You are on page 1of 4

Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau bahkan zat-zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah proses tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan (Mycek, 2001).
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau terinfeksi
kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan
agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.
Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau
diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut dengan radang. Agen yang
dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti oleh radang adalah
kuman (mikroorganisme), benda (peluru, pisau, dsb), suhu (panas atau dingin),
berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar UV), listrik, zat-zat kimia, dan lain-lain.
Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang
mempunyai pokok-pokok yang sama, yang terjadi cedera jaringan berupa degenerasi
(kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh
cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma, sel darah, dan sel
jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan
fibrolas, terjadinya

proses

fagositosis, dan terjadinya

perubahan-perubahan

imunologik. (Rukmono,2000).
Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah
lokal yang mengakibatkan terjadinya alirand darah setempat yang berlebihan,
kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar
ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang
disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah
berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan
pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini
ialah histamine, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reaksi

sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi
hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi.
(Guyton, 1997).
Obat antiinflamasi adalah golongan obat yang yang memiliki aktivitas
menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dicapai melalui berbagai cara
yaitu menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelpasan
prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya (Ganiswarna, 1995).
Pengobatan pasien dengan inflamasi pada umumnya untuk memperlambat
atau membatasi proses kerusakan jaringan yang terjadi pada daerah inflamasi. Obat
modern yang biasa digunakan ialah obat antiinflamasi non steroid (AINS) yang
memiliki efek samping merugikan tubuh seperti tukak lambung. Oleh karena itu
pemanfaatan tumbuhan obat dengan khasiat antiinflamasi perlu dilakukan untuk
menemukan alternatif pengobatan dengan efek samping yang relatif lebih kecil
(Narande, 2013).
Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu :
a. Glukokortikoid (golongan steroidal) yaitu antiinflamasi steroid. Anti inflamasi steroid
memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta
penghambatan aktivitas fosfolipase. Contohnya golongan predinison.
b. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ) juga dikenal dengan AINS (Anti
Inflamasi Non Steroid). NSAIDs bekerja dengan menhhambat enzim siklooksigenase
tetapi tidak Lipoksigenase (Tjay dan Raharja, 2007).
Mekanisme kerja obat golongan NSAIDs bekerja dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase (COX), dan dengan melakukan hal ini, NSAIDs juga bekerja
untuk menurunkan produksi prostaglandin dan Leukotriena. Prostaglandin COX-1
merangsang fungsi fisiologis tubuh, seperti produksi mukus lambung yang bersifat
protektif dan maturasi trombosit (Chang dan Daly, 2009).
Sebaliknya, lintasan COX-2 diinduksi oleh kerusakan jaringan/ inflamasi, dan
prostaglandin yang dihasilkan merupakan substansi proinflamasi, inhibisi lintasan

COX-2 akan mengurangi respon inflamasi, mengurangi udema dan meredahkan nyeri
(Chang dan Daly, 2009).
Antiinflamasi golongan steroid adrenal bekerja dengan menghambat enzim
fosfolipase

A2

Efek

antiinflamasi

steroid

adrenal

berhubungan

dengan

kemampuannya untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin, yang dapat


menghambat kerja enzimatik fosfolipase A secara tidak langsung dengan
menginduksi sintesis protein G (Ganiswarna, 1995).

Chang, E., Daly, J., Elliot, D. 2009. Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : UI Press.
Guyton, A. C. & Hall, J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Mycek, J Mary. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.
Narande, J.M. et al. 2013. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Suji
(Dracaena angustifolia Roxb) Terhadap Edema Kaki Tikus Putih Jantan Galur
Wistar. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 03.
Rukmono.2000. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Akademik FK
UI.
Tjan, Tan Hoan dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Gramedia.

You might also like