You are on page 1of 7

JUDUL PRAKTIKUM

A.

Pendahuluan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya..Lingkungan sebagai suatu faktor ekologi yang
terdapat di sekitar tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari
lingkungan biotik dan abiotik.
Pengertian lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup hidup itu
tumbuh dimana meliputi unsure-unsur penting seperti tanah, air dan udara. Lingkungan
sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya
lingkungan hutan dimana setiap tumbuhan dan hewan bias hidup dengan bebas untuk
mencari makan, bias juga dengan lingkungan perkotaan dimana unsure bangunan
sangat kental di dalamnya. Saat lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka
keseimbangan anatara kehidupan dan dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal ini
memeberikan dampak negative bagi setiap makhluk hidup yang ada disekitarnya.
Lingkungan biotik (makhluk hidup) adalah lingkungan yang terdiri dari semua
unsur makhluk hidup yang ada (tumbuhan, hewan atau mikrobiota) dan lingkungan tak
hidup (abiotik), misalnya habitat, air, dan cahaya. Habitat sebagai faktor lingkungan
tempat tinggal makhluk hidup dalam melaksanakan kehidupannya akan mempengaruhi
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya. Misalnya air, bahan-bahan mineral
dan nutrien, serta cahaya matahari adalah faktor abiotik yang berguna untuk proses
sintesis. Hasil fotosintesis tersebut, misalnya karbohidrat kemudian dapat dimanfaatkan
pula oleh makhluk hidup lain sebagai sumber energi. Sedangkan lingkungan abiotik
adalah lingkungan yang terdiri dari benda-benda mati yang mana lingkungan tersebut
mendukung adanya suatu kehidupan
Ada beberapa faktor abiotik yang sangat penting sehingga dapat menjunjang
adanya kehidupan disuatu daerah, yaitu:
a. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap organism hidup. Berperan langsung pada setiap
fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tubuh
tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktorfaktor lain seperti suplai air .suhu akan mempengaruhi evaporasi dan menyebabkan
tidak saja keefektivan hujan tetapi juga kehilangan air dari organisme.
b. Kelembapan udara
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat

lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat
menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara
yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
c. Kecepatan angin
Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada
ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan
angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan
berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu,
misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena itu, kecepatan angin
dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin dapat
diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Jenis anemometer
yang paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok.
d. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya yang
terpenting sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini
sangat bervariasi baik secara ruang (spesial) maupun waktu (tempral). Radiasi
matahari yang sampai dan menembus atmosfera bumi akan terabsorpsi dan
terefleksi atau terhamburkan oleh gas-gas dan partikel-partikel yang dikandungnya.
Intensitas cahaya yang terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering
(zona arid), sedikit cahaya terefleksikan oleh awan. Di daerah latitudinal rendah
cahaya matahari menembus atmosfera dan membentuk sudut yang sangat besar
dengan permukaan bumi sehingga lapisan atmosfera yang tertembus berada dalam
ketebalan minimum
e. Ketinggian tempat
ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut (elevasi).
Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu
tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya
semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau
udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh
B.

terhadap suhu suatu wilayah.


Tujuan
a. Dapat membedakan lingkungan makro dan mikro
b. Dapat mempergunakan alat pengukur klimatik dan edafik
c. Melatih keterampilan mempergunakan alat-alat ukur faktor lingkungan dengan
benar
d. Melatih merancang percobaan pngukuran factor lingkungan

e. Menyatakan korelasi factor-faktor klimatik dan edafik berdasarkan pengukuran


dengan menggunakan statistika.
C.

Alat dan Bahan


a. Altimeter
b. Slingmeter
c. Anemometer
d. Luxmeter
e. Thermometer
f.
Akuades
g. Meteran
h. Tali rafia

D.

