You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN VI
PEMBUATAN TERUSI

DISUSUN OLEH :
NAMA

: ADE MUHAMMAD SATELIT MANATA


STAMBUK

: F1C1 14 053

KELOMPOK

: V (LIMA)

NAMA ASISTEN

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam suatu Sistem Periodik Unsur, tembaga (Cu) termasuk ke dalam


golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak
lama sebagai uang dalam bentuk koin. Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak
reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam
berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak
larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh asam
nitrat (HNO3) sehingga tembaga larut dalam asam nitrat. Tembaga (II) sulfat
mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya untuk mebuat
campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa
ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan
pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam
jumlah kelumit, tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru (Annisanfushie,
2008). Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO4.5H2O triklin.
Pentahidratnya kehilangan 4 molekul air pada 1100 C dan yang ke lima pada
1500C membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat
dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan asam
sulfat encer, larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru
mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan
memompa udara melalui campuran tembaga panas dengan H 2SO4 encer. Dalam
bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada
setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral ditempati
oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh
ikatan hidrogen (Annisanfushie, 2008).

Berdasarkan penjabaran di atas maka untuk mengetahui lebih mendalam


tentang tembaga sulfat pentahidrat maka dilakukanlah percobaan tentang cara
pembuata terusi (CuSO4.5H2O).
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana gambaran tentang
proses pembuatan kompleks tetra tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam
rangkap Ammonium tembaga (II) sulfat heksa hidrat?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memberi gambaran tentang proses
pembuatan serta mengetahui teknik pembuatan terusi.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti praktikum ini adalah dapat
mengetahui gambaran tentang proses pembuatan dan teknik pembuatan terusi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tembaga memiliki elektron s tunggal diluar kulit 3d yang terisi. Ini agak
kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat
oksidasi +1. Kulit d yang terisi jauh kurang reaktif daripada kulit gas mulia dalam
melindungi elektron s dari muatan inti sehingga potensial pengionan pertam
tembaga lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada
kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh
tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali, faktor-faktor ini bertanggung
jawab bagi sifaf lebih mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen
dan memberikan energy kisi yang lebih tinggi dan tidak dilampaui oleh jari-jari
Cu+ yang lebih kecil (Suharto, 2009, hal: 477).
Potensial pengionan kedua dan ketiga tembaga sangat jauh lebih rendah
daripada potensial kedua dan ketiga alkali dan berperan untuk sifaf logam transisi
pada sistem priodik unsure. Tembaga murni merupakan penghantar panas tinggi di
antara senua logam dan konduktor listrik kedua setelah perak. Tembaga adalah
logam yang relative lunak dan sering digunakan sebagai logam paduan, misalnya
kuningan dan perunggu (Sugiyarto, 2010, hal: 307).

Tembaga tidak melimbah namun terdistribusi secara luas sebagai logam


dalam sulfida, arsenida, klorida dan karbonat, mineral yang paling umum adalah
CuFeS2. Tembaga diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif atau
dengan pencucian dengan bantuan mikroba yang diikuti oleh elektrodeposisi dari
larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam aliansi kuningan seperti kuningan dan
bercampur sempurna dengan emas, sangat lambat teroksidasi superficial dalam
uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan
hidrokso sulfat yang berasal dari SO2 dalam atmosfer. Disamping itu pula tembaga
mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat tanpa adanya oksigen dan
larut dalam larutan KCN atau ammonia dengan adanya oksigen. Pelarutan
tembaga, hidroksida dankarbonat dalam asam menghasilkan ion akuo hijau
kebiruan, dua dari molekul-molekul air berada lebih jauh daripada empat yang
lainnya. Di antara berbagai kkristal hidrat lainnya, sulfat biru, CuSO 4.5H2O atau
terusi adalah yang paling dikenal. Hal ini dikarenakan dapat terdehidrasi menjadi
zat anhidrat yang benar-benar putih, penambahan ligan pada larutan akua
menyebabkan pembentukan kompleks dengan pertukaran molekul air secara
berurutan (Suharto, 2009).

Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari
tembaga (I) oksida CuO2 yang merah, dan mengandung ion tembaga (I) Cu +.
Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut
dalam air, perilakuknya mirip perilaku senyawa perak (I). Keduanya mudah
dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga
(II) oksida dan CuO, Garam-garam tembaga umumnya berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air. Garam-garam tembaga (II)
anhidrat seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO 4, berwarna putih atau sedikit
kuning dan dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks (Vogel, 1979).
Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri
diantaranya untuk mebuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa
tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan
tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk
mendeteksi air dalam jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol
biru (Ashoff, 2011).

Kristalisasi adalah
bahan padat dari pengendapan larutan atau

proses
kristalisasi

pembentukan
merupakan

teknik

pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadiperpindahan massa dari


suat zat terlarut dari cairan larutan ke fase kristal padat. Karakter proses
kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa membuat
proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Seperti tingkat ketidakmurnian,
metoda penyamburan, desain wadah dan profil pendinginan bisa berpengaruh
besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Pemisahan
dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya
dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat
terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat
penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga
100%. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi
lewat jenuh kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas
pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara
mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai.
Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan,
pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia (Kristalisasi, 2012).

Dalam kimia, rendemen

reaksi atau

hanya rendemen merujuk

pada

jumlah produk reaksi yang dihasilkan pada reaksi kimia. Rendemen absolut dapat
ditulis sebagai berat dalam gramatau mol sedangkan rendemen relatif yang
digunakan sebagai perhitungan efektivitas prosedur, dihitung dengan membagi
jumlah produk yang didapatkan dalam mol dengan rendemen teoritisdalam mol.
Untuk mendapatkan rendemen persentase, kalikan rendemen fraksional dengan
100%. Satu atau lebih reaktan dalam reaksi kimia sering digunakan
berlebihan, rendemen teoritisnya dihitung berdasarkan jumlah mol pereaksi
pembatas. Untuk perhitungan ini, biasanya diasumsikan hanya terdapat satu reaksi
yang terlibat. Nilai rendemen kimia yang ideal yaitu rendemen secara teoritis
adalah 100%, sebuah nilai yang sangat tidak mungkin dicapai pada prakteknya
(Rendemen, 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Oktober
2015 Pukul 07.30-10.00 WITA dan bertempat di Laboratorium
Kimia Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas kimia
600 ml, gelas ukur 100 ml, dan gelas ukur 50 ml.
2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini serbuk tembaga,


asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan kertas saring.
C. Prosedur Kerja

You might also like