You are on page 1of 7

SEJARAH LIBERALISME

Kata-kata liberal diambil dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan budak atau suatu keadaan
dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Makna bebas kemudian menjadi sebuah sikap
kelas masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old Liberalism). Dari
makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang sehingga mempunyai berbagai makna.

Secara politis liberalisme adalah ideologi politik yang berpusat pada individu, dianggap sebagai memiliki
hak dalam pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan bertindak serta bebas
dari ikatan-ikatan agama dan ideologi (Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy). Dalam konteks
sosial liberalisme diartikan sebagai adalah suatu etika sosial yang membela kebebasan (liberty) dan
persamaan (equality) secara umum (Coady, C. A. J. Distributive Justice). Menurut Alonzo L. Hamby, PhD,
Profesor Sejarah di Universitas Ohio, liberalisme adalah paham ekonomi dan politik yang menekankan
pada kebebasan (freedom), persamaan (equality), dan kesempatan (opportunity) (Brinkley,
Alan. Liberalism and Its Discontents).
Sejarahnya paham liberalisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu elemen terpenting peradaban Barat.
Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar tahun 1215, ketika Raja John di Inggris
mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja kepada
bangsawan bawahan. Charta ini secara otomatis telah membatasi kekuasaan Raja John sendiri dan
dianggap sebagai bentuk liberalisme awal (early liberalism).

Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang terjadi pada tahun 1688
yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious Revolution of 1688. Revolusi ini berhasil menurunkan
Raja James II dari England dan Ireland (James VII) dari Scotland) serta mengangkat William II dan Mary II
sebagai raja. Setahun setelah revolusi ini, parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-undang hak rakyat
(Bill of Right) yang memuat penghapusan beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak dasar
dan kebebasan masyarakat Inggris. Pada saat bersamaan, seorang filosof Inggris, John Locke,
mengajarkan bahwa setiap orang terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak boleh dirampas.
Hak-hak dasar itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan membuat opini,
beragama, dan berbicara. Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John Locke
menyatakan, pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar tersebut, dan jika ia tidak
menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk melakukan revolusi.

Singkatnya pada abad ke 20 setelah berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918, beberapa
negara Eropa menerapkan prinsip pemerintahan demokrasi. Hak kaum perempuan untuk menyampaikan
pendapat dan aspirasi di dalam pemerintahan diberikan. Menjelang tahun 1930-an, liberalisme mulai
berkembang tidak hanya meliputi kebebasan berpolitik saja, tetapi juga mencakup kebebasan-kebebasan
di bidang lainnya; misalnya ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun 1941, Presiden Franklin D.
Roosevelt mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatakan
pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari kemelaratan

(freedom from want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear). Pada tahun 1948, PBB
mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights yang menetapkan sejumlah hak ekonomi dan sosial,
di samping hak politik.
Jika ditilik dari perkembangannya liberalisme secara umum memiliki dua aliran utama yang saling
bersaing dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah liberal klasik atauearly
liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang menekankan pada kebebasan dalam usaha
individu, dalam hak memiliki kekayaan, dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan kontrak serta
menentang sistim welfare state. Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini menekankan peran negara
yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam pengertian yang luas), seringkali dalam bentuk
hukum anti-diskriminasi.

Selain kedua tren liberalisme diatas yang menekankan pada hak-hak ekonomi dan politik dan sosial
terdapat liberalisme dalam bidang pemikiran termasuk pemikiran keagamaan. Liberal dalam konteks
kebebasan intelektual berarti independen secara intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan terbuka.
Kebebasan intelektual adalah aspek yang paling mendasar dari liberalisme sosial dan politik atau dapat
pula disebut sisi lain dari liberalisme sosial dan politik. Kelahiran dan perkembangannya di Barat terjadi
pada akhir abad ke 18, namun akar-akarnya dapat dilacak seabad sebelumnya (abad ke 17). Di saat itu
dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang intelektual, keagamaan, politik dan
ekonomi dari tatanan moral, supernatural dan bahkan Tuhan.

Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan mutlak dalam pemikiran, agama, etika,
kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah dicanangkan. Prinsip-prinsip Revolusi Perancis itu bahkan
dianggap sebagai Magna Charta liberalisme. Konsekuensinya adalah penghapusan Hak-hak Tuhan dan
segala otoritas yang diperoleh dari Tuhan; penyingkiran agama dari kehidupan publik dan menjadinya
bersifat individual. Selain itu agama Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi lembaga
hukum ataupun sosial. Ciri liberalisme pemikiran dan keagamaan yang paling menonjol adalah
pengingkaran terhadap semua otoritas yang sesungguhnya, sebab otoritas dalam pandangan liberal
menunjukkan adanya kekuatan diluar dan diatas manusia yang mengikatnya secara moral. Ini sejalan
dengan doktrin nihilisme yang merupakan ciri khas pandangan hidup Barat postmodern yang telah
disebutkan diatas.

Kronologi Liberalisasi Teologi


Di Barat yang mula-mula muncul adalah liberalisme intelektual yang mencoba untuk bebas dari agama
dan dari Tuhan, namun dari situ lahir dan tumbuh liberalisme pemikiran keagamaan yang disebut
juga theological liberalism. Perkembangan liberalisme pemikiran kaagamaan ini dapat diklasifikasikan
menjadi tiga fase perkembangan:
Fase pertama dari abad ke 17 yang dimotori oleh filosof Perancis Rene Descartes
yang mempromosikan doktrin rasionalisme atau Enlightenmentyang berakhir pada
pertengahan abad ke 18. Doktrin utamanya adalah a) percaya pada akal manusia b)

keutamaan individu c) imanensi Tuhan dan d) meliorisme (percaya bahwa manusia itu
berkembang dan dapat dikembangkan).

Fase kedua bermula pada akhir abad ke 18 dengan doktrin Romantisisme yang
menekankan pada individualisme, artinya individu dapat menjadi sumber nilai.
Kesadaran-diri (self-consciousness) itu dalam pengertianreligious dapat menjadi
Kesadaran-Tuhan (god-consciousness). Tokohnya adalah Jean-Jacques, Immanuel Kant,
dan Friedrich Schleiermacher dsb.
Fase terakhir bermula pada pertengahan abad ke 19 hingga abad ke 20 ditandai
dengan semangat modernisme dan postmodernisme yang menekankan pada ide
tentang perkembangan (notion of progress). Agama kemudian diletakkan sebagai
sesuatu yang berkembang progressif dan disesuaikan dengan ilmu pengetahuan
modern serta di harapkan dapat merespon isu-isu yang diangkat oleh kultur modern.
Itulah sebabnya maka kajian mengenai doktrin-doktrin Kristen kemudian berubah
bentuk menjadi kajian psikologis pengalaman keagamaan (psychological study of
religious experience), kajian sosiologis lembaga-lembaga dan tradisi keagamaan
(sociological study of religious institution), kajian filosofis tentang pengetahuan dan
nilai-nilai keagamaan (philosophical inquiry into religious knowledge and values).

Sementara itu pada abad ke 19 liberalisme dalam pemikiran keagamaan Katholik Roma berbentuk gerakan
yang mendukung demokrasi politik dan reformasi gereja, namun secara teologis tetap mempertahankan
ortodoksi. Sedangkan dalam pemikiran Kristen Protestan liberalisme merupakan tren kebebasan
intelektual yang menekankan pada substansi etis dan kemanusiaan Kristen dan mengurangi penekanan
pada teologi yang dogmatis. Artinya dengan masuknya paham liberalisme kedalam pemikiran keagamaan
maka banyak konsep dasar dalam agama Kristen yang berubah.

http://insistnet.com/liberalisme-dari-ideologi-menjadi-teologi/

INTI PEMIKIRAN LIBERALISME


Walaupun liberalisme bukan terdiri dari satu trend pemikiran, namun kita dapat mengenali aliran ini
dengan karakteristik khusus. Karakter paling kuat yang ada dalam aliran ini adalah:

Kebebasan Individu

Setiap orang bebas berbuat apa saja tanpa campur tangan siapa pun, termasuk
negara. Fungsi negara adalah melindungi dan menjamin kebebasan tersebut dari
siapapun yang mencoba untuk merusaknya. Oleh karena itu, liberalisme sangat

mementingkan kebebasan dengan semua jenisnya. Kekebasan berkreasi, berpendapat,


menyampaikan gagasan, berbuat dan bertindak, bahkan kebebasan berkeyakinan
adalah tema yang mereka ingin wujudkan dalam kehidupan ini.
Kebebasan dalam pandangan mereka tidak berbatas, selama tidak merugikan dan
bertabrakan dengan kebebasan orang lain. Kaidah kebebasan mereka berbunyi,
Kebebasan Anda berakhir pada permulaan kebebasaan orang lain.

