Professional Documents
Culture Documents
TRIMESTER III
A. ABORTUS
1) Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) sebelum kehamilan tersebut berumur 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan.
2) Tanda dan Gejala
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami
keterlambatan haid. Kecurigaan diperkuat dengan ditentukanya
kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes secara
biologis.
a) Abortus imminens ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau
tidak sama sekali. Uterus membesar serviks belum membuka
dan tes kehamilan positif, pada beberapa wanita hamil dapat
muncul perdarahan sedikit. Hal ini disebabkan oleh
penembusan villikosiales kedalam desidua, pada saat
implantasi ovum, perdarahan implantasi biasanya sedikit darah
berwarna merah dan cepat berhenti serta tidak mules.
b) Abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui
ostium uteri eksternum disertai mules atau adanya kontraksi
uterus pada pemeriksaan dalam. Ostium terbuka buah
kehamilan masih dalam uterus serta ketuban utuh dan dapat
menonjol. Pada kehamilan 12 minggu biasanya perdarahan
tidak banyak dan bahaya peforasi akan lebih besar, maka
sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse
oksitosin.
c) Abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum disertai mules atau adanya
kontraksi uterus. Apabila perdarahan banyak dapat
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum
sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Pada pemeriksaan vaginal,
konalos servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
cavum uteri atau kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum.
d) Abortus komplit ditemukan adanya perdarahan yang sedikit
ostium uteri telah menutup dan uterus telah mengecil.
e) Abortus tertunda (missed abortion) gejala subjektif kehamilan
menghilang, mamae mengendor, uterus tidak membesar, tes
C. MOLA HIDATIDOSA
1) Pengertian
Mola hidatinosa adalah kelainan didalam kehamilan dimana jaringan
placenta berkembang dan membelah terus menerus dalam jumlah yang
berlebihan. Mola hidatinosa dapat mengandung janin (mola parsial) atau
tidak terdapat janin didalamnya (mola komplit). Pada kebanyakan kasus
mola tidak berkembang menjadi keganasan,namun sekitar 2-3 kasus per
1000 wanita,mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut
koriokarsinoma,kemungkinan terjadi mola berulang berkisar 1 dari 1000
wanita kadar hormon yang dihasilkan mola hidatinosa lebih tinggi dari
kehamilan biasa.
2) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatinosa.
Kecurigaan ini biasanya terjadi pada minggu ke 14-16 dimana ukuran
rahim lebih besar dari kehamilan biasanya,tanda dan gejala mola
hidatinosa yaitu:
Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien
masuk RS.
Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih
besar).
Gejala hipertitodisme seperti intoleransi panas,gugup,,penurunan
BB yang tidak dapat dijelaskan,tangan gemetar dan berkeringat dan
kulit lembab.
Gejala pre-eklamsi seperti pembengkakan pada kaki dan
tungkai,peningkatan tekaran darah,proteninuria (terdapat protein
pada air seni).
3) Etiologi
4) Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ibu maupun janin yang dikandungnya yaitu:
Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan
variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok.
Gangguan pembekuan darah.
Komplikasi pada janin seperti asfiksia ringan sampai berat.
5) Patofisiologis
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah placenta atau uterus yang
membentuk hemotoma pada desidua. Sehingga placenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan placenta perdarahan darah antara uterus
dan placenta belum terganggu dan tanda serta gejala pun tidak jelas.
Kejadian baru diketahui setelah placenta lahir yang ada pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
6) Penanganan
Penangan pada pasien solusio placenta tergantