You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini makin banyak makanan mengandung zat kimia yang asing (=xenos )
untuk tubuh; semua zat kimia ini disebut xenobiotik. Ia dapat dengan sengaja dipakai dalam
proses membuat makanan, tetapi juga mungkin berada dalam makanan tanpa dikehendaki.
Xenobiotik yang sering terdapat dalam makanan antara lain zat tambahan makanan
(pengawet, zat warna, penyedap rasa, dsb.), pestisida, logam berat, obat, atau zat kimia lain,
yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan kita. Strategi diversifikasi makanan juga
mendorong adanya berbagai jenis xenobiotik baru karena berkembangnya berbagai
teknologi pembuatan makanan. Jenis zat kimia tersebut berjumlah puluhan ribu. Karena zat
kimia sudah demikian erat hubungannya dengan hidup kita sehari-hari, perlu kita
mengetahui bagaimana hidup berdampingan dengannya secara aman.
Bila sebelum tahun 1950-an Toksikologi terutama bertujuan untuk menyelidiki dan
mengetahui sifat toksik suatu produk zat kimia, maka sekarang ini mempelajari Toksikologi
dimaksudkan untuk menilai keamanan suatu xenobiotik. "Keamanan" merupakan lawan
"toksikologi"; "keamanan" menentukan berapa banyak suatu zat kimia dapat dimakan
(setiap hari), dengan sengaja atau tidak, tanpa menimbulkan efek buruk pada manusia.
Penilaian keamanan xenobiotik merupakan kesibukan di berbagai laboratorium
Toksikologi. Aktivitas ini dipacu oleh adanya undang-undang dan peraturan di negara maju
yang mengharuskan semua xenobiotik, termasuk obat, dipelajari sifat-sifat toksik dan
keamanannya bagi manusia. Karena itu negara berkembang perlu juga memberlakukan
undang-undang atau yang setara guna melindungi masyarakat dari pengaruh buruk
xenobiotik. Ketidakmampuan mengenali kebutuhan ini dapat berakhir dengan kecelakaan
masal.
Untuk mempelajari toksisitas dan keamanan biasanya pertama kali dilakukan pada
hewan percobaan, terutama tikus dan mencit. Namun karena keamanan harus diartikan
"untuk manusia", maka data hewan ini perlu di-extrapolasikan ke manusia. Untuk zat kimia
jenis obat yang memang diperuntukkan manusia, maka penilaian akhir dapat dan harus
dilakukan pada manusia sendiri. Hal ini dapat dikerjakan melalui uji klinik pada manusia
1
yang sehat dan yang sakit, dan dibenarkan sesuai dengan bioetika ilmu kedokteran. Namun
penelitian pada manusia tidak boleh dilakukan bila membahayakannya. Zat tambahan
makanan yang dengan sengaja dimasukkan dalam makanan kita, misalnya dalam proses
pembuatan makanan, juga dapat dinilai secara langsung pada manusia, setelah mengalami
uji pendahuluan pada hewan coba dan dinyatakan cukup aman. Perlu dipahami bahwa
menjamin keamanan suatu xenobiotik secara tuntas tidaklah mungkin, karena pembuktian
hal yang negatif tidaklah mudah. Karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa semua tes
telah dilakukan. Sebaliknya menunggu hingga "semua" tes telah dilakukan akan
membutuhkan waktu yang tidak terhingga lamanya. Hal ini menyebabkan bahwa kita harus
dapat membuat kesimpulan dengan data yang terbatas, sehingga "aman" berarti reasonably
safe, dengan pengetahuan yang ada pada waktu itu. Perubahan penilaian tentu dapat
terjadi bila ditemukan fakta atau data lain di kemudian hari.
Untuk berbagai zat kimia yang memang dengan sengaja akan diberikan pada
manusia harus dilakukan pengujian pada manusia. Namun penggunaan manusia sebagai
"kelinci percobaan" baru dapat dilakukan setelah penilaian yang seksama pada hewan dan
dinyatakan "cukup aman". Dalam kenyataan, hampir tidak pernah terjadi kecelakaan dalam
percobaan-percobaan manusia seperti itu, karena dilakukan melalui protokol dan
pengawasan yang ketat. Bila percobaan-percobaan ini menunjukkan keamanan yang dapat
diperhitungkan untuk seluruh masyarakat, barulah ijin beredar dapat diberikan oleh Badan
Pengawas yang lazimnya dikenal dengan Food and Drug Agency. Setelah dipasarkan masih
dilakukan berbagai penelitian untuk mengkonfirmasi keamanan xenobiotik tersebut.
Untuk jenis xenobiotik yang seharusnya tidak boleh ada dalam makanan, tetapi
karena keadaan terpaksa harus kita terima, tidak dapat dilakukan penelitian prospektif
dengan memberikannya kepada sukarelawan sehat. Hal ini dianggap tidak etis. Contoh
xenobiotik seperti itu ialah : insektisida yang digunakan dalam agraria sehingga tercampur
dengan bahan makanan kita, kadmium, timah hitam, merkuri, aflatoxin, dsb. Untuk zat
sejenis ini perlu dilakukan penilaian melalui hasil percobaan pada hewan. Hal ini dikenal
dengan "extrapolasi". Kadang-kadang memang diperoleh data yang berasal dari manusia,
yaitu bila terjadi keracunan pada manusia seperti pada kasus merkuri yang terkandung dalam
ikan di Jepang, keracunan insektisida, polychlorinated biphenyls, dsb. Pada setiap musibah

2
seperti ini dapat dilakukan verifikasi terhadap asumsi berdasarkan extrapolasi dari data
hewan yang telah diperoleh sebelumnya.
Toksisitas dan keamanan xenobiotik, keduanya ditentukan oleh besarnya dosis. Jika
semakin besar dosis yang diberikan maka makin besar pula respons toksiknya. Karena itu
untuk setiap xenobiotik dan zat kimia selalu dapat ditemukan dosis yang aman dan dosis
yang toksik. Penilaian keamanan berdasarkan prinsip sederhana ini kadang-kadang sulit
ditafsirkan karena batas dosisnya tidak selalu jelas. Selain itu setiap individu mempunyai
kepekaan yang berbeda, sehingga dosis toksik individual bervariasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan xenobiotik alami?
2. Apa jenis xenobiotik alami beserta sumber dan efek toksisitasnya?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian xenobiotik alami.
2. Mengetahui jenis xenobiotik alami beserta sumber dan efek toksisitasnya.

1.4. Manfaat
Memberikan informasi serta pemahaman yang lebih mengenai xenobiotik khususnya
xenobiotik alami.

1.5 Batasan Masalah


Mengingat begitu luasnya cakupan dari xenobiotik alami maka dalam paper ini tidak
dibahas terlalu dalam mengenai perjalanan toksikologi baik farmakokinetika serta
farmakodinamika dari racun-racun yang dihasilkan dari sumber-sumber xenobiotik alami. Tidak
juga dijelaskan mengenai spesifikasi, klasifikasi, dan detail dari jenis racun yang dikandung agar
paper tidak terlalu jauh dari topik awal. Sehingga disini hanya akan disebutkan jenis racunnya
serta beberapa hal yang mendukung topic secara garis besar.

3
BAB II
ISI

2.1. Pengertian
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Jadi xenobiotik adalah
zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contohnya adalah obat-obatan, insektisida, zat
kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainya.
Selain itu xenobiotik dapat berarti suatu bahan kimia yang ditemukan dalam suatu
organisme tetapi biasanya tidak diproduksi atau diharapkan untuk hadir di dalamnya. Xenobiotik
juga dapat diartikan sebagai zat yang hadir dalam konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang
biasanya. Secara spesifik, obat-obatan seperti antibiotik dapat menjadi xenobiotik pada manusia
karena tubuh manusia tidak menghasilkan mereka sendiri, bukan pula bagian dari diet normal.
Xenobiotic Istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada organ dicangkokkan dari satu
spesies yang lain. Sebagai contoh, beberapa peneliti berharap bahwa hati dan organ lainnya dapat
ditransplantasikan dari babi ke manusia.
Berdasarkan sumbernya xenobiotik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu xenobiotik
alami dan buatan. Xenobiotik alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan
hewan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan dan hewan tersebut
untuk melawan serangan dari predatornya. Sedangkan xenobiotik buatan adalah xenobiotik yang
dibuat oleh manusia secara sintetis ataupun sampah dari suatu produksi yang dibuang
kelingkungan.

2.2 Jenis, Sumber, Dan Efek Toksisitas Xenobiotika Alami


Berdasarkan sumbernya xenobiotik alami dibagi menjadi 2 yakni:
A) Xenobiotik Dari Flora
1. Kacang merah (Phaseolus vulgaris).
Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin
(phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin. Keracunan makanan oleh
racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah dalam keadaan mentah
atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan antara lain
adalah mual,muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah dilaporkan bahwa
4
pemasakan yang kurang sempurna dapat meningkatkan toksisitas sehingga jenis
pangan ini menjadi lebih toksik daripada jika dimakan mentah. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya keracunan akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang
merah mentah direndam dalam air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya
dibuang, lalu direbus dalam air bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu
didiamkan selama 45-60 menit sampai teksturnya lembut.
2. Singkong
Singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin dan
lotaustralin.Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat
pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong
dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar
racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak
kurang sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa
kimia yang dinamakan hidrogen sianida yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan. Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram,
sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg perkilogram. Meskipun
sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk
ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari.Gejala
keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit
kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Untuk mencegah
keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk
menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya dikupas, dipotong-potong, direndam
dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu dimasak sempurna,
baik itu dibakar atau direbus. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan
pemasakan untuk mengurangi kadar sianidake tingkat non toksik. Singkong yang
umum dijual di pasaran adalah singkong tipe manis.
3. Pucuk bambu (rebung)
Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida sianogenik.
Untuk mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka sebaiknya
pucuk bambu yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya, diiris tipis,
lalu direbus dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama 8-10 menit.

5
Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain meliputi
penyempitan saluran nafas,mual, muntah, dan sakit kepala.
4. Biji buah-buahan
Contoh biji buah-buahan yang mengandung racun glikosida sianogenik adalah
apel, aprikot,pir, plum, ceri, dan peach. Walaupun bijinya mengandung racun, tetapi
daging buahnya tidak beracun. Secara normal, kehadiran glikosida sianogenik itu
sendiri tidak membahayakan.Namun, ketika biji segar buah-buahan tersebut
terkunyah, maka zat tersebut dapat berubah menjadi hidrogen sianida, yang bersifat
racun. Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong dan pucuk
bambu. Dosis letal sianida berkisar antara 0,5-3,0 mg perkilogram berat badan.
Sebaiknya tidak dibiasakan mengkonsumsi biji dari buah-buahan tersebut di atas. Bila
anak-anak menelan sejumlah kecil saja biji buah-buahan tersebut, maka dapat timbul
gejala keracunan dan pada sejumlah kasus dapat berakibat fatal.
5. Kentang
Racun alami yang dikandung oleh kentang termasuk dalam golongan
glikoalkaloid, dengan dua macam racun utamanya, yaitu solanin dan chaconine.
Biasanya racun yang dikandungoleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan
efek yang merugikan bagi manusia.Meskipun demikian, kentang yang berwarna hijau,
bertunas, dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat mengandung kadar
glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Racun tersebut terutama terdapat pada daerah
yang berwarna hijau, kulit, atau daerah di bawah kulit. Kadar glikoalkaloid yang tinggi
dapat menimbulkan rasa pahit dan gejala keracunan berupa rasa seperti terbakar di
mulut, sakit perut, mual, dan muntah. Sebaiknya kentang disimpan di tempat yang
sejuk, gelap, dan kering, serta dihindarkan dari paparan sinar matahari atau sinar
lampu. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya kentang dikupas kulitnya
dan dimasak sebelum dikonsumsi.
6. Tomat hijau
Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini
menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya
keracunan, sebaiknya hindari mengkonsumsi tomat hijau dan jangan pernah
mengkonsumsi daun dan batang tanaman tomat.

6
7. Parsnip (semacam wortel)
Parsnip mengandung racun alami yang disebut furokumarin (furocoumarin).
Senyawa ini dihasilkan sebagai salah satu cara tanaman mempertahankan diri dari
hama serangga. Kadar racun tertinggi biasanya terdapat pada kulit atau lapisan
permukaan tanaman atau di sekitar area yang rusak. Racun tersebut antara lain dapat
menyebabkan sakit perut dan nyeri pada kulit jika terkena sinar matahari. Kadar racun
dapat berkurang karena proses pemanggangan atau perebusan. Lebih baik bila sebelum
dimasak, parsnip dikupas terlebih dahulu.
8. Seledri
Seledri mengandung senyawa psoralen, yang termasuk ke dalam golongan
kumarin. Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena sinar
matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak
mengkonsumsi seledri mentah, dan akan lebih aman jika seledri dimasak sebelum
dikonsumsi karena psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan.
9. Zucchini (semacam ketimun)
Zucchini mengandung racun alami yang disebut kukurbitasin (cucurbitacin).
Racun ini menyebabkan zucchini berasa pahit. Namun, zucchini yang telah
dibudidayakan (bukan wild type) jarang yang berasa pahit. Gejala keracunan zucchini
meliputi muntah, kram perut, diare, dan pingsan. Sebaiknya hindari mengkonsumsi
zucchini yang berbau tajam dan berasa pahit.
10. Bayam
Asam oksalat secara alami terkandung dalam kebanyakan tumbuhan, termasuk
bayam. Namun, karena asam oksalat dapat mengikat nutrien yang penting bagi tubuh,
maka konsumsi makanan yang banyak mengandung asam oksalat dalam jumlah besar
dapat mengakibatkan defisiensi nutrien, terutama kalsium. Asam oksalat merupakan
asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama lambung. Asam
oksalat juga berperan dalam pembentukan batu ginjal. Untuk menghindari pengaruh
buruk akibat asam oksalat, sebaiknya kita tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung senyawa ini terlalu banyak.