Rasionalisme
Penganut liberalisme meyakini bahwa akal manusia mampu mencapai segala
kemaslahatan hidup yang dikehendaki. Standar kebenaran adalah akal atau rasio.
Karakter ini sangat kentara dalam pemikiran liberal. Rasionalisme diantaranya nampak
pada:

Pertama, keyakinan bahwa hak setiap orang bersandar kepada hukum alam.
Sementara hukum alam tidak dapat diketahui kecuali dengan akal melalui media
indera/materi atau eksperimen. Dari sini kita mengenal aliran filsafat materialisme
(aliran filsafat yang mengukur setiap kebenaran melalui materi) dan empirisme (aliran
filsafat yang menguji setiap kebenaran melalui eksperimen).

Kedua, negara harus bersikap netral terhadap semua agama. Karena tidak ada
kebenaran yang bersifat yakin atau absolut, yang ada adalah kebenaran yang bersifat
relatif. Ini yang dikenal dengan relatifisme kebenaran.

Ketiga, perundang-undangan yang mengatur kebebasan ini semata-mata hasil dari


pemikiran manusia, bukan syariat agama.

http://muslim.or.id/bahasan-utama-2/menelusuri-akar-pemikiran-liberalisme.html

LANDASAN LIBERALISME

Ada tiga hal yang mendasar dari Ideolog Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik. Dibawah
ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:

1. Kesempatan yang sama


Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan. Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam
menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masingmasing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari
demokrasi.
2. Adanya pengakuan terhadap persamaan manusia
Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan
dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan dimana hal ini sangat
penting untuk menghilangkan egoisme individu.
3. Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah
Pemerintah tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak
rakyat.
4. Berjalannya hukum
Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang
merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk
melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadap
hukum tertinggi, persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.
5. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu
6. Negara hanyalah alat
Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan
negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap,
dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang
secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.
7. Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme
Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 1704) yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu selalu berubah
bergantung masa.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN LIBERALISME

A. Kelemahan ideologi liberalisme:


1. Sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat
bebas, pendapatan jatuh kepada pemilik modal atau majikan. Sedangkan
golongan pekerja hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan.
2. Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja, sehingga
yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
3. Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat.
4. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi
budaya oleh individu yang sering terjadi

5. Karena penyelenggaran pers dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah


sulit untuk mengadakan dan memberikan kontrol. Sehingga pers sebagai
media komunikasi dan media masa sangat efektif menciptakan image
dimasyarakat sesuai misi kepentingan mereka.

B. Kelebihan ideologi liberalisme:


1. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarkat dalam mengatur kegiatan
ekonomi. Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah.
2. Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi. Hal
ini mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3. Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat.
4. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena barang yang kurang
bermutu tidak akan laku di pasar.
5. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan
atas motif mencari keuntungan.
6. Kontrol sosial dalam sistem pers liberal berlaku secara bebas. Berita-berita
ataupun ulasan yang dibuat dalam media massa dapat mengandung
kritik-kritik tajam, baik ditujukan kepada perseorangan lembaga atau
pemerintah.
7. Masyarakat dapat memilih partai politik tanpa ada gangguan dari
siapapun.

http://www.erepublik.com/id/article/-ipdn-sosial-tugas-mandiri-ideologi-liberalisme-2157899/1/20

CIRI-CIRI LIBERALISME
Ciri liberalisme, yaitu :
Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh,
termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan
pers.
Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara
terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga
rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri.
Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal
yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa
sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata,
kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan
karena itu, sejauh mungkin dibatasi.

Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu


atau sebagian besar individu berbahagia. Walau masyarakat secara
keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian besar individu belum tentu
maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim
diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini
dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika Serikat.
http://kampusmaya.org/2010/01/01/liberalisme-kapitalisme-sosialisme/

You might also like