You are on page 1of 20

1.

DEFINISI
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua
unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya

semakin

meningkat, serta dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz &
Schorge, 2008).
Persalinan spontan (eustosia) adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan, melalui jalan lahir
(pervaginam),

dengan

kekuatan

ibu

sendiri

atau

tanpa

bantuan

(Manuaba,2007)
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang
dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500
gram atau tua

kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu

(Wiknjosastro, 2007).
Menurut definisi WHO, bayi

prematur

adalah bayi lahir hidup

sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid


terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar
bayi

prematur

lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi,

Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).


Bayi premature adalah bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan, atau disebut neonates kurang bulan.
2. KLASIFIKASI
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi
beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 3236 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 2832 minggu disebut persalinan sangat prematur
(very preterm)
c. Usia kehamilan 20-27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
(extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
a. Berat badan bayi 1500 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
b. Berat badan bayi 1000 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2009)
Menurut WHO, prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok:
a. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.

b. Bayi dismatur/

small for gestational age. Merupakan bayi dengan

berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi
lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500
gram.
Menurut kejadiannya persalinan premarure di golongkan menjadi 2,
yaitu:
a. Persalinan idiopatik/ spontan:
Yang termasuk persalinan jenis ini adalah persalinan akibat kehamilan
kembar, polihidroamnion, atau persalinan premature yang di dasari
psikososial dan gaya hidup. Persalinan ini merupakan persalinan tanpa
menggunakan peralatan kedokteran dala pelaksanaannya, berjalan
sesuai seperti persalinan pada kehamilan usia kandungan normal.
b. Persalinan latrogenik/elektif
Persalinan yang harus segera di lakukan saat kehamilan di duga dapat
membahayakan janindan ibunya. Janin harus di pindahkan di lingkungan
luar yang jauh lebih baik dari rahim ibunya. Kondisi ini dapat
menyebabkan persalinan premature buatan/ latrogenic yang di buat
elective preterm.
Beberapa keadaan ibu yang menyebabkan persalinan elektif antara lain :
1. Preeklamsia/eklamsia
2. Perdarahan antepartum (plasenta pervia dan solusio plasenta)
3. Korioamnionitis
4. Penyakit janin atau ginjal berat
Beberapa keadaan janin yang sering membahayakan persalinan antara
lain
1. Gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis, atau gangguan jantung janin)
2. Infeksi intrauterine
3. Pertumbuhan janin terhambat
4. Isoimunisasi rhesus

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Penyebab
terjadinya
kelahiran

prematur

biasanya

tidak

diketrahui.15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda.


Persalinan prematur berdasarkan pengolangan faktor penyebab
(I.B.G. Manuaba dkk., 2007)
Pengolonga
n
Golongan I

Kriteria

Keterangan

Dapat terjadi prematur teratur tidak

kejadian persalinan prematur sangat

menimbulkan proses rekuren

jarang berulang dengan sebab yang

sama

solusio plasenta
plasenta previa
hidramnion /oligohidromnion

Golongan II

kehamilan ganda
resiko
kejadian

persalinan -

prematur tidak dapat dikontrol


oleh penderita sendiri

Golongan III

sebagian masih dapat diupayakan


untuk dikendalikan

anomali alat reproduksi sebagian sulit

hamil usia muda ,tua (umur

dikendalikan

kurang 18 tahun atau diatas

tindakan operasi

40tahun )
terdapat

anomali

reproduksi
faktor
yang

sekalipun

alat

menimbulkan

pesalinan

prematur

dapat

dikendalikan

sehinga

kejadian

Permasalahan
golongan

yang

dihadapi

111,sebagian

besar

beraspek sosial sehingah peran nya

prematur dapat diturunkan :

sebagai faktor pemicu persalinan

- KEBIASAAN :

Merokok ketagin obat


Kebiasaan kerja keras ,kurang

tdur dan istirahat


Keadaan sosial ekonomi yang
menyebabkan konsumsi gizi

prematur dapat dikendalikan:


Kemampuan pengendalian faktor
sosial

yang

obstetr sosial
Keberhasilan
dirasakan

yang kurang
Anomali
serviks,

meningkatkan

serviks

berada

ditengah

masyarakat ,merupakan program

nutrisi rendah
Kenali berat badan ibu hamil

inkompeten

dengan

mempunyai
memberikan

nya

akan

dapat

masyarakan

dan

nilai

untuk
kemampuan

pelayanan

bermutu

dan menyeluruh , sebagai stategi

sosial.
Faktor resiko bayi lahir prematur adalah sebagai berikut :
a. Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)
Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea
karena alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal anak daripada
dibiarkan dalam rahim. Hal ini dilakukan dengan alasan ibu atau janin
dalam keadaan seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam
kehamilan dan terjadi gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn, 2003).
b. Faktor Maternal
1) Umur ibu
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35
tahun. Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan
psikis masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia
lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan

daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa


diusia ini (Widyastuti, dkk, 2009).
Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi
mengalami penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal.
Wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan
dalam masalah hipertensi, diabetes, solusio plasenta, persalinan
prematur, lahir mati dan plasenta previa (Cunningham, 2006).
2) Paritas ibu
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (Saifuddin, 2007). Paritas adalah jumlah janin dengan
berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup
maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur
kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2008).
Macam paritas menurut Varney (2008) dibagi menjadi:
a) Nullipara
Golongan ibu dengan paritas 0 (belum pernah melahirkan)
b) Primiparitas
Seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk
pertama kali.
c) Multiparitas
Wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati 2-5 kali
d) Grande Multipara
Golongan ibu yang pernah melahirkan > 5 kali.
Berdasarkan hasil penelitian, ibu golongan multipara
mempunyai resiko 4 kali lebih besar dan ibu grande multipara
mempuyai resiko 5 kali lebih besar terhadap terjadinya kelahiran bayi
premature bila dibandingkan golongan nullipara dan primipara.
3) Trauma
Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul pada perut atau
mempunyai luka bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka SC
merupakan trauma fisik pada ibu yang dapat mempengaruhi
kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi
kehamilan ibu adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga
kehamilan ibu terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada
perut atau riwayat pembedahan seperti riwayat SC sebelumnya
(Oxorn, 2003).
Melakukan hubungan seksual dapat terjadi

trauma kerena

menimbulkan rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi


uterus

(Bobak,

2004).

Sperma

yang

mengandung

hormon

prostaglandin merupakan hormon yang dapat merangsang kontraksi


uterus.
4) Riwayat prematur sebelumnya

Persalinan

prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat

prematur sebelumnya (Rayburn, 2001). Menurut Oxorn (2003) risiko


persalinan

prematur

berulang

bagi

wanita

yang

persalinan

pertamanya preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding


dengan wanita yang persalinan pertamanya mencapai aterm.
Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah
mengalami persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan yang
terdahulu (Hacker, 2001) . Ibu yang tidak dapat melahirkan bayi
sampai usia aterm dapat disebabkan karena kandungan/ rahim ibu
yang lemah atau faktor lain yang belum diketahui jelas penyebabnya.
Wanita yang telah mengalami kelahiran prematur pada
kehamilan terdahulu memiliki risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang
kembali (Varney, 2007). Persalinan prematur dapat terulang kembali
pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan
risikonya meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua
juga mengalami persalinan prematur.
Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu
hamil yang pernah mengalami prematur sebelumnya merupakan cara
untuk meminimalkan risiko terjadinya persalinan prematur kembali.
Selain itu kesehatan ibu dan janin dapat dijaga semaksimal mungkin
untuk menghindari besarnya persalinan prematur dapat terulang dan
membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.
5) Plasenta previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen
bawah

uterus,

baik

posterior

maupun

anterior,

sehingga

perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks


(Varney, 2007). Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat menutupi
seluruh osteum uteri internum, sebagian atau tepi plasenta berada
sekitar pinggir osteum uteri internum (Wiknjosastro, 2007, p.365).
6) Inkompetensi serviks
Inkompetensi serviks merupakan kondisi ketidakmampuan
serviks untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran
tiba karena efek fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai
dengan terjadinya pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir
dengan ketuban pecah dini saat preterm, sehingga terjadi kelahiran
preterm, bahkan lahirnya bayi sebelum mampu bertahan hidup di luar
rahim. Gejala yang terjadi dapat berupa pengeluaran cairan vagina
yang encer, tekanan pada panggul, perdarahan per vaginam, dan

ketuban pecah dini preterm, namun pada sebagian besar wanita tidak
terjadi gejala apapun (Norwitz & Schorge, 2008).
7) Infeksi intra-amnion
Infeksi intra-amnion merupakan infeksi yang terjadi akibat
ketuban pecah lebih dari 18 jam. Agar tidak terjadi infeksi ini harus
menghindari ketuban pecah lebih dari 18 jam dalam persalinan
(Norwitz & Schorge, 2008).
8) Hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban
lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang
persalinan sebalum kehamilan

28 minggu, sehingga dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian


BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi (Cunningham, 2006).
9) Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab
terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan
protein urin yang meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/
eklampsia.

Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu

mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio plasenta,


perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang mengalami
preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko terjadinya kelahiran
prematur, terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan
hipoksia (Bobak, 2004).
10) Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap
janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran
mati maupun kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang
baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan
kenaikan berat badan selama hamil (Varney, 2007).
c. Faktor Janin
1) Gemelli
Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi
proses kelahiran bayi, melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan
dan persalinan (Saifuddin, 2009). Persalinan pada kehamilan kembar
besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus,
prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua,
atau perlunya seksio sesaria (Varney, 2007).
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama,
dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah
pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar
distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas

toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian bayi pada


anak kembar lebih tinggi dari pada anak kehamilan tunggal dan
prematuritas meupakan penyebab utama (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan
bertambahnya jumlah janin, yaitu lama kehamilan rata-rata adalah 40
minggu pada kehamilan tunggal, 37 minggu pada kehamilan kembar
dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, dan 29 minggu pada
kehamilan kembar empat (Norwitz & Schorge, 2008).
2) Janin Mati Dalam Rahim (IUFD)
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin
dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan
telah mencapai 20 minggu atau lebih (Saifuddin, 2006).
3) Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan
dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR
dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya (Saifuddin, 2009).
d. Faktor Perilaku
1) Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat
mengganggu pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas
sangat tinggi (Sujiyatini, 2009).
2) Minum alkohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak
baik sehingga kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu
yang mengkonsumsi minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).
e. Faktor demografi
Faktor demografi meliputi usia ibu, status mental, kondisi social
ekonomi, ras dan etnic.
Peran faktor ras dihubungkan dengan stress pola hidup atau adat
istiadat, persalinan prematur pada kulit hitam di amerika serikat jauh lebih
atau dibandingkan kulit putih.
Umur reproduksi yang sehat dan aman untuk hamil adalah 20 35
tahun. Pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis
masih kurang ,sedangkan pada usia lebih dari

35 tahun berkaitan

dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh, vitalitas serta


berbagai penyakit sering dapat menimpa.
4. PATOFISIOLOGI
Terlampir

5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervarasi,
bergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makinpremature/makin
kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaannya
dengan bayi yang cukup bulan. Tanda dan gejala bayi premature yaitu :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cn
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut
kepala tidak jelas
e. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
f. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
g. Rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau
kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
h. Tumit mengilap, telapak kaki halus
i. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum.
Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup
j.

oleh labia mayora


Tonus otos lemah, sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah

atau tidak efektif, dan tangisnya lemah


k. Jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit
(Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003 hlm. 33).
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan glukosa darah terhadap terjadinya hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri (GDA)
Nilai normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 nya 50 -70
mmHg dan kadar PaCO2 nya 35 45 mmHg dan saturasi O2 harus 92
94 %.
3. Pemeriksaan kimia darah sesuai kebutuhan
- Hb (Hemoglobin) : Hb darah lengkap bayi 1 3 hari adalah 14,5
-

22,5 gr/dl
Ht (Heatokrit) : Ht normal berkisar 45 -53 %
LED (Laju Endap Darah) untuk anak anak : Normalnya 0 13 mm/

jam
Leukosit : Normalnya 10.000/ mm3
Trombosit : Rentang normalnya antara 60.000 100.000 / mm3
Kadar serum/ plasma pada bayi premature (1 minggu) : Nilai

normalnya 14 27 mEq/L
- Jumlah eritrosit darah lengkap bayi (1-3 hari) : 4,0 6,6 juta/ mm3
- PH darah lengkap
: nilai normalnya 7,35 7,5
4. Pemerikasaan bilirubin serum

Nilai normal n=bilirubin 6 ml/dl pada hari pertamakehidupan, 8 mg/dl pada


1 -2 hari dan 12 mg/dl pada 3- 5 hari. Jika nilai lebih dari menunjukkan
adanya gangguan hepar.
5. Pemeriksaan radologi
- Pemeriksaan USG

