You are on page 1of 5

Laporan Pendahuluan

Dian Islami Ginting, S. Kep


PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Menurut Iyus Yosep (2009) perilaku kekerasan atau agresif adalah sikap atau
perilaku kasar atau kata-kata kasar yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan
potensi untuk merusak secara fisik. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik, diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan (Nita Fitria, 2009).

B. Tanda dan Gejala


1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, ponalakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual

C. Penyebab Terjadinya Perilaku Kekerasan


1. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut.

1) Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis mempunyai implikasi


dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sengat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
2) Pengaruh Biokimia, menurut Goldsten dalam Townsend (1996) menyatakan
bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotinin
danGABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi
penting yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
3) Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki
oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana).
4) Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan dengan bernagai gangguan
serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak,
penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan
rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep
diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise
yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya.
Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan
rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2) Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anakanak tanpa faktor predisposisi biologik.
c. Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan
sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal.
a. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya
percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain.
b. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yng dicintai, krisis dan lainlain.
Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau
penganiayaan antara lain sebagai berikut.
1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menhadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan perubahan
tahap perkembangan keluarga.

D. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan untuk klien
Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
b. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
c. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
d. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial dan
dengan terapi psikofarmaka.
Tindakan
a. BHSP. Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara. Tindakan
yang harus Saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan

interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
klien.
b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa lalu
dan saat ini.
c. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
d. Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik
kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual, maupun intelektual.
b. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat
marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
c. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Tujuan : Keluarga dapat merawat klien dirumah.
Tindakan
a. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku tersebut.
b. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan.
1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat.
2) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
4) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda atau
orang lain.

Daftar Pustaka
Townsend, M.C.1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Alih bahasa
Novi HC. Daulina. Jakarta: EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis:
Mosby Year Book
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

You might also like