Cara Kerja
a. Mengukur beberapa faktor biotik yang terdapat di Taman sekitar pos satpam
Universitas Muhammadiyah Sukabumi dengan menggunakan beberapa alat yang
telah disediakan untuk pengamatan terhadap lingkungan.
a) Suhu udara
1. Menggantung thermometer selama kurang lebih lima menit
2. Mencatat suhu yang ditunjukan oleh thermometer
3. Melakukan pengukuran sebanyak tiga kali
b) Kelembapan udara
1. Membasahi salah satu thermometer dan membiarkan thermometer yang lain
tetap kering
2. Memutar sling selama lima menit dengan posisi jauh dari tubuh
3. Membaca nilai pada kedua thermometer sebagai suhu basah dan suhu
kering
4. Memasukkan nilai suhu kering dan selisih antara suhu basah dan suhu
kering dalam tabel sehingga didapat nilai kelembaban relatif.
5. Melakukan pengukuran sebanyak tiga kali.
c) Kecepatan angin
1. Mengarahkan anemometer kearah datangnya angin.
2. Membaca angka yang ditunjukan oleh layar panel .
3. Menuliskan angka yang tertera pada layar pada tabel.
4. Melakukan pengukuran sebanyak tiga kali
d) Intensitas cahaya
1. Menentukan range 100X untuk besarnya rasio pengukuran
2. Mengarahkan sensor cahaya ke matahari dan menunggu hingga angka pada
layar panel berhenti cukup lama.
3. Menutup sensor cahaya dan menuliskan angka yang tertera pada layar panel
di tabel
4. Melakukan pengukuran sebanyak tiga kali.
e) Ketinggian tempat.
1. Melihat angka yang ditunjukan oleh jarum altimeter.
2. Menuliskan angka yang tertera pada altimeter pada tabel.

3. Melakukan pengukuran sebanyak tiga kali.


b. Menyatakan secara statistik kemungkinan terdapat perbedaan faktor lingkungan
secara vertical dan horizontal disekitar suatu tumbuhan
c. Merumuskan sejumlah asumsi dan hipoteisi sehubungan dengan masalah yang
dirumuskan.
d. Menguji dengan metode statitika yang sesuai dengan rumusan masalah.
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengukuran beberapa faktor abiotik yang
mempengaruhi lingkungan. Adapun tempat yang kami pilih yaitu Kebun Botani UMMI
yang berada di belakang gedung olahraga. Tempat tersebut memiliki topogragi miring
dengan kemiringan mencapai 45o. tempat ini dihalangi oleh gedung olah raga yang
memungkinkan sinar matahari tidak semuanya jatuh ditempat ini dan angin yang
berhembus disini juga tidak terlalu besar karena terhalang oleh gedung. Adapun beberapa
fakor abiotik yang kami ukur disini yaitu suhu udara, kelembapan udara, intensitas
cahaya, ketinggian tempat dan kecepatan angin. Pengukuran kami lakukan pada
lingkungan mikro dan makro. Untuk lingkungan mikro kami lakukan disekitar pohon
jambu. Adapun titik yang kami ambil di pohon jambu tersebut yaitu atas pohon, tengah
pohon dan bawah pohon dimana setiap pengukuran faktor abiotik kami lakukan sebanyak
tiga kali. Sedangkan untuk lingkungan makro kami lakukan sekitar perpustakaan UMMI
yang berjarak 10 meter dan 20 meter dari pohon jambu. Praktikum kami lakukan dari
pukul 08.30 sampai dengan 11.00.
Untuk pengukuran yang pertama yaitu pengukuran suhu udara dengan menggunakan
thermometer. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa suhu udara dilingkungan mikro
lebih rendah daripada lingkungan makro. Hal tersebut dikarenakan

waktu untuk

melakukan pengukuran suhu pada lingkungan makro lebih siang pada pukul 10.00
daripada pada lingkungan mikro, dimana pada waktu tersebut matahari bersinar dengan
teriknya yang mengakibatkan suhu udara menjadi naik. Faktor abiotik selanjutnya yang
kami ukur yaitu kelembapan udara dimana kelembapan udara pada lingkungan mikro
lebih besar nilainya daripada kelembapan udara di lingkungan makro. Pada lingkungan
mikro, dari tiga pengukuran di setiap titik nilai kelembapan udara selalu mengalami
penurunan ini dikarenakan intesitas cahaya matahari yang jatuh didaerah tersebut terus
mengalami kenaikan yang mana akan meningkatkan suhu udara sehingga jumlah uap air
diudara akan mengalami penurunan.
Faktor abiotik ketiga yang kami ukur adalah kecepatan angin dengan menggunakan
anemometer. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa kecepatan angin terbesar berada di

atas pohon dan 10 meter dari pohon. Ini dikarenakan sedikitnya penghalangan ditempat
tersebut yang dapat menghalangi aliran angin ketempat tersebut. Sedangkan kecepatan
angin terkecil berada di bawah pohon dan 20 meter dari pohon. Ini dikarenakan ditempat
tersebut terhalangi oleh gedung (Perpustakaan UMMI dan gedung olahraga) yang akan
menghambat aliran angin ditempat tersebut. Pengukuran selanjutnya yaitu intensitas
cahaya dengan mnggunakan luxmeter. Dari data didapatkan tempat yang paling besar
mendapatkan sinar matahari yaitu atas pohon , bawah pohon dan 10 meter dari pohon
dengan nilai intensits cahaya 4,81 lux. Hal tersebut dikarenakan ditempat tersebut
penghalang jatuhnya sinar matahari lebih sedikit daripada ditengah pohon dan 20 meter
dari pohon yang jumlah penghalangnya lebih banyak yag mengakibatkan nilai intesitas
cahayanya kecil yaitu 3,89 lux. Faktor abiotik terakhir yang kami ukur yaitu ketinggian
tempat dengan menggunakan altimeter. Dari beberapa kali pengukuran didapatkan bahwa
ketinggian tempat kami melakukan praktikum sama yaitu 630 mdpl.
Dengan menggunakan statistika korelasi pearson untuk mengetahui hubungan linear
dari dua variable. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu
variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama ataupun
arah yang sebaliknya. Harus diingat bahwa nilai koefisien korelasi yang kecil (tidak
signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut tidak saling berhubungan. Mungkin saja
dua variabel mempunyai keeratan hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya
mendekati nol. Korelasi yang pertama yaitu suhu udara dan kelembapan udara.
Berdasarkan perhitungan nilai kovariannya pada lingkungan lingkungan mikro adalah
0,72 sedangkan pada lingkungan makro tidak tentu (~). Berdasarkan literature yang saya
dapatkan bahwa korelasi antara suhu dan kelembapan tinggi tetapi hubungan berbanding
terbalik. Semakin tinggi suhu maka kelembaban udara akan semakin rendah karena
kandungan air di udara semakin rendah. Pada lingkungan mikro nilai kovariannya positif
yang menandakan hubungannya kuat tetapi nilai kovariannya pada lingkungan mikro
nilainya tidak tentu yang menandakan bahwa hubungannya terbalik. Nilai kovarian
dilingkungan makro tidak tentu karena adanya beberapa penghalang pada saat melakukan
pengukuran tersebut diantaranya pohon dan gedung yang mengakibatkan pengukuran
tidak akurat.
Korelasi yang kedua yaitu korelasi suhu udara dan suhu udara dan kecepatan angin.
Dari hasil perhitungan didapatkan pada lingkungan mikro nilai kovariannya

0,21

sedangkan pada lingkungan makro adalah tidak tentu (~) yang memperlihatkan bahwa
korelasi keduanya berlawanan. Tetapi berdasarkan literature yang saya dapatkan bahwa

semakin tinggi suhu maka tekanan udara akan semakin besar yang mengakibatkan
kecepatan angin akan semakin besar. Korelasi yang ketiga yaitu korelasi antara suhu
udara dengan intensitas cahaya. Pada lingkungan mikro nilai kovarianya 0,86 yang berarti
korelasi kuat dan berbanding lurus sedangkan pada lingkungan makro nilai kovariannya
tidak tentu. Ini dikarenakan semakin besar cahaya matahari yang jatuh pada suatu daerah
maka suhu didaerah tersebut akan semakin besar.
Korelasi yang keempat yaitu korelasi antara suhu udara dengan ketinggian tempat.
Berdasarkan perhitungan, pada lingkungan mikro dan makro nilai kovariannya sama yaitu
tidak tentu. Hal ini dikarenakan pengukuran ketinggian dilakukan pada tempat sama yang
mengakibatkan nilai koefisennya sama dengan nol. Berdasarkan literature yang saya
dapatkan bahwa semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat
tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu
tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara yang
disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo. Alat yang
digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis khayal yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara sama disebut garis
isotherm (Syihamuddin, 2010).
Korelasi yang kelima yaitu korelasi antara kelembapan udara dengan kecepatan angin
dimana berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa nilai kovarian pada lingkungan mikro
adalah 0,76 yang menandakan bahwa korelasinya antara keduanya kuat dan berbanding
lurus. Sedangkan pada lingkungan makro nilainya tidak tentu. Berdasarkan literature yang
saya dapatkan bahwa semakin tinggi kecepatan angin maka suhu udara semakin tinggi
yang mengakibatkan kelembapan udara semakin rendah.
Korelasi yang keenam yaitu korelasi antara kelembapan udara dengan intensitas
cahaya dimana berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa nilai kovarian di lingkungan
makro adalah -4,64 sedangkan di lingkungan makro tidak tentu yang menandakan bahwa
hubungannya berbading terbalik dimana semakin tinggi intensitas cahaya maka
kelembapan udara akan semakin rendah karena dengan banyaknya cahaya matahari yang
jatuh pada suatu tempat maka suhu udara akan meningkat dan kelembapan udara akan
menurun.
Korelasi yang ketujuh yaitu korelasi antara kelembapan udara dan ketinggian temapat
yang mana pada lingkungan mikro dan makro nilai kovariannya adalah tidak tentu hal
tersebut terjadi karena pengukuran ketinggian hanya dilakukan pada satu tempat yang
mengakibatkan nilainya sama sehingga nilai koefisien untuk ketinggian adalah 0.
Berdasarkan literature yang saya dapatkan bahwa semakin tinggi tempat maka

kelembapan udara akan semakin tinggi karena suhu udaranya semakin rendah yang
mengakibatkan kandungan air diudara semakin tinggi.
Korelasi yang kedelapan yaitu korelasi antara kecepatan angin dan intensitas cahaya.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai kovarian untuk korelasi ini dilingkungan
mikro adalah 0,32 yang berarti hubunganya tidak terlalu kuat dan berbanding lurus,
sedangkan di lingkungan makro adalah -10,18. Berdasarkan literature yang saya dapatkan
bahwa semakin tinggi intesitas cahaya maka suhu udara akan semakin tinggi yang
mengakibatkan tekanan udara semakin besar sehingga kecepatan angin angin semakin
besar.
Korelasi yang kesembilan yaitu korelasi antara kecepatan angin dan ketinggian tempat
didapatkan nilai kovarian di lingkungan mikro dan makro adalah tidak tentu berdasarkan
litertur yag saya dapatkan bahwa semakin tinggi suatu tempat maka suhu udara akan
semakin rendah yang menyebabkan tekanan udara semakin rendah sehingga kecepatan
angin semakin kecil.
Korelasi yang terakhir adalah intensitas cahaya dengan ketinggian tempat yang mana
hasil dari perhitungan didapatkan bahwa nilai kovariannya baik dilingkungan mikro dan
makro adalah sama yaitu tidak tentu. Berdasarkan literature yang didapatkan bahwa
semakin tinggi tempat maka semakin besar intensitas cahayanya karena jarak dengan
matahari semakin dekat.

You might also like