: untuk mengevaluasi anatomi

cabang

kantong empedu pada bay premature


7. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di Rumah Sakit
Perawatan di rumah sakit di tekankan pada pengaturan suhu ingkungan
pemberian nutrisi dan O2 bila perlu karena belum sepurnanya alat alat
organ bayi dan perlu penyesuaian lingkungan, selain itu juga perlu
adaanya pencegahan terhadap infeksi serta mencegah defisiensi vitamin
dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Incubator

Incubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil ,akibat


sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum
sempurna maka suhunya bisa naik atau turun secara dratis.
Fungsi inkubaotr secara garis besar :
- Oksgenasi
Melalui oksigen suplemen dengan tudung kepala/ kanula
hidung/ ventilasi mekanik
-

Observasi
Perawatan intensif modern yang canggih meliputi pengukuran

suhu,
respirasi, fungsi jantung, oksignasi dan aktivasi otak
Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, menjaga

tetap hangat dan membatasi eksposure kuman.


Penyediaan gizi melalui sebuah saluran intravena kateter atau

nasogastrik tube
Memudahkan administrasi obat

Mempertahankan kesimbangan cairan dengan menyediakan

cairan dan enjaga kelembaban udara, baik kelembabannya


yang tinggi dari kult dan penguapan dari pernafasan bayi
Cara pengaturan suhu incubator.
1) Berat badan bayi kurang dari 2 kg suhu incubator di atur 350 C
2) Berat badan bayi 2- 2,5 kg suhu incubator di atur 340 C
3) Kelembaban : 50% - 60% terutama untuk bayi yang di indikasi
punya gangguan pernafasan
4) Suhu incubator dapat di turunkan 10 C setiap minggunya untuk
bayi dengan berat badan 2 kg dan berangsur angsur bisa
diletakkan di suhu ruangan (27 - 29) 0 C
Berat

Suhu Inkubator Sesuai Usia

Badan

350 C

340 C

330 C

320 C

Usia 3 5

Usia

minggu

minggu

Bayi
Usia 1

< 1,5 kg

10 hari

Usia
hari

11

minggu

1,5 kg 2,0

Usia 1- 20

kg

hari

2,1

kg

2,5 kg

Usia 1 2
bulan

> 2,5 kg

Usia
hari

11

minggu
Usia 3 hari

Usia

>

>

minggu
Usia

>

3 minggu
Usia 1 -2

minggu
Usia >

hari

hari

Bila tidak ada incubator , bedong / tutup badan bayi lebih tebal dan
letakkan botol-botol berisi air panas di sekitarnya atau dengan
lampu petromaks dekat tempat tidur bayi.
Perspexheat shield di tempatkan pada kulit bayi dalam incubator.
Ini

merupakan

sebuah

alat

detector

suhu

yang

bisa

mempertahankan suhu paten yang sudah di tentukan pada bayi


Bayi daam incubator hanya di pakaikan popok agar memudahkan
pengawasan keadaan umu, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan , kejang dan lain-lain. Sehingga keluhan dapat di
tentukan dan di atasi secepatnya.
b. Pemberian ASI
Porsi yang di berikan pada bayi premature:
1) Bayi premature beratnya > 1.800 gram, usia gestasi >34 minggu
dapat langsung di susukan pada ibunya. Bila ASI belum
mencukupi bisa di berikan ASI donor dengan sendok atau cangkir
8 10 x/hari.

2) Bayi premature beratnya 1.500 1.800 gram, usia gestasi 32 34


minggu, refleks hisap belum baik, tapi menelan sudah baik,
berikan ASI pecah dengan 10 12 kali / hari
3) Bayi premature beratnya 1.250 1.500 gram, gestasi 30 31
minggu refleks hisap dan menelan belum ada, perlu ASI pecah
melalui pipa orogastrik / NGT 12x/ hari
c. Makanan atau nutrisi
- Bayi preature umumnya refleks hisap dan menelannya belum
sempurna, jadi perlu nutrisi yang di masukkan langsung
melalui oro gastric tube. Selain itu lambung (kapasitas) masih
kecil, tapi kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi daripada
bayi normal. Protein 3 5 gram / hari, kalori 110 kal/ kg
-

BB/hari.
Pemberian nutrisi dilakukan pada usia bayi 3 jam, agar tidak

terjadi hioglikemia dan hiperbilirubinemia.


Sebelum pemberian makanan lakukan hisap cairan lambung

untuk mendeteksi atresia esophagus dan mencegah muntah.


Jumlah cairan yang diberikan pertama kali 1- 5 ml/ jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit tiap 12 jam.
Banyaknya cairan yang di berikan adalah 200 mg/kg/hari pada

akhir minggu kedua.


d. Mencegah infeksi
- Pisahkan bayi yang terinfeksi sejak lahir dengan yang tidak
- Galakkan teknik aseptic dan anti septic sebleum memegang
-

dan bersentuhan dengan bayi


Bersihkan tempat tidur seminggu sekali dan segra setelah bayi

di pindah.
- Bersihkan pada waktu tertentu
- Gunakan 1 alat hanya pada satu bayi
- Petugas di bangsal neonatal harus memakai baju khusus
- Kulit dan tali pusat harus di bersihkan sebaik mungkin
- Pembatan pengunjung sangat perlu untuk di lakukan
e. Memberikan Sentuhan
Sentua dari ibu membantu mempercepat proses kenaikan BB dan
f.

perbaikan kondisi bayi.


Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah
terjadinya infeksi. Pilihan perawatan tali pusat meliputi triple dye,
alcohol isopropyl, larutan povidon iodine, salep anti mikrobal atau
tanpa intervensi apapun..
Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dalam
rahim. Menjelang kesembuhannya tali pusat berubah warna menjadi

hitam. Dengan ini akan lepas dengan sendirinya antara 1 4 minggu.


Untuk mepercepat penyembuhan dan mnegindari infeksi, jagalah tali
pusat tetap kering dan terkena udara. Berikut beberaa hal penting
dalam perawatan tali pusat:
1) Sebelum tali pusat terlepas jangan memandikan bayi dengan
merendamnya dan jangan membasuh tali pusat sekalipun
dengan lap basah
2) Cuci tangan bersih bersih saatakan melakukan tindakan
3) Ambil kapas bulat yang telah di beri alcohol 70 %, bersihkan
sisa tali pusat terutama pangkalnya (yang menempel pada
perut bayi) dan lakukan dengan hati hati terutama jik tali
pusat masih berwarna merah
4) Rendam perban atau kassa steri dalam alcohol

70 % lalu

bungkus sisa tali pusat, seluruh permukaan hingga pangkal


harus tertutup perban
5) Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan
6) Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkus perban
tetap pada tempatnya
7) Jika pada area tersebut berwarna merah segera hubungi
dokter.
2. Perawatan di Rumah
a. Asupan Gizi
Bayi membutuhkan susu dengan protein tinggi, yaitu ASI. Pada bayi
premature organ hisapnya yang masih immature maka kurang
mampu untuk menyusu pada ibunya langsung, jadi ASI di berikan
dengan cara diperas dan diminumkan dengan sendokk atau pipet
perlahan cairan yang di berikan sekitar 50 60 cc/kg/BB/ hari dan
harus di naikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/ hari atau
sesuai dengan kemampuan bayi.
b. Jaga suhu tubuhnya
Bayi premature suhu tubuhnya tidak stabil, jadi orangrua harus
mengushakan suhu lingkungan atau ruangan agar tidak memicu
perubahan suhu bayi.
c. Jaga kebersihan lingkungan
d. Kangoro Mother Care (KMC)
KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus
menerus dan di kombinasi dengan pemberian ASI eksklusif.
Tujuannya agar bayi tetap hangat. KMC dapat di mulai segera setelah
bayi lahir atau bayi sudah stabil dan dapat di lakukan di rumah sakit
maupun saat pulang. Metode ini merupakan salah satu metode
perawatan bayi lahir dengan berat bdan lahir rendah untuk mencegah
hipotermia.

