You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perdarahan Post Partum (PPP) merupakan perdarahan yang
masih berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir
dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian
ibu di samping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus. Perdarahan
post partum bila tidak mendapat penanganan yang semestinya akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta proses penyembuhan
kembali (Mochtar, 2002).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml
setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah
perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih
dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat
perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan (Prawirohardjo,
2011).
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi
perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang
keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas
tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2009) adalah 650
ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan
oleh perdarahan post partum.
Penyebab langsung tingginya angka kematian ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan 28%, Eklampsia24%, infeksi 20%,
komplikasi Puerperium 8%, abortus 5%, partus macet 5%, trauma obsetri
5 %, emboli 3% (WHO, 2010).
Dari data WHO (World Health Organization) tahun 2007
menunjukan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh
perdarahan postpartum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap
tahunnya (Admin, 2009).
Perdarahan, khususnya perdarahan post-partum, terjadi secara
mendadak dan lebih berbahaya apabila terjadi pada wanita yang

Hemoragik Post Partum

Page 1

menderita anemia. Seorang ibu dengan perdarahan dapat meninggal


dalam waktu kurang dari satu jam (Kemenkes RI, 2008). Kondisi
kematian ibu secara keseluruhan diperberat oleh tiga terlambat yaitu
terlambat dalam pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat
rujukan, terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas
kesehatan (Dinas Provinsi NTB, 2010).
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dasar dari hemoragi post partum?

1.3

Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui landasan teori serta konsep asuhan
keperawatan dari perdarahan post partum.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Agar

mahasiswa

mampu

mengetahui

serta

memahami

tentang:
a. Definisi dari hemoragik post partum
b. Etiologi dari hemoragik post partum
c. Klasifikasi dari hemoragik post partum
d. Tanda dan gejala dari hemoragik post partum
e. Patofisiologi dari hemoragik post partum
f. Pemeriksaan penunjang dari hemoragik post partum
g. Penatalaksanaan dari hemoragik post partum
h. Komplikasi dari hemoragik post partum
i. Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoragik post
partum
1.4

Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya dalam memperbanyak referensi tentang penyebab
perdarahan post partum sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan atau gambaran pada
masyarakat khususnya tentang perdarahan post partum terutama
faktor penyebab terjadinya perdarahan post partum dalam 24 jam
1.4.3

pertama setelah melahirkan.


Bagi Penulis
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah
pengalaman dan wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan
untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.

Hemoragik Post Partum

Page 2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Post Partum
a. Pengertian Perdarahan Post Partum
Definisi perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah
perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih
dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat
perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
Hemoragik Post Partum

Page 3

perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung,


berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan (Prawirohardjo,
2011).
Perdarahan postpartum sering didefenisikan secara berturut-turut
sebagai kehilangan darah berlebihan dari traktus genetalia dalam 24 jam
setelah persalinan, sebanyak 500 ml atau lebih, atau sebanyak apapun
yang mengganggu kesejahtraan ibu (Widiarti, 2007).
Kondisi dalam persalinan menyebabkan

kesulitan

untuk

menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah


perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal
dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,
tekanan darah sistolik <90 mmHg, denyut nadi> 100 x/menit, kadar Hb <
8 g/dL.
Hemoragik postpartum (perdarahan postpartum) adalah hilangnya
darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi
(William,

1981).

Namun,

menurut

Doengoes

(2001),

perdarahan

postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml selama atau setelah


melahirkan.
b. Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1) Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi.
2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia
uteri, retensi plasenta, inversio uteri.
3) Gangguan mekanisme pembekuan darah
Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat:
1) sisa plasenta
2) bekuan darah,
3) infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus sehingga
terjadi sub involusi uterus.
Faktor Predisposisi
1) Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian
Hemoragik Post Partum

Page 4

maternal. Pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang


wanita belum berkembang dengan sempurna, jalan lahir mudah
robek, kontraksi uterus masih kurang baik, rentan terjadi
perdarahan
Pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita

mengalami

penurunan

kemungkinan

komplikasi

pascapersalinan terutama perdarahan lebih besar.


2) Perdarahan pascapersalinan dan gravid
Ibu-ibu dengan kehamilan multigravida mempunyai risiko >
dibandingkan primigravida. Pada Multigravida fungsi reproduksi
mengalami

penurunan

sehingga

kemungkinan

terjadinya

perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.


3) Perdarahan pascapersalinan dan paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga)
mempunyai kejadian perdarahan lebih tinggi. Pada paritas yang
rendah (paritas satu) ketidak siapan ibu dalam menghadapi
persalinan

yang

pertama

adalah

faktor

penyebab

ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang


terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
4) Perdarahan pascapersalinan dan Antenatal Care
5) Perdarahan pascapersalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai normal. Perdarahan
pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500
ml atau lebih, jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang tepat dan akurat mengakibatkan turunnya
kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
c. Klasifikasi
Menurut pendapat (Varney, 2008).
Perdarahan post partum dibagi menjadi 2:
1) Perdarahan Post Partum Dini/Perdarahan Post Partum Primer
(Early Postpartum Hemorrhage)
Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III. Penyebab utama
perdarahan post partum primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2
jam pertama.
Hemoragik Post Partum

Page 5

2) Perdarahan pada Masa Nifas I Perdarahan Post Partum Sekunder


(Late Postpartum Hemorrhage)
Perdarahan post partum sekunder ialah perdarahan yang
terjadi setelah anak lahir biasanya hari ke 5-15 post partum.
Penyebab utamanya robekan jalan lahir dan sisa plasenta.
Klasifikasi perdarahan post partum
1) Perdarahan

paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP

adalah perdarahan berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran


genitalia

yang terjadi dalam 12 - 24 jam pertama setelah

melahirkan.
2) Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP
adalah perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam
minggu paska persalinan.
d. Tanda dan Gejala
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1) Atonia Uteri:
- Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi dan lembek
dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan
-

postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin,

gelisah, mual dan lain-lain)


2) Robekan jalan lahir
- Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar
mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik,
plasenta baik
- Gejala yang kadang-kadang timbul : pucat, lemah, menggigil.
3) Retensio plasenta
- Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit,
-

perdarahan segera, kontraksi uterus baik


Gejala yang kadang-kadang timbul : tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan

lanjutan
4) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta

Hemoragik Post Partum

Page 6

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput


(mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan

segera
Gejala yang kadang-kadang timbul : Uterus berkontraksi baik

tetapi tinggi fundus tidak berkurang


5) Inversio uterus
- Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina
terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir),
-

perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.


Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan
pucat

e. Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah
didalam

uterus

masih terbuka.

Pelepasan

plasenta

memutuskan

pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus


maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan
retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan
pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan.
Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix,
vagina dan perinium.
f.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik

yang

dapat

dilakukan

adalah

dengan

menggunakan :
1) Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb <8g/dl, Ht <30%, Masa perdarahan dan masa
pembekuan
2) Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa
jaringan konsepsi intrauterine
3) Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi
4) Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih

Hemoragik Post Partum

Page 7

g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan umum
- Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
- Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih
-

dan aman
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila

dihadapkan dengan masalah dan komplikasi


Atasi syok jika terjadi syok
Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus

20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).


Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi

kemungkinan robekan jalan lahir


Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan

dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.


2) Penatalaksanaan khusus
a) Atonia uteri
- Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
- Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian
uterotonika, lakukan pengurutan uterus
- Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan
lahir
- Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan
- Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila
perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.
- Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara
telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam
miometrium.
- Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis
dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut
genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah
umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga

Hemoragik Post Partum

Page 8

mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan


menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.
b) Retensio plasenta dengan separasi parsial
- Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
tindakan yang akan diambil.
- Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila
ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
- Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan
tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol 400mg per rektal.
- Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan halus.
- Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
- Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
- Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral +
metronidazole 1 g supp/oral ).
c) Plasenta inkaserata
- Tentukan diagnosis kerja
- Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi
serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter
untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk
mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin
timbul.
- Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup
untuk melahirkan plasenta.
- Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian
plasenta tampak jelas.
- Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan
lepaskan speculum
- Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta
tampak jelas.
- Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin,
minta asisten untuk memegang klem tersebut.
- Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
- Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar
searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
Hemoragik Post Partum

Page 9

d) Ruptur uteri
- Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi
- Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien
ke rumah sakit rujukan
- Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus
- Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi
- Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum
abdomen
- Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda
infeksi.
e) Sisa plasenta
- Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan
- Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
- Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret.
- Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus
600mg/hari selama 10 hari.
f) Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
- Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi
dan sumber perdarahan
- Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptic
- Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap
- Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal

Hemoragik Post Partum

Page 10

- Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan


lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai
berikut :
Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi
rektum hingga ujung robekan
Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan
dan simpul sub mukosa, menggunakan benang
polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter
ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit
dengan benang no 2/0.
Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan
sub mukosa dengan benang yang sama ( atau
kromik 2/0 ) secara jelujur
Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub
mukosa dan sub kutikuler
Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan
antibiotika untuk terapi.
g) Robekan serviks
- Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur
akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika
tertekan oleh kepala bayi.
- Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi
terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral
bawah kiri dan kanan porsio
- Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek
sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah
eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan
penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian
kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
- Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan paska tindakan
- Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui
tanda-tanda infeksi

Hemoragik Post Partum

Page 11

- Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb


dibawah 8 gr% berikan transfusi darah
h. Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
1) Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok
dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar.
Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh
dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak
ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan
kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya meruak
bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini
terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
2) Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan
menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk
hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah
apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga
akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3) Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari
perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom ini disebabkan
karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem
endokrin.

i.

Konsep Asuhan Keperawatan HPP


1. Pengkajian
a) Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun
b) Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah,
limbung,

keluar

keringat

dingin,

kesulitan

nafas,

pusing,

pandangan berkunang-kunang.

Hemoragik Post Partum

Page 12

c) Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam


kehamilan,

preeklamsi

eklamsia,

bayi

besar,

gamelli,

hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan


saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus
precipitatus,

partus

lama/kasep,

chorioamnionitis,

induksi

persalinan, manipulasi kala II dan III.


d) Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
e) Pengkajian fisik :
Tanda vital :
Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
Suhu : Normal/ meningkat
f)
Kesadaran : Normal / menurun
g)
Fundus uteri/abdomen : lembek/keras (fundus uteri yang
baik teraba keras dan tinggi fundus pada minggu pertama
2 jari diatas pusat, sedangkan yang lembek biasanya
hampir tidak teraba atau teraba lembek dibawah pusat
h)

pada minggu pertama)


Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary

i)

refil memanjang
Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan

j)

jenis )
Kandung

kemih

distensi,

produksi

urin

menurun/berkurang.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan volume
b)
c)
d)
e)

cairan

dan

elektrolit

b/d

perdarahan

pervaginam
Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
Resiko infeksi b/d perdarahan
Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

3. Rencana tindakan keperawatan


Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume
cairan
Rencana tindakan :
1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan
badannya tetap terlentang
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2) Monitor tanda vital
R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
Hemoragik Post Partum

Page 13

3) Monitor intake dan output setiap 5-10 menit


R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi
ginjal
4) Evaluasi kandung kencing
R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
5) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya
diletakan diatas simpisis.
R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah
terjadinya inversio uteri
6) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum
meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi
laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil
dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat,
segera kolaborasi.
7) Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular
8) Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol
perdarahan
9) Berikan antibiotic
R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena
perdarahan
10) Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan :
1) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada
tanda vital
2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di
jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan
suhu kulit yang dingin
3) Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana
diperlukan dalam produksi ASI
4) Tindakan kolaborasi :

Hemoragik Post Partum

Page 14

a) Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas


darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
b) Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan

untuk

memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).


Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau
ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2) Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon
fisiologis
3) Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang
tidak diketahui
5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah

dengan

mekanisme koping yang tepat.


Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal)
Rencana tindakan :
1) Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya
infeksi
2) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi
uterus yang lembek, dan nyeri panggul
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi
3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran
lokea yang berkepanjangan
4) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi
saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
5) Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah
Hemoragik Post Partum

Page 15

R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan


dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
6) Tindakan kolaborasi
a) Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
b) Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan
untuk keadaan infeksi ).
Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.
Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi

penurunan

kesadaran

dan tanda-tanda dalam batas normal)


Rencana tindakan :
1)
Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume
intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular
yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
2) Observasitanda-tandavital tiap 4 jam
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator
terjadinya dehidrasi secara dini.
3) Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak
ditangani secara baik.
4) Observasi intake cairan dan output
R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran
cairan yang berlebihan.
5) Kolaborasi dalam:
a) Pemberian cairan infus / transfusi
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan

volume

intravaskular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan


sehingga dapat mencegah terjadinya shock
b) Pemberian koagulan dan uterotonika
R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah
dan

uterotonika

merangsang

kontraksi

uterus

dan

mengontrol perdarahan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoragik postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi
2, yaitu, Early Postpartum yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan
Late Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.
Hemoragik Post Partum

Page 16

Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan
atau HPP (Haemorrhage Post Partum). Tiga hal yang harus diperhatikan
dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum
adalah

menghentikan

perdarahan,

mencegah

timbulnya

syok,

dan

mengganti darah yang hilang.


3.2 Saran
Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan Keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan untuk para tim para medis agar dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education
dalam perawatan perdarahan postpartum.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Cunningham. Gary F. 2006. Obstetri Williams. Ed. Vol. 1. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,
Jakarta.
Rukiyah, Al Yeyeh, 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : Trans Info
Media
Saifudin, AB. 2005. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo
Varney, Helen, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi Kedelapan. Volume 2.
Jakarta: EGC
http://www.scribd.com/doc/72779869/ASKEP-Perdarahan-Postpartum diakses
tanggal 9 maret 2014 jam 18.30
Hemoragik Post Partum

Page 17

http://www.scribd.com/doc/86512657/Asuhan-Keperawatan-Postpartum diakses
tanggal 9 maret 2014 jam 18.45

Hemoragik Post Partum

Page 18

You might also like