You are on page 1of 19

Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui

Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman
terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4).
Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.
Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang
sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang
mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila
proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan
penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya
sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk
merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan
moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus
dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi
anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang
bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri
belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain
pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang,
mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu,
sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif,
menyenangkan agak sulit.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 3


Jabung diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum
memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum
mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa
baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif
lainnya

pada

menerapkannya

tingkat
secara

ingatan,
efektif

mereka
dalam

belum

dapat

pemecahan

menggunakan

masalah

sehari-hari

dan
yang

kontekstual.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan
proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses
pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata
pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik
terhadap materi yang disampaikan guru.
Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung dalam
pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti
memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta
mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil
pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014
belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang
hanya 71,29 berada pada urutan ke-4 setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22),
Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35), dan Matematika (rata-rata 74,12).
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung
maka

penulis

berupaya

untuk

menerapkan

model

pembelajaran

Quantum

Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif
pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul: "Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi
Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
Jabung".

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS
materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Jabung?
C. Tujuan
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam
meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi
operasional sebagai berikut :
1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan
yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia (Depdiknas, 2004).
3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang
diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti "melempar bola salju".
Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara holistik, baik aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor pada siswa kelas VIII Sekolah Dasar Anjasmoro Semarang.

BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoretis
1. Hasil Belajar IPS
a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SMP
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka
harus

memperoleh

kecakapan

dan

pengetahuan

dari

sekolah,

di

samping

mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa,


yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan
menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).
Mata

pelajaran

Ilmu

mengembangkan

Pengetahuan

pengetahuan,

nilai,

Sosial

(IPS)

sikap,

dan

di

SMP

berfungsi

keterampilan

siswa

untuk
tentang

masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2).


Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru
dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan
pencapaian tujuan tersebut.
b. Ranah Hasil Belajar IPS
Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus
dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk
memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward
Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni
(a) ketrampilan dan kebiasaan,
(b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan

Gagne

membagi

lima

hasil

belajar,

yakni

(a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)
ketrampilan motoris.

Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni
ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22).
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan
evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikmotoris,
(a) gerakan refleks,
(b) keterampilan gerakan dasar,
(c) kemampuan perseptual,
(d) keharmonisan atau ketepataan,
(e) gerakan keterampilan,
(f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil
belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan
yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
a. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan model
pembelajaran Quantum dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka
pengembangan

kurikulum

berbasis

sekolah

menyimpulkan

bahwa

model

pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran


Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat
mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan menghargai
setiap

keberhasilan

sekecil

apapun

(http://pps.upi.edu/org/abstrak

thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa
penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi negara-

negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga orisinilitas
konsep ini dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Terhadap hasil-hasil

penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan akurasi


hasil-hasil penelitian sebelumnya.
b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di
dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan
belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan
suasana belajar (Bobby De Porter, 2002:89).
Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR,
yakni:
Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget.
Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori
Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike
berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan
keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila
koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi
akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang,
1990:110).
Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang
merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know),
belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together),
dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkahlangkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut: 1) guru menyampaikan
materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil

masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3)


masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya, 4) masing-masing
siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas
tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama
kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup
(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
B. Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran
IPS. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing,
siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.
Serangkaian

kegiatan

penerapan

kolaborasi

model

pembelajaran

Quantum

Teaching dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni
Tumbuhkan

(memberikan

apersepsi),

Alami

(memasangkan

kartu

kata

dan

mengomentari salah satu negara ), Namai (menyimpulkan materi), Demostrasikan


(melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan
Rayakan (memberi reward). Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berpikir di
bawah ini:
C. Hipotesis
Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian
teoretis

dunia

pustaka.

Pernyataan

ini

merupakan

jawaban

sementara

dari

permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi Suhandini, 2000:7). Hipotesis


tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada peningkatan hasil belajar IPS materi
negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung. Adapun
indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:
1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing .

2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS
yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.
3. 85% siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung mengalami ketuntasan belajar dalam
materi negara-negara Asia Tenggara.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri
atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni:
1) perencanaan (planning),
2) tindakan (acting),
3) pengamatan (observing), dan
4) refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21),
Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:
A. Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi pokok negaranegara

tetangga

(Asia)

dengan

indikator:

(1) Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations),


(2) Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan
siklus 1 direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Penelitian

tindakan

kelas

dilaksanakan

selama

pembelajaran

berlangsung.

Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain:


a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan
cerita guru tentang latar belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan
dengan pembentukan nama kelompok dengan nama-nama negara Asean.
b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal
negaranya, kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh
sebelumnya dengan bimbingan guru.
d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap
kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas

tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan
untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah
ditentukan oleh guru.. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok
yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan
dari bola tersebut.
e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu
tersebut diadopsi dari lagu-lagu yang sudah familiar bagi siswa, kemudian
dinyanyikan berulang-ulang.
f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam
pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa lagu-lagu seperti lagu
"Kamu Anak Cerdas".
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala
sekolah

untuk

mengamati

tingkah

laku

dan

sikap

siswa

ketika

mengikuti

pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan


Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang
menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam
pembelajaran IPS.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta
menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah
strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.
B. Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi pokok
negara-negara
(1)

tetangga

mengidentifikasi

keadaan

(Asia)
sosial

dengan

indikator:

negara-negara

tetangga,

(2) Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya

negara-negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang
anggota negara-negara Asean yang sekarang. Siklus II direncanakan sebanyak dua
kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta
negara-negara Asia Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan kelompok
dengan menggunakan nama ibukota negara-negara Asia Tenggara.
b. Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah
satu negara di Asia Tenggara.
c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh
sebelumnya dengan bimbingan guru.
d.

Demonstrasikan,

siswa

melakukan

Snowball

Throwing,

setiap

kelompok

menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut
digulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif.
Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok
lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha
menangkap

bola

tersebut.

Siswa

yang

terakhir

memegang

bola

mendapat

kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.


e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru
kemudian dinyanyikan berulang-ulang.
f.

Rayakan,

kelompok

yang

tergiat

dalam

pembelajaran

tersebut

berhak

mendapatkan reward berupa tepuk, misalnya dengan tepuk The Best.


Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala
sekolah

untuk

mengamati

tingkah

laku

dan

sikap

siswa

ketika

mengikuti

pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan


Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang
menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam
pembelajaran IPS.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru maka
peneliti mengecek apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah
tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan
seterusnya sampai mencapai indikator kinerja.
C. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif
dan kualitatif (Supardi, 2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis
secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data
tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan
teknik deskriptif presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria
deskriptif prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut:
Tabel 3.1: Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase
Kriteria Nilai Penafsiran
Baik Sekali 86 - 100 Hasil belajar baik sekali
Baik 71 - 85 Hasil belajar baik
Cukup 56 - 70 Hasil belajar cukup
Kurang 41 - 55 Hasil belajar kurang
Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang
(Depdiknas, 2002:4)
Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan
dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlaah 42

siswa. Pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yakni siklus I (pada
tanggal 20 dan 27 Agustus 2007) dan siklus II (pada tanggal 3 dan 10 September
2007). Berikut disajikan paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar IPS
melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran.
A. Hasil Penelitian
Siklus I
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPS materi negaranegara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden
adalah 100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar IPS sebesar 81,90.
selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan
kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus I
Interval Frekuensi Persentase Kategori
86-100 18 43% Baik Sekali
71-85 14 33% Baik
56-70 7 17% Cukup
41-45 3 7% Kurang
< 40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 42 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 43% siswa berada
pada kategori baik sekali, 33% baik, 17% cukup, dan 7% kurang. Selengkapnya
dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus I melalui kolaborasi model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 81,90 dan ketuntasan individual
baru mencapai 76,19%. Potret pembelajaran IPS belum mencapai tujuan yang
diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja > 85% dari jumlah siswa
dalam

kelas

telah

mencapai

ketuntasan

belajar

individual,

sehingga

perlu

dilaksanakan siklus II.


2. Observasi Proses Pembelajaran IPS
Hasil observassi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa
perihal

kesungguhan

siswa.

Perhatian

siswa

mulai

terpusat

pada

pelajaran

walauupun belum maksimal. Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran


IPS mulai meningkat. Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi
awal sebelum model Quantum Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.
Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan
pendapat. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari
keaktifan siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak
malu lagi menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan
dengan benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika
harus tampil di depan kelas, mereka berani tampil memimpin lagu atau pun
menyanyi rangkuman materi di depan kelas.
Perilaku lain yang menujukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang
diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya
dapat diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa mampu
membuat pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari. Siswa belum dapat
menyelesaikan tugas lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa
belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan cepat. Namun kemampuan menjawab
pertanyaan ada peningkatan. Siswa dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan
tepat.
Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada peningkatan walaupun belum
signifikan. Guru sudah mulai mengelola ruang, fasilitas, strategi, interaksi dengan
siswa, dan evaluasi dengan baik. Namun untuk pengelolaan waktu masih belum
dapat terlaksana dengan efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan model

pembelajaran secara kolaborasi. Kesan umum guru dalam mengajar masih sedikit
kaku, kurang luwes dan belum terlalu peka terhadap kondisi siswa.
Siklus II
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPS materi negaranegara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden
adalah 100, nilai terendah sebesar 65. selengkapnya dapat dibaca pada tabel
distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus II
Interval Frekuensi Persentase Kategori
86-100 23 55% Baik Sekali
71-85 15 36% Baik
56-70 4 9% Cukup
41-45 0 0% Kurang
< 40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 42 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 55% siswa berada
pada kategori baik sekali, 36% baik, dan 9% cukup. Selengkapnya dapat dilihat
dalam grafik batang berikut ini:
Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus II melalui kolaborasi model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 87,62 dan ketuntasan individual
mencapai 90,48%. Potret pembelajaran IPS sudah mencapai tujuan yang tertuang
dalam indikator kinerja yakni > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai
ketuntasan

belajar

individual,

sehingga

penelitian

tindakan

kelas

dinyatakan

berhasil, dan tidak perlu mengadakan siklus berikutnya.


Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tinndakan penelitian
yang menyatakan : "Dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing, ada peningkatan hasil belajar IPS materi negaranegara Asia Tenggara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung", berarti diterima
kebenarannya.
2. Observasi Proses Pembelajaran IPS
Hasil

observasi

siklus

II

menunjukkan

peningkatan

yang

cukup

signifikan.

Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat. Perhatian siswa
secara penuh tertuju pada materi pelajaran IPS. Semangat siswa lebih meningkat,
semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang malas
atau kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.
Keberanian siswa mebgemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah
berani

mengungkapkan

pendapat,

mengomentari

suatu

hal

atau

pun

mengungkapkan ide-idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu


keberaniannya menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh
pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa
untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di
kelas

mampu

menjawab

pertanyaan

dengan

tepat.

Mereka

juga

mampu

menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu membuat
pertanyaan yang bagus yang mudah dipahami dan sesuai dengan materi.
Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat menyelesaikan
tugas lebih awal. Kecepatan juga terlihat saat siswa menjawab pertanyan. Siswa
dapat menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Sehinga pelajaran dapat
berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai fasilitator
pembelajaran. Kualitas guru dalam mengajar lebih meningkat dibandingkan siklus
sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
efektif, terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang, menggunakan
model pembelajaran, dan strategi dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan
lagi guru terkesan lebih kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas
menjadi menjadi segar.

Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudaah memahami
materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar
juga meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika anatara guru dan siswa terjalin
hubungan yang dinamis, harmonis, dan menyenangkan.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS
materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model Quantum Teaching
dan Snowball Thorwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I
(81,90) dan siklus II (87,62). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu
pada siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48% sehingga indikator
kinerja penelitian tindakan kelas ini seleai pada siklus II.
Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Thorwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Disampik aspek kognitif siswa, penerapan model
tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif
yang tampak yakni kesungguhan, keberanian, sementara aspek psikomotor dapat
dilihat dari kecepatan dan ketepatan siswa menyelesaikan serangkai tugas.
Hal tersebut dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran
terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni
ranah kognitif, ranah efektif,dan ranah psikomotoris. Dengan demikian hasil
penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak
menelaah dan menindakkritisi sebagai fenomena aktual bidak pendidikan kususnya
dalam hal inovasi pembelajaran.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan
bahwa dalam melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi negaranegara Asia tenggara pada siswa kelas VIII SMP Anjasmoro Semarang. Hal tersebut
ditadai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya
peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus II.
Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19%
dan siklus II sebesar 90,48%.
Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari
rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru
semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1.

Para guru sekolah dasar, hendaknya lebih memiliki kmitmen yang tinggi
dalam menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara
profesional, mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara
variatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

2.

Para

kepala

Sekolah

dan

Pengawas

Sekolah,

hendaknya

lebih

mengintensifikiasikan perannya sebagai supervisor agar guru sekolah dasar


memiliki

motivasi

dalam

menerapkan

model-model

pembelajaran

yang

bermakna. Selebihnya, pemberian kesmpatan untuk mengikuti penataran,


bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian

DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis
Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SMP, SMPLB, SLB Tingkat Dasar,
dan MI. Jakarta: Depdiknas.
.............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif.
Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
RoSMPakarya.
Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.
Puskur

Balitbang

Depdiknas.

2003.

Model-model

Pembelajaran

Efektif.

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.


Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta:
Bumi Aksara.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata
Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah.
Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).
update 28 Agustus 2007.
Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Oleh : Nanang Wiwit Sinudarsono, S.Pd.

You might also like