Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing
Nama Mahasiswa
NIM
: G99151049
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Herpes Genital adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simplek tipe II walaupun juga bisa disebabkan oleh VHS tipe I. 1 Infeksi
Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan
kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Herpes
simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi
ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif
di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang
terinfeksi.2.3.4
VHS merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili
Herpesviridae, mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten
dalam sel hospes setelah infeksi primer.2 Virus tersebut tetap mempunyai
kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi
infeksi yang berulang.2,5
Pada beberapa keadaan seperti adanya trauma lokal, menstruasi, stres
emosi, demam, dan paparan sinar ultraviolet, VHS ini mengalami reaktivasi,
secara axonal kembali ke mukokutan dan memberikan gambaran klinis
sebagai infeksi rekuren.2,4
2. ETIOLOGI
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang tergolong virus
DNA.2 Pembagian virus tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan
pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis.2,4
3. PATOFISIOLOGI
Infeksi virus VHS berlangsung dalam 3 tingkat
Infeksi primer
Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi
didaerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital, juga dapat
menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.4
Daerah predileksi ini sering kacau karena hubungan seksual
seperti oro-genital, sehingga herpes yang timbul didaerah genital
terkadang disebabkan oleh herpes tipe I dan berlaku pula
sebaliknya pada infeksi primer biasanya berlangsung 3 minggu dan
lebih berat dengan disertai gejala sistemik seperti demam, malese
dan anoreksia.4 Kelainan klinis yang dijumpai biasanya berupa
vesikel yang berkelompok berisi cairan jernih yang menjadi
sepopurulen, dapat juga menjadi krusta atau mengalami ulserasi
yang dangkal yang biasanya sembuh tanpa sikatrik. Infeksi
sekunder dapat terjadi sehingga memberikan gambaran yang tidak
jelas, umumnya pada orang dengan imunnosupressan atau dengan
HIV-AIDS.1,4
Fase laten
Dalam fase ini pada penderita tidak ditemukan gejala klinis
tetapi VHS dapat ditemukan pada ganglion basalis dalam keadaan
tidak aktif.4
Infeksi rekuren
Pada fase rekuren virus VHS yang dalam keadaan tidak aktif
di ganglion basalis menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
timbul gejala klinis.2 Mekanisme yang memacu aktifnya virus VHS
dapat disebabkan oleh demam, infeksi, kurang tidur, hubungan
biasanya lebih parah dan ditandai dengan gejala sistemik, dan mempunyai
resiko lebih tinggi terhadap komplikasi daripada episode rekuren.2,4
Gambaran klinis HG primer dan HG rekuren sangat berbeda. Pada
infeksi primer disertai dengan adanya gejala sistemik (demam, nyeri kepala,
malaise dan myalgia), durasi penyakit lebih lama (bisa sampai 20 hari), lesi
genital yang multipel dan disertai lesi ektragenital. 6 Gejala lokal antara lain:
nyeri, gatal, disuria, discar uretra atau vagina, dan pembengkakan limfonodi
inguinal. Lesi klasik dimulai dengan makula dan papul yang berkembang
menjadi vesikel, pustul dan ulkus. Kulit akan menjadi krusta sedangkan pada
mukosa terjadi ulkus dangkal. Penderita yang mengalami infeksi primer (baik
infeksi VHS I atau VHS II) mengalami gejala penyakit yang lebih berat
dibandingkan yang secara klinis ataupun serologis telah terinfeksi VHS
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada infeksi berikutnya sudah
terbentuk antibodi spesifik dan infeksi VHS I dapat memberikan proteksi
parsial terhadap infeksi VHS.6
Gambaran klinis herpes genitalis rekuren lebih terlokalisasi di genital
area. Gejala nyeri, gatal lebih ringan dibandingkan pada infeksi primer. Pada
infeksi rekuren, 90% didahului adanya gejala prodromal sebelum timbul
erupsi. Gejala prodromal hanya berupa rasa gatal selama 0,5 sampai 48 jam,
akan tetapi dapat pula disertai nyeri menusuk pada pantat, paha dan pinggang
yang dapat berlangsung 1-5 hari sebelum timbul erupsi.3,5,6
6. KLASIFIKASI
A. HERPES OROFASIAL
Infeksi primer
Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada beberapa
keadaan menimbulkan manifestasi berat di daerah oral disebut
gingivostomatitis herpetika primer.5
Gingivostomatitis herpetika
Infeksi rekuren
Herpes simpleks labialis (cold sore/fever blisters) adalah bentuk
herpes orofasial rekuren yang paling sering terjadi, berupa vesikelvesikel pada batas luar vermilion dan kulit sekitarnya. 5 Gejala dimulai
dengan rasa perih diikuti oleh timbulnya vesikel berkelompok dalam
7. DIAGNOSIS BANDING
Ulkus genital dapat disebabkan oleh Herpes Simplek, Chancroid dan
Sifilis. Untuk membedakan penyebab ulkus dapat dilihat dari anamnesis,
klinis dan pemeriksaan penunjang.8 Pada Herpes Simplek klinis biasanya
bermula dari vesikel kecil yang berkelompok atau luka dangkal, nyeri bisa
dengan riwayat rekuren atau tidak. 8,9 Chancroid atau yang biasa disebut ulkus
mole bermula dari ulkus multiple yang nyeri, lunak tepi irregular, dasar kotor,
tepi tidak teratur, pada pinggir ulkus terjadi peninggian. 4,9 Sifilis atau ulkus
durum mempunyai awal lesi soliter yang keras dan tidak nyeri dasar bersih
dan mempunyai tepi yang rata. 9
Angka prevalensi relatif kuman penyebab ulkus genitalis bervariasi,
dan sangat dipengaruhi lokasi geogafis. Setiap saat angka ini dapat berubah
dari waktu ke waktu. Secara klinis diagnosis banding ulkus genitalia tidak
selalu tepat, terutama bila ditemukan beberapa penyebab secara bersamaan.
Manifestasi klinis dan bentuk ulkus genital sering berubah akibat infeksi
HIV.9 Saat ini sering dijumpai ulkus genitalis bersamaan dengan infeksi HIV,
yang menyebabkan manifestasi klinis berbagai ulkus tersebut menjadi tidak
spesifik. Ulkus karena sifilis stadium 1 maupun herpes genitalis menjadi tidak
khas; chancroid menunjukkan ulkus yang lebih luas, berkembang secara
agresif, disertai gejala sistemik demam dan menggigil; lesi herpes genitalis
mungkin berbentuk ulkus multipel yang persisten dan lebih memerlukan
perhatian medis, berbeda dengan vesikel yang umumnya dapat sembuh
sendiri (self limiting) pada seorang yang immunokompeten. 9 (lihat bagan 1)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan bila secara klinis tidak
menunjukkan gejala dan tanda khas (klasik) apalagi pada herpes genitalis
dapat bersifat
sumber penularan. Kultur viral dan viral typing masih merupakan gold
standar dalam mendiagnosis infeksi herpes dengan spesifisitas 100% akan
tetapi sensitivitasnya tergantung dari episode infeksinya. Pada infeksi primer
sensitivitasnya 74% dan 50% pada infeksi rekuren. Sampel sebaiknya diambil
pada awal penyakit dan tidak melewati fase erupsi vesikuler. Sel yang
terinfeksi virus banyak didapatkan pada tepi dan di dasar lesi. VHS adalah
virus yang tumbuh cepat dan memperlihatkan efek sitopatik pada kultur sel
dalam 24 jam. Deteksi antigen VHS dapat dilakukan dengan metode PCR
ataupun virus
penderita
dengan
partner
dengan
riwayat
herpes.
Semua
tes
ini
10
11. PROGNOSIS
Pencegahan rekuren pada VHS masih merupakan problem sampai
sekarang yang dapat memberatkan penderita secara psikologi. Pengobatan secara
dini dan tepat memberi prognosis yang baik serta mengurangi masa penyakit
berlangsung dan rekuren yang lebih jarang.2,4
12. PENCEGAHAN
Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan
infeksi VHS. Berhubungan seksual menggunakan kondom jika tidak yakin bahwa
pasangan mengidap VHS.4
11
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. SM
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tgl pemeriksaan
: 11 September 2015
No. RM
: 01305XXX
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Luka lecet dipinggir kemaluan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lecet di vaginanya. 2
minggu sebelumnya pasien merasakan adanya plenting sebesar menir di
pinggir kemaluannya setelah kira-kira 1 minggu plenting tersebut pecah
kemudian menjadi bengkak dan nyeri. Pasien kemudian membeli obat
diapotik untuk mengurangi nyerinya. Bengkak berkurang namun pasien
masih merasakan nyeri sehingga pasien memeriksakan diri ke RSDM.
Pasien merupakan penderita B20 yang rajin minum ARV.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
-
: diakui
Pasien pernah mengalami bintil serupa
sejak 1 tahun yang lalu dibibir vaginanya.
12
Riwayat Atopi
: disangkal
Riwayat HIV
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Atopi
: disangkal
e. Riwayat Kebiasaan
-
f. Riwayat Seksual
-
Menarche
Saat ini sedang hamil
Saat ini sedang menyusui
Saat ini KB
Golongan Darah
Hubungan Seks pertama kali
Hubungan seks terakhir tanggal
Jumlah partner seks s/d sekarang
Partner seks terakhir
Orientasi seks
Penggunaan kondom
Partner sakit serupa
Partner sakit IMS lain
Partner multipartner
: 15 tahun
: tidak
: tidak
: tidak
: AB
: 16 tahun
: 1 tahun yang lalu
: 3 orang
: suami
: genital
: tidak
: tidak tahu
: tidak tahu
: tidak tahu
13
Tensi
: 125/85 mmHg
Respiration rate
: 25x/menit
Nadi
: 100x/menit
Suhu
: 36,80 C
BB
: 65 kg
TB
: 160 cm
14
2. Status Venereologis
15
Ulkus Mole
Ulkus Durum
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan KOH : ( - )
2. Pemeriksaan Gram : PMN 50-70/LPB, coccus gram (+) 70-100/LPB
16
3. Tzanck Test : ( - )
VI. DIAGNOSIS
Ulcus Genitalis ec Herpes Simplek
VII. TERAPI
A Non Medikamentosa
1
VIII. PROGNOSIS
a. Ad vitam
b. Ad sanam
c. Ad fungsionam
: bonam
: bonam
: bonam
17
DAFTAR PUSTAKA
General Medicine. Ed 8th. New york. McGraw Hill Company. 2012. p:3368-86
Pertel PE, Spear PG. Biology of Herpes Simplex. Dalam : Sexually Transmitted
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-art%202.pdf.html
Center for Disease Control and Prevention. Genital HSV Infection. Dalam : Sexually
18