Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori Halusinasi.
Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan
halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang membahayakan orang lain, klien sendiri
dan lingkungan.Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk melakukan
asuhan keperawatan pada Ny.Z diruangan Srikandi RSJ Solo, karena kasus pada klien jiwa
dengan gangguan halusinasi pendengaran cukup banyak terjadi, selain keadaan klien yang
cukup mendukung dalam proses perawatan yang cukup mendukung perawat. Selain masalah
halusinasi klien juga mengalami permasalahan kejiwaan, seperti : menarik diri, harga diri
rendah kronis dan resiko tinggi perilaku kekerasan. Klien sudah mengalami gangguan jiwa
selama lebih kurang 3 bulan yang lalu.
B. Batasan Masalah
Dalam pembahasan masalah ini penulis membatasi permasalahan yaitu tentang bagaimana
aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama perubahan sensoripersepsi ;
halusinasi pendengaran yang meliputi pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi .
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada klien Ny. Z dengan
halusinasi pendengaran di ruang Srikandi RSJ Solo.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat
pohon masalah, menetapkanpohon masalah, menetapkan diagnose keperawatan pada Ny. Z
dengan halusinasi pendengaran di ruang Srikandi RSJ Solo.
b.
Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan
- Latar belakang
- Batasan masalah
- Tujuan
- Metode
- Sistematikapenulisan
2. Bab II
: Tujuan Teoritis
- Teoritis Halusinasi
Defenisi halusinasi dan klasifikasi halusinasi
Proses terjadinya halusinasi
Faktor faktor yangdapat menyebabkan halusinasi
Hubungan skizofrenia dengan halusinasi
Penatalaksanaan medis halusinasi pendengaran
- Teoritis keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. HALUSINASI
1. DEFENISI HALUSINASI
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentialsof Mental Health Nursing, 1987).
2. KLASIFIKASI HALUSINASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untukmelakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba
: karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang darit anah, benda mati atau
orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,amis dan
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri,makanan dicerna atau pembentukan urine.
3. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Halusinasi pendengaran merupakan bentukyang paling sering dari gangguan persepsi
pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara suara
bising ataumendengung. Tetapi paling sering berupa kata kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat
yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti :
bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap
mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain
yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor
dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
mania depresif dan syndroma otak organik.
4. FAKTOR FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI
A. Faktor predisposisi
1. BIOLOGIS
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat dapat menimbulkan
gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya
ingat dan muncul perilaku menarik diri.
2. PSIKOLOGIS
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien,
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah: penolakan
atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. SOSIO BUDAYA
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik
sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya
Tahap II
- Menyalahkan
- Tingkat kecemasan
berat secara
umum halusinasi
menyebabkan
perasaan antipati
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
- Mengalami ansietas,
kesepian, rasa
bersalah dan
ketakutan.
- Mencoba berfokus
pada pikiran yang
dapat
menghilangkan
ansietas
- Fikiran
dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontol kesadaran,
nonpsikotik.
- Tersenyum, tertawa
sendiri
- Menggerakkan bibir
tanpa suara
- Pergerakkan mata yang
cepat
- Respon verbal yang
lambat
- Diam
dan
berkonsentrasi
- Pengalaman sensori
menakutkan
- Merasa dilecehkan
oleh pengalaman
sensori tersebut
- Mulai merasa
kehilangan kontrol
- Menarik diri dari
orang lain non
psikotik
- Terjadi peningkatan
denyut jantung,
pernafasan dan
tekanan darah
- Perhatian dengan
lingkungan berkurang
- Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori
kerja
- Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi
realitas
dengan
Tahap III
- Mengontrol
- Tingkat kecemasan
berat
- Pengalaman
halusinasi tidak
dapat ditolak lagi
Tahap IV
- Klien sudah
dikuasai oleh
halusinasi
- Klien panik
- Klien menyerah
- Perintah halusinasi
dan menerima
ditaati
pengalaman
- Sulit berhubungan
sensori (halusinasi)
- Isi halusinasi
- Perhatian terhadap
menjadi atraktif
lingkungan berkurang
Pengalaman sensori
- Perilaku panik
mungkin menakutkan
- Resiko
mencederai
mengikuti
perintah
halusinasi,
bisa
berlangsung dalam
Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi
tinggi
KELAS KIMIA
Fenotiazin
Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
Tioksanten
Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)
Butirofenon
Haloperidol (Haldol)
Dibenzodiazepin
Klozapin (Clorazil)
Dibenzokasazepin
Loksapin (Loxitane)
Dihidroindolon
Molindone (Moban)
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
DOSIS
HARIAN
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800mg
2-40 mg
60-150 mg
75-600 mg
8-30 mg
1-100 mg
300-900 mg
20-150 mg
15-225 mg