kejahatan akan
bisa diminimalisir bahkan dihilangkan di bumi pertiwi ini.
Karena itu Allah swt menegaskan dalam firman-Nya,
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya
untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj:37)

Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Pada Hari Raya Qurban ini Marilah kita jujur, Apakah kita telah memiliki ketaatan total kepada
Allah dan Rasul-Nya? Sudahkah kita mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya dalam setiap perintah
dan larangan-Nya?
Ketika Allah memerintahkan kita shalat, kita segera melaksanakannya. Ketika memerintahkan
kita berpuasa, kita juga segera melaksanakannya. Ketika kita dilarang memakan Babi, kita pun
segera meninggalkannya. Lalu, mengapa ketika Allah memerintahkan kita untuk menerapkan
hukum-hukum-Nya, kita abai? Mengapa ketika Allah memerintahkan kita melaksanakan sistem
ekonomi berdasarkan hukum-hukum-Nya, kita tidak menunaikannya? Begitu pun ketika Allah
memerintahkan kita melaksanakan sistem pemerintahan berdasarkan hukum-hukum-Nya, kita
tidak melaksanakannya? Bukankah kita tahu, bahwa hanya dengan hukum-hukum-Nya
kehidupan kita akan menjadi lebih baik, dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat?
Mengapa dan mengapa, seruan-seruan Allah itu tidak segera dilaksanakan? Di manakah
ketataan total kita kepada Allah SWT, yang menciptakan kita, dan yang menghidupkan dan
mematikan kita? Layak kah dengan sikap seperti itu kita mendambakan kemuliaan dan
kehormatan. Layak kah dengan sikap seperti itu, kita menjadi umat yang disegani oleh kawan
dan lawan? Bukankah dengan sikap seperti itu, kita justru telah menghinakan diri kita sendiri.
Mari kita lihat dengan pandangan kita sendiri dengan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya
dan semua bidang kehidupan umat Islam saat ini. Semuanya dalam kondisi yang terpuruk.
Kehidupan dikuasai, dikontrol, disetir dan dijajah oleh musuh-musuh. Kita hanya jadi pengekor
yang tunduk dan patuh kepada orang-orang Kafir penjajah. Lihatlah, berapa ratus triliun rupiah
telah dihabiskan untuk melaksanakan sistem demokrasi, yang nyatanya tidak membawa
kebaikan bagi kehidupan kita. Lihatlah ide-ide liberalisme, sekularisme, kapitalisme, dan segala
isme-isme yang lain, yang jelas bertentangan dengan Islam, justru diterapkan oleh umat ini,
karena mengekor orang-orang Kafir penjajah? Kita rela tunduk dan patuh kepada musuh Allah,
Rasul-Nya dan orang Mukmin, sebaliknya rela mengkhianati Allah SWT dan Rasul-Nya. Tapi,
lihatlah apa yang terjadi di Palestina, Irak, Afghanistan, Kashmir, Moro, Pattani dan tempat
lainnya menjadi bukti. Yang lebih menyedihkan lagi adalah kita masih tetap bergelimang dalam
murka-Nya, karena dosa-dosa kita. Inilah kondisi terburuk umat Islam sepanjang sejarah.

Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Marilah kita tengok kondisi kaum Muslim di dalam negeri. Di negeri yang mayoritas
penduduknya Muslim ini, hanya tersisa banyaknya jumlah saja. Apa yang tersisa dari identitas
Islam kita, kalau melarang pornografi dan pornoaksi saja tidak bisa? Orang menikah dengan
cara yang sah diteriaki, dihujat dan dikriminalkan; sementara orang yang berzina dan kumpul
kebo dibiarkan. Ketika anak dibawah umur menikah dengan sah ketika orang poligami dengan

sah, dipersoalkan karena dianggap mengambil haknya sebagai anak dan hak sebagai istri,
tetapi ketika seorang perempuan rela hidup serumah tanpa tali pernikahan, tidak pernah
dikatakan dilanggar hak keperempuan, hak keisterian dan hak pernikahannya. Belum lagi
problem kemaksiatan lain, seperti korupsi bersama yang dilakukan dengan tidak tanggungtanggung oleh oknum-oknum yang kononnya terhormat, pembunuhan tanpa hak, perjudian,
narkoba, suap, pemurtadan, praktik ekonomi ribawi, politik oportunistik yang tumbuh sebagai
kejahatan sistemik. Seolah kita pun tidak takut lagi, bahwa fitnah dan ujian itu akan menyapu
bersih siapa pun yang hidup di negeri penuh maksiat, tanpa kecuali, sebagaimana yang
diingatkan oleh Allah:
Takutlah kalian terhadap fitnah yang sekali-kali tidak hanya akan menimpa orang yang zalim di
antara kalian saja. Ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Keras siksa-Nya.
Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Kini Allah memanggil kita, menuntut ketaatan total kita kepada-Nya. Ketaatan itu menuntut kita
untuk berkorban; mengorbankan apa saja yang kita miliki demi menggapai ridha-Nya. Hanya
dengan pengorbanan demi ketaatan itulah, kita akan meraih kembali kemuliaan hidup kita, baik
di dunia maupun di akhirat. Inilah saatnya kita berkorban. Tampil ke depan membawa panjipanji Islam. Berjuang dengan segenap daya dan kemampuan menyonsong kemengan yang
dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hari ini kita diperintahkan berkurban, yang semestinya
menjadi ibrah, dalam memberikan pengorbanan kita yang lain. Tidak hanya berhenti pada
penyembelihan kambing, sapi, atau unta. Namun pengorbanan harta, waktu, jiwa dan raga kita
demi tegaknya agama Allah di muka bumi. Ingatlah, wahai kaum Muslim, bahwa untuk itulah
Nabi bersumpah tidak akan pernah mundur walau selangkah, sampai Islam menang atau
baginda saw. binasa:



Demi Allah, andai saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di
tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka demi Allah,
sampai urusan (agama) itu dimenangkan oleh Allah, atau aku binasa di jalannya, aku tetap
tidak akan meninggalkannya. (Hr. Ibn Hisyam)
Semoga pada hari yang berbahagia ini kita dapat bersama-sama menikmati karunia Allah
dengan penuh suka cita dan rasa kasih sayang untuk mensyukuri nikmat Allah bersama-sama.
Semoga para tetangga kita dapat turut menikmati kebahagiaan kita sebagaimana kita juga
dapat turut menikmati kebahagiaan mereka dalam jalan yang diridhoi Allah SWT.
semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa kita dan melimpahkan seluruh kasih sayangnya
kepada kita sekalian, sehingga tercukupi segala hajat kita. agar dapat mengabdi dan beribadah
kepada Allah secara total dengan lebih sempurna. Amin Allahumma Amin

. .
. . .

You might also like