7
11. Oleander
Oleander adalah salah satu tanaman yang paling beracun di dunia dan
mengandung sejumlah komponen racun yang banyak di antaranya yang bisa
menimbulkan kematian, khususnya pada anak-anak. Racun paling penting dalam
bunga oleander adalah oleandrin dan nerrine yang berhubungan dengan glikosid
jantung. Racun-racun tersebut terdapat pada semua bagian tanaman, namun umumnya
terkonsentrasi pada bagian getah yang tampilannya berwarna putih seperti susu. Jika
memapar kulit manusia, getah ini bisa menghalangi reseptor luar kulit manusia
sehingga menyebabkan kulit jadi kebas atau mati rasa. Ada keyakinan bahwa oleander
mengandung beberapa senyawa berbahaya yang belum diketahui atau belum diteliti.
Kulit kayu oleander mengandung rosagenin yang diketahui memiliki efek mirip
strychnine. Keseluruhan bagian tanaman yang mengandung racun tersebut
menyebabkan reaksi merugikan, baik bagi manusia maupun hewan. Oleander juga
diketahui dapat menyimpan racunnya meski dikeringkan. Diyakini bahwa 10-20 helai
daun yang dikonsumsi oleh orang dewasa dapat menyebabkan reaksi merugikan, dan
satu helai daun cukup untuk dijadikan senjata mematikan jika dimakan oleh anak kecil
atau bayi. Di Amerika Serikat, menurut Toxic Exposure Surveillance System (TESS),
pada 2002 diketahui ada 847 orang yang keracunan akibat berhubungan dengan
oleander.

B). Xenobiotik Dari Fauna


1. The Lazy Clown

Binatang ini hidup di hutan amazon, selatan Brazil. Binatang ini adalah anggota
dari serangga “Lonomia”. Nama asli dari hewan ini adalah Taturana Tatarana.
Binatang sejenis ini banyak kita jumpai di pohon-pohon tetapi ini berbeda dari ulat
pohon biasa. Duri di tubuhnya sebanyak ratusan dimana didalam duri tersebut
8
menyimpan racun “ANTICOAGULANT”. Racun ini bisa memecah belah dan
menghancurkan susunan sel darah kita.
2. Box “COFFIN” Jellyfish
Nama latin dari binatang ini yaitu Chironex Fleckeri. Binatang ini adalah
merupakan ubur-ubur kecil yang berukuran sekitar 40cm. Binatang unik ini
mempunyai 24 pasang mata dan pada tentaclenya membawa ribuan dosis Nematocyst.

Apabila terkena racun ini korban akan merasakan seperti ditusuk-tusuk


ribuan jarum kecil, yang akan sangat menyiksa tubuh. Racun hewan ini bisa
membunuh dalam hitungan menit atau detik.
3. The Cone Snail
Dilihat dari bentuknya, memang tidak keliatan berbahaya. Tetapi
sebenarnya binatang ini sangat beracun. Sumber racunnya berada di ujung pangkal
mulutnya dan racunnya lebih dari cukup untuk membunuh hanya dalam waktu 4 menit
saja. Racun tersebut ditembakkan seperti panah yang bahkan mampu menembus baju
selam yang cukup tebal.

Efeknya apabila korban terkena racun ini adalah syaraf-syaraf didalam tubuh
akan menjadi malfungsi, sang korban akan menjadi beku seketika dimana tidak ada
satupun otot yang akan bisa digerakkan.

