Professional Documents
Culture Documents
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakitpenyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Terganggunya fungsi pernapasan dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi :
a.
Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan
napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor
gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagianbagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak
adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang
berakumulasi didalam darah. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar
kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah
orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepada klien dengan
gejala : (1) sianosis, (2) hipovolemi, (3) perdarahan, (4) anemia berat, (5) keracunan CO, (6)
asidosis, (7) selama dan sesudah pembedahan, (8) klien dengan keadaan tidak sadar.
METODE PEMBERIAN O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume
tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2
tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume
Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah ini adal;ah : (1) kateter nasal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka
sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong
non rebreathing.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a.
Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan aliran 1 6
L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat
juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal
lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput
lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 6 L/mnt
dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul
dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
nyaman.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas
lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi
dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan
CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan aliran 8 12
L/mnt
Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e.
Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
2. Sistem aliran tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur.
Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran
udara pada alat ini sekitar 4 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 55%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi
perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi
penumpukan CO2
Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran
rendah.
B. NILAI-NILAI NORMAL
Ciri ciri rongga pleura normal :
Bersih dari ultrafiltrat plasma.
pH 7,6-7,64.
Protein < 2 % (1-2 gr/dl)
<1000 WBC/cm3
Na : 133-143
K : 3,4-5,4
Cl : 100-106
P CO2 : 35-45
P O2 : 80-95
RR : Neonatus : 30 - 60 x/mnt
Bayi : 44 x/mnt
Anak : 20 - 25 x/mnt
Dewasa : 15 - 20 x/mnt
Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Riwayat keperawatan klien
Hal hal yang perlu dikaji antara lain :
Data demografi : nama, alamat, umur, jenis kelamin, support sistem yang ada dan tingkat
pendidikan.
2. Riwayat keluarga : penyakit keluarga, penyakit keturunan dan alergi.
Pekerjaan
Keadaan lingkungan : kumuh, rawa rawa, kota besar
Kebiasaan : merokok, aktivitas.
3. Pemeriksaan fisik
a.
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c.
Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar
dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2.
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien
eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak
butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16
x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi
yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang
cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak
teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila
dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi
karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring
dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales
yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu
bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang
diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah
hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.
Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut
nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt. Juga
perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah
hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien
apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau
hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu
berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
sianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi
yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama
seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan
karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
as tidak efektif
an pertukaran gas
jalan napas tidak efektif
f.
Klien tidak mengalami dyspnea pada saat istirahat maupun saat beraktifitas.
f.
1. Terapi oksigen :
a.
f.
2. Monitoring respiratori :
a.
f.
Klien mempunyai nilai Na, Cl, K, Ca, Mg, Ph, albumin, creat, bicarbonate, BUN serum dbn.
f.
ntrol aspirasi
Kriteria hasil :
a.
Johnson,M., Maas,M., Moorhead,S. 2000. Nursing outcome classification 2nd edition. USA : Mosby.
McCloskey,J.C., Bulechek,G.M. 1995. Nursing intervention classification 2nd edition.USA : Mosby
Potter, Patricia A. Perry, Anne G. 1997. Fundamental of Nursing ; Concepts, Process and Practice. St.
Louis : Mosby.