Cara perawatannya dalam kedaan telanjang dada, bayi hanya


memakai popok dan topi danbayi di letakkan secara vertical / tegak di
dada diantara kedua payudara iu dimana ibu dalam keadaan
telanjang dada kemudian di selitmuti. Juga di sertai dengan
pemberian ASI ekskluif.
Keuntungan yang didapat dari metode kanguru bagi perawatan
bayi :
1. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan anak
2. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi
3. Meningkatkan pertumbuhna dan berat badan bayi dengan lebih
4.
5.
6.
7.
8.
1.

baik
Mengurangi stress pada ibu dan bayi
Memperbaiki keadan emosi ibu dan bayi
Menngkatkan produksi ASI
Menurunkan resiko terinfeksi Selma perawatan di rumah
Mempersingkat massa rawat di rumah sakit.
Cara melakukan metode kanguru antara lain:
Berikan bayi pakian, topi, popok dan kaos kaki yang telah di

hangatkan lebih dahulu


2. Lettakan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung kekulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.
Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada
bayi terletak di dada ibu dan kepala agak sedikit mendongak
3. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari bdan ibu
dan bayi diletakkan diantara payudara ibu baju ditangkupkan
kemudian ibu emakai selndang yang dililitkan di perut ibu agar
bayi tidak terjatuh.
4. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi dapat digunakan handuk
atau kain lebar yang elastic atau kantung yang dibuat sedemikian
untuk menjaga tubuh bayi
5. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau
berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur,
poisis ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan
beberapa bantal di belakang punggung ibu
6. Bila ibu perlu istirahat dapat digantikan oleh ayah (KFC)
7. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, posisi
bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI dan kebersihan ibu
dan bayi.
e. Kangoro Father Care (KFC)
Metode yang sama dengan KMC, akan tetapi pada KFC yang
melakukan adalah ayah.
8. KOMPLIKASI

Sindrom distress pernafasan (RDS), karena pada stadium akhir akan


terbentuk membran hialin yang melapisi paru

Aspirasi pneumonia, karena refleks menelan dan batuk pada bayi


premature belum sempurna

Pendarahan intraventrikuler, pendarahan spontan pada ventrikel otak


lateral.

Fibroplasia retrolental, gangguan pada mata akibat oksigen yang


berlebihan

Hiperbilirubinemia, karena hepar pada bayi premature belum matang

Hipoglikemia, merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode


perinatal kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100 cc pada bayi kurang
bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.
Komplikasi prematuritas pada neonates menurut K.J. Leveno dkk. (2009),
yaitu:

Retinopati pada prematuritas (ROP) karena hiperoksigenasi

9. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Data identitas klien : nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan
(usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu), komplikasi
kehamilan dan persalinan, jenis persalinan
2) Keluhan utama : PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipoksia
ringan (340C), sedabg (30-340C), dan berat (<300C)
3) Riwayat kesehatan :
a) Riwayat prenatal : kunjungan kehamilan, kenaikan BB, komplikasi
kehamilan, konsumsi obat, perdarahan, penyakit ibu.
b) Intranatal : lama persalinan, komplikasi persalinan, terapi yang
diberikan, cara melahirkan (normal/SC), tempat melahirkan.
c) Post Natal : apsgar score, usaha nafas, kebutuhan resusitasi, obat
yag digunakan, trauma lahir, keluaran urin, interaksi ke orang tua.
4) Pemeriksaan fisik : berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
a) Kepala : caput succedanum (pembengkakan), cefalohematoma
(trauma kepala), keadaan rambut tipis, halus,
b) Mata : ikterik, anemis, bernanah
c) Telinga : Peningkatan kartilago lengkung daun telinga luar (usia
kehamilan 32 minggu), daun telinga kaku melengkung baik (usia
kehamilan 36 minggu-matur)

5) Sistem kardiovaskular : frekeuensi dan irama jantung rata-rata 120160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis
atau pucat, pengisian CRT (kurang dari 2 detik)
6) Sistem pernapasan : bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal, frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing, atau ronchi
7) Sistem gastrointestinal : distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilap), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi bau), refleks
menelan dan mengisap yang lemah
8) Sistem genitouria : abnormalitas genitalia pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis)
9) Sistem neurologis dan musculoskeletal : gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, menggenggam plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut, dan
lunak.
10) Sistem thermoregulasi (suhu) : suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan
11) Sistem integument : keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infuse), tekstur dan turgor kulit kering halus, dan
terkelupas
b. Analisa Data
No
.
1.

Data

Etiologi

DS : -

Etiologi dan faktor resiko

DO :

(persalinan prematur)

Suhu tubuh dibawah

normal
Kulit dingin
Dasar kuku sianotik
Pengisian
CRT

lambat
Takikardia
Pucat

BBLR/BLSR
Permukaan tubuh relatif lebih
luas dan jaringan lemak
subkutan yang tipis cenderung
Pemaparan dengan suhu luar
Kehilangan panas

Problem
Hipotermia

2.

DS : -

Hipotermia
Etiologi dan faktor resiko

DO :

(persalinan prematur)

- Adanya

Resiko infeksi

peningkatan

suhu tubuh

BBLR/BLSR

- Jumlah sel darah putih


lebih

dari

batas

Terjadi prematuritas sistem

normal

tubuh

- Tanda- tanda infeksi


Penurunan daya tahan tubuh
(sistem imun)

DS : -

Resiko Infeksi
Etiologi dan faktor resiko

Resiko gangguan

DO :

(persalinan prematur)

nutrisi kurang dari

Kulit kering
Penurunan

kulit
Kelemahan
Haus

Refleks

kebutuhan tubuh
turgor

BBLR/BLSR
Terjadi prematuritas sistem

menghisap

tubuh

dan menelan
-

Pengeluaran

feces

Imaturitas sentrum vital

dan urin
Refleks menelan belum
sempurna
Resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
c. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Hipotermia b.d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu
lingkungan
2) Kekurangan volume cairan b.d ketidakmampuan keseimbangan cairan
dan elektrolit
3) Resiko infeksi b.d imaturitas fungsi imunologik
4) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d refleks
menelan belum sempurna
d. Intervensi Keperawatan

1) Hipotermia b.d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu


lingkungan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
suhu tubuh kembali
Kriteria hasil:
Suhu tubuh kembali normal 36,5-37,5C
Kulit hangat
Sianosis (-)
Ekstremitas hangat
INTERVENSI
RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda vital suhu 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
badan
pada stress dingin
2. Tempatkan bayi pada penghangat 2. Mempertahankan

lingkungan

incubator dan di bawah lampu pijar


termonetral
3. Ganti pakaian atau alat tenun tempat 3. Menurunkan kehilangan suhu melalui
tidur bila basah
evaporasi
4. Perhatikan adanya takipnea atau 4. Tanda- tanda ini menandakan stress
apnea dan sianosis

dingin, yang meningkatkan konsumsi


oksigen dan kalori serta membuat

5. Pantau suhu bayi bila keluar dari


lingkungan hangat

bayi cenderung asidosis


5. Kontak di luar tempat tidur khususnya
dengan orang tua, mungkin singkat
saja

bila

dimungkinkan

untuk

mencegah stress dingin


Kolaborasi :
6. Membantu
mencegah
kejang
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan
berkenaan dengan perubahan fungsi
indikasi
SSP yang disebabkan hipertemia
2) Kekurangan volume cairan b.d ketidakmampuan keseimbangan cairan
dan elektrolit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
hidrasi klien mulai membaik
Kriteria hasil:
Turgor kulit elastis
Tidak ada edema
Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
Elektrolit darah dalam batas normal
INTERVENSI
1. Timbang berat badan setiap hari
2. Bandingkan masukan dan keluaran

RASIONAL
1. Berat badan adalah indikator sensitif
dari keseimbangan cairan
2. Keluaran harus 1-3 ml/

kgbb,

cairan

setiap

shift

dan

sementara kebutuhan terapi cairan

keseimbangan

kumulatif

setiap

periode 24 jam
3. Evaluasi turgor

kira-kira 80-100 ml/kgbb/hari


3. Cadangan cairan dibatasi pada bayi

kulit,

membran

dengan BBLR
4. Pemberian ASI tiap 2 jam dapat

mukosa, dan fontanel anterior


4. Berikan ASI tiap 2 jam sebanyak 30
cc lewat sonde

memenuhi kebutuhan cairan dalam


tubuh bayi

Kolaborasi :
5. Pantau pemeriksaan laboratorium 5. Dehidrasi
sesuai indikasi seperti Ht

meningkatkan

kadar

Ht

diatas nilai normal (45-53%)

3) Resiko infeksi b.d imaturitas fungsi imunologik


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
resiko infeksi dapat dicegah
Kriteria hasil:
Suhu : 36-370C
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Leukosit : 5.000-10.000
INTERVENSI
RASIONAL
1. Tingkatkan cara mencuci tangan 6 1. Tingkatkan cara mencuci tangan 6
langkah pada staf, pekerja lain, dan
orangtua
2. Gunakan

langkah pada staf, pekerja lain, dan

orangtua
sebelum 2. Gunakan

antiseptik

membantu prosedur
3. Observasi bayi terhadap

antiseptik

sebelum

membantu prosedur
tanda- 3. Observasi bayi terhadap tanda-tanda

tanda infeksi seperti ketidakstabilan

infeksi seperti ketidakstabilan suhu,

suhu, takipnea
takipnea
4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai 4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai
dengan prosedur
5. Lakukan teknik

aseptic

penghisapan/suction,

dengan prosedur
selama 5. Lakukan teknik

pemasangan

aseptic

penghisapan/suction,

selama

pemasangan

NGT, atau tindakan lainnya


NGT, atau tindakan lainnya
Kolaborasi :
6. Kolaborasi :
6. Pantau pemeriksaan laboratorium 7. Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai dengan indikasi : jumlah

sesuai

dengan

trombosit

trombosit

indikasi

jumlah

4) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d refleks


menelan belum sempurna
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
bayi dapat mempertahankan status gizi
Kriteria hasil:
Refleks menelan dan menghisap adekuat

Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab


Mata tidak cekung
BAB dan BAK lancar

INTERVENSI
1. Kaji maturitas

refleks

RASIONAL
berkenaan 1. Menentukan

dengan pemberian makan (misalnya

metode

pemberian

makan yang tepat pada bayi

menghisap, menelan, batuk)


2. Auskultasi bising usus, kaji status fisik 2. Pemberian makan bayi stabil memiliki
dan status pernapasan

peristaltik dapat dimulai 6-12 jam


setelah

kelahiran.

Jika

distres

pernapasan ada cairan parenteral


diindikasikan dan cairan peroral harus
ditunda
3. Kaji berat badan dengan menimbang 3. Mengidentifikasikan

adanya

resiko

berta badan setiap hari, kemudian

derajat dan resiko terhadap pola

dokumentasikan

pertumbuhan.

Bayi

kelebihan

cairan

pada

grafik

pertumbuhan bayi

SGA

dengan
ekstrasel

kemungkinan kehilangan 15%


lahir.

Bayi

SGA

mungkin

BB
telah

mengalami penurunan berat badan


dalam

uterus

atau

mengalami

penurunan simpanan lemak/glikogen.


4. Pantau masukan dan pengeluaran. 4. Memberikan

informasi

tentang

Hitung konsumsi kalori dan elektrolit

masukan aktual dalam hubungannya

setiap hari

dengan perkiraan kebutuhan untuk


digunakan dalam penyesuaian diet.

5. Kaji

tingkat

hidrasi,

perhatikan 5. Peningkatan kebutuhan metabolik dari

fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,

bayi

SGA

dapat

meningkatkan

kondisi membran mukosa, fluktuasi

kebutuhan cairan. Pemberian cairan

berat badan

intravena mungkin diperlukan untuk


memenuhi peningkatan kebutuhan

6. Kaji

tanda-tanda

hipoglikemia

: 6. Karena glukosa adalah sumber utama

takipnea, pernapasan tidak teratur,

dari

apnea, letargi, fluktuasi suhu, dan

kekurangan

diaphoresis. Pemberian makan buruk,


gugup,

menangis,

nada

tinggi,

gemetar, mata terbalik, dan aktifitas

bahan

bakar

untuk

otak,

dapat

menyebabkan

kerusakan

SSP

permanen.

Hipoglikemia

secara

bermakna

meningkatkan

mobilitas

mortalitas

kejang.

serta

efek

bergantung

berat
pada

yang
durasi

lama
masing-

masing episode.
Kolaborasi
7. Pantau

Kolaborasi :
pemeriksaan

laboratorium 7. Hipoglikemia dapat terjadi pada awal

sesuai indikasi

3 jam lahir bayi SGA saat cadangan


glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan
lemak.

DAFTAR PUSTAKA
Nanda Internasional. 2010. Diagnosa Keperawatan : definisi dan Klasifikasi
2009 -2011. Jakarta: EGC.
Doengoes. 2010. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patients Care. Alih bahasa: Karisa. Jakarta:EGC.
Mansojoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica
Aesculpalus.
Manuaba, Dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Surasmi, arining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 1990. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Forth Edition
Most by Year Book Inc, St Louis Missouri 2000. Diklat Kuliah PSIK
FK UNAIR; Surabaya.

You might also like