9
4. Stone Fish
Binatang ini bisa dibilang sangat tidak agresif, tidak seperti hewan pembunuh
pada umumnya. Dia biasanya hanya berdiam diri saja, tidak melakukan apa-apa
selain berenang. Tetapi racun pada duri yang hampir ada pada seluruh tubuhnya
juga cukup mematikan.

Efek yang timbul dari racun pada ikan ini juga mengerikan. Apabila sang
korban terkena racunnya, korban tersebut akan sangat tersiksa dan korban akan
berpikir lebih baik mengamputasi bagian tubuhnya yang terkena racun tersebut
daripada tersiksa.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
10
1. Xenobiotik Alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan hewan, dan
sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan
serangan dari predatornya.
2. Berdasarkan sumbernya xenobiotik alami dibagi menjadi 2 yakni: xenobiotik alami dari
flora dan fauna.
Xenobiotik Alami dari Flora
Contoh Racun Efek Toksisitas
1. Kacang merah fitohemaglutinin mual,muntah, dan nyeri
(Phaseolus vulgaris). (phytohaemagglutinin), yang perut yang diikuti oleh
termasuk golongan lektin. diare
2. Singkong linamarin dan penyempitan saluran nafas,
lotaustralin.Keduanya mual, muntah, sakit kepala,
termasuk golongan glikosida bahkan pada kasus berat
sianogenik. dapat menimbulkan
kematian.
3. Pucuk bambu golongan glikosida penyempitan saluran
(rebung) sianogenik. nafas,mual, muntah, dan
sakit kepala
4. Apel, aprikot,pir, glikosida sianogenik penyempitan saluran
plum, ceri, dan peach nafas,mual, muntah, dan
sakit kepala
5. Kentang golongan glikoalkaloid, yaitu berasa pahit saat
solanin dan chaconine. dikonsumsi dan rasa seperti
terbakar di mulut, sakit
perut, mual, dan muntah.
6. Tomat hijau glikoalkaloid berasa pahit saat
dikonsumsi
7. Parsnip (semacam furokumarin (furocoumarin) sakit perut dan nyeri pada
wortel) kulit jika terkena sinar
matahari
8. Seledri psoralen, termasuk golongan sensitivitas pada kulit jika
kumarin. terkena sinar matahari
9. Zucchini kukurbitasin (cucurbitacin) muntah, kram perut, diare,
(semacam dan pingsan
ketimun)

10. Bayam Asam oksalat defisiensi nutrien terutama


kalsium, mengiritasi
saluran pencernaan, batu
ginjal.

11. Oleander oleandrin dan nerrine yang kulit jadi kebas atau mati
berhubungan dengan glikosid rasa, menimbulkan

11
jantung. kematian.

Xenobiotik Alami dari Flora


Contoh Racun Efek Toksisitas
1. The Lazy Anticoagulant memecah belah dan
Clown menghancurkan susunan sel
darah
2. Box Nematocyst seperti ditusuk-tusuk ribuan
jarum kecil, yang akan sangat
“COFFIN”
menyiksa tubuh dan mem-
Jellyfish bunuh dalam hitungan menit
atau detik

3. The Cone Snail Sumber racunnya berada di syaraf-syaraf didalam tubuh


ujung pangkal mulut menjadi malfungsi, korban
akan beku seketika dimana
tidak ada satupun otot yang
akan bisa digerakkan
4. Stone Fish duri yang hampir ada pada Merasa sangat tersiksa.
seluruh tubuh

3.2 Saran
Harus diadakan sosialisasi tentang keberadaan xenobiotik alami ini oleh semua pihak
karena masih ada yang belum mengetahuinya dan akhirnya terkena dampaknya.

DAFTAR PUSTAKA

New Zealand Food Safety Authority, http://www.nzfsa.govt.nz/consumers/chemicals-nutrients-


additives-and-toxins/natural-toxins/index.htm. 23 Maret 2010

12
Novak, W. K., and Haslberger, A. G., 2000, Substantial Equivalence of Antinutrients and
Inherent Plant Toxins In Genetically Modified Novel Foods, Food and Chemical Toxicology,
Volume 38 (6) p.473-483

Canadian Food Inspection Agency, July 7, 2009,< http://www.inspection.gc.ca/english/fssa/


concen/specif/fruvegtoxe.shtml>. 23 Maret 2010

Venom,J., 1996, Linamarin - The Toxic Compound of Cassava, Journal of Venomous Animals
and Toxins, vol. 2 n. 1

Haxims,March 13,2010,< http://haxims.blogspot.com/2010/03/hewan-hewan-yang-terlihat-


tidak.html>. 23 Maret 2010

13

You might also like