Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer Arief dkk, 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen
(Whaley dan wangs, 1995)
2.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a) Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare meliputi :
1)
2)
Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ), Adenovirus,
Astrovirus, dll
3)
Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba
histoticia, trimonas hominis), Jamur (candida albacus)
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA), Bronco pneumonia, dan sebagainya.
b) Faktor Malabsorbsi
1)
Malabsorbsi karbohidrat
2)
Malabsorbsi Lema
c) Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
2.3 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.
1)
Gangguan asmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2)
Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3)
Penularan
Penyebab
Manifestasi klinis
Pasien sering mengalami muntah, nyeri perut akibat diare akibat infeksi dan
menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, turgor kulit menurun karena
kekurangan cairan.
2.5 Patofisiologi
Dipengaruhi dua hal pokok yaitu konsistensi feses dan motilitas usus gangguan
proses mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa akan mempengaruhi
pertukaran air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang
terbentuk.
2.6 Komplikasi
Akibat diare karena kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipofolomi
c) Hipokalemi
d) Hipoglikemi
e) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
f) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
2.7 Pengobatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa
atau karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti sekres
a) Asetosal, dosis 25 mg/th,dengan dosis minimum 30 mg
b) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hr
2) Obat spasmolitik
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian
makanan) dan obat-obatan.
Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan
keadaan umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral beberapa
cairan yang berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare akut dan kolera
pada anak diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang, kadar Natrium 5060 mEg/1 formula lengkap sering disebut oralit. Sebagai pengobatan sementara
yang dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya air gula dan garam (NaCL dan
sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya bergantung
pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai umur dan berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1
PENGKAJIAN
MRS
: 09 Mei 2011
No Ruangan
Jam
: 18.00 WIB
:5
A.Identitas Pasien
Nama pasien
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 Tahun
Alamat
Agama
: islam
Jam
: 16.00 WIB
Pekerjaa
: Swasta
Suku bangsa
: Jawa
: Tn. F
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
Saat MRS
Saat pengkajian
disertai muntah.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
TTV
d.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada polip.
e.
Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad
serumen.
f.
Leher : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g.
Dada
Inspeksi
: dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris,
tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
h.
Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi
Perkusi
i.
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis,
skoliosis) tidak ada nyeri gerak.
j.
Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan,
kulit perineal kemerahan
k.
Anus
kemerahan.
l.
Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas,
tidak ada odem.
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga
yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2.
Makan : Ny. S tidak nafsu makan, makan hanya 3 sendok, tapi sebelum sakit
diare mau menghabiskan 1 porsi makan.
Minum : Ny. S minumnya tidak terlalu banyak.
3.
Pola Eliminasi
BAK
:5x/hari
BAB
4.
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
-O
- (Negatif)
Negatif
-H
1/80
Negatif
-PA
- (Negatif)
Negatif
-PB
-(Negatif)
Negatif
Tes widal
Therapy :
1.
Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2.
3.
Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4.
: Ny. S
No. Ruangan
:5
: 23 tahun
Data
Masalah keperawatan
Etiologi
DS : klien mengatan
berak kuning kehijauan
bercampur lendir
Gangguan
keseimbangan cairan
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Hiperperistaltik
DO : Turgor kulit
menurun, mulut kering,
malas makan
DS : Pasien mengatakan
bahwa mengalami perut
kembung
DO : setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi, klien tampak
menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan
sesudah BAB
Q : nyeri seperti
teremas
R : pada regio
epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
DS : klien mengatakan
bahwa klien BAB
berkali-kali
Gangguan pola
eliminasi BAB
Infeksi bakteri
1.
2.
3.
3.4 INTERVENSI
No
.
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
Setelah Dilakukan
Tindakan
Keperawatan 2x24
Jam dengan Tujuan :
volume cairan dan
elektrolit dalam
tubuh seimbang
1.
pantau tanda
kekurangan cairan
1.
Menentukan intervensi
selanjutnya
2.
observasi/catat
hasil intake output cairan
2.
Mengetahui
keseimbangan cairan
3.
3.
Dx
1
anjurkan klien
Mengurangi
(kurangnya cairan
dan elektrolit
terpenuhi)
Dengan KH :
Turgor kulit
cepat kembali.
kehilangan cairan
4.
jelaskan pada ibu
tanda kekurangan cairan
4.
Meningkatkan
partisipasi dalam perawatan
5.
berikan terapi
sesuai advis :
5.
mengganti cairan yang
keluar dan mengatasi diare
Infus RL 15 tpm
Mata kembali
normal
Membran
mukosa basah
Intake output
seimbang
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam denganTujuan :
rasa nyaman
terpenuhi, klien terb
ebas dari distensi
abdomendengan KH
:
1.
Teliti keluhan nyeri,
cacat intensitasnya
(dengan skala0-10).
Klien tidak
menyeringai
kesakitan.
4.
Klien
mengungkapkan
verbal (-)
-
Wajah rileks
Skala nyeri 0-
2.
Anjurkan klien
untuk menghindari
allergen
3.
Lakukan kompres
hangat pada daerah perut
Kolaborasi
Berikan obat
sesuai indikasi
Steroid oral, IV, &
inhalasi
Analgesik : injeksi
novalgin 3x1 amp
(500mg/ml)
Antasida dan ulkus
: injeksi ulsikur 3x1 amp
(200mg/ 2ml)
1.
Identifikasi
karakteristik nyeri & factor
yang berhubungan
merupakan suatu hal yang
amat penting untuk memilih
intervensi yang cocok &
untuk mengevaluasi ke
efektifan dari terapi yang
diberikan.
2.
Mengurangi
bertambah beratnya
penyakit.
3.
Dengan kompres
hangat, distensi abdomen
akan mengalami relaksasi,
pada kasus peradangan
akut/peritonitis akan
menyebabkan penyebaran
infeksi.
4.
Kortikosteroid untuk
mencegah reaksi alergi.
5.
Analgesik untuk
mengurangi nyeri.
3
Setelah Dilakukan
Tindakan
Keperawatan 2x24
Jam dengan Tujuan :
Konsistensi BAB
lembek, frekwensi 1
kali perhari dengan
KH :
Tanda vital
dalam batas normal
(N: 120-60 x/mnt, S;
36-37,50 c, RR : <
40 x/mnt )
Leukosit :
4000 11.000
Hitung jenis
leukosit : 1-3/2-6/5070/20-80/2-8
1.
Mengobservasi TTV
2.
Jelaskan pada
pasiententang
penyebab daridiarenya
3.
Pantau leukosit
setiap hari
4.
Kaji pola eliminasi
klien setiap hari
5.
Kolaborasi
1.
kehilangan cairan
yang aktif secar terus
menerus akan
mempengaruhi TTV
2
Klien dapat
mengetahui penyebab dari
diarenya.
3
Berguna untuk
mengetahui penyembuhan
infeksi
4
Untuk mengetahui
konsistensi dan frekuensi
BAB
Antibiotik:
cefotaxime 3x1 amp
(500mg/ml)
5
Metode makan dan
kebutuhan kalori didasarkan
pada kebutuhan.
No.ruangan
:5
: 23 tahun
TGL/
NO.
JAM
Dx
Selasa,
10/5 11
1,2,3
16.00
: Ny. S
IMPLEMENTASI
RESPON PS
Mengkaji keluhan
pasien
Mengobservasi TTV
setiap 8 jam
DO : Turgor kulit
menurun,mulut kering, mata
cowong, dan menahan
kesakitan
TD = 80/50 mmHg, S =
390 C, N= 112, tampak
lemah ,RR 22x/mnt
TTD
16.15
1
Memasang infus RL
15 tpm
DS : expesi wajah klien
sedikit rileks
16.25
1,2
Memberikan obat:
DO : keluarga kooperatif,dan
akan memberikan banyak
minum agar klien tidak
dehidrasi
Injeksi Novalgin 1
amp
Injeksi Cefotaxime 1
amp
Menganjurkan untuk
klien banyak minum
DS : DO : Ny. S keluarga
kooperatif
21.00
DS : -
1,2
Rabu11/5/
11
06.30
Menganjurkan klien
untuk
istirahat dan melakukan
kompres hangat pada
daerah perut
1,3
DO : TD = 100/70, S = 380,
N = 100x/mnt, RR = 20x/mnt
Mengobservasi TTV
Mengganti infus RL
15 tpm
Mengkaji pola
eliminasi klien
DS : DO : Keluarga kooperatif
07.30
2,3
Memberikan obat:
Injeksi Novalgin 1
amp
Injeksi Cefotaxime 1
amp
08.50
1,3
Observasi/catat hasil intake
output cairan
Menganjurkan makan
dalam porsi sedikit tapi
sering.
11.30
DS : pasien mengatakan
akan minum sesering
mungkin
DO : Ny. S keluarga
kooperatif
DS : -
1,2
Menyuruh pasien
banyak minum agar tidak
dehidrasi
DO : Ny. S keluarga
kooperatif
Jelaskan pada
keluarga tanda-tanda
kekurangan cairan
14.00
3,2
DS : Memberikan obat:
Injeksi Cefotaxime 1
amp
Kamis,
12/5/11
06.00
1,2,3
DO : TD = 100/70, S = 370, N
= 100x/mnt, RR = 22x/mnt
Mengopservasi TTV
Mengganti cairan
06.30
Menganjurkan makan
dalam porsi dikit tapi sering
DS :pasien mengatakan
nyeri saat disuntik
08.00
1,3
Mengopservasi tanda tanda
dehidrasi
DS : DO : Leukosit : 8600/mm3
08.30
2,3
Memberikan obat
Injeksi Cefotaxime 1
amp
10.00
Observasi leukosit
No
.
Dx
Hari/tgl
Catatan Perkembangan
TTD
1.
Selasa
10/5/2011
2.
Skala nyeri 3
1.
Rabu 11/5/2
011
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2.
S : Kien mengatakan bahwa sakit perutnya sedikit
berkurang
O : Klien menyeringai menahan sakit, skala nyeri 2
A : Masalah tertasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3.
S : Klien mengatakan bahwa BAB sudah lembek 12/harimual sudah berkurang, tidak muntah lagi.
O:-
1.
Kamis
12/5/2011
Skala nyeri 0
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2.
O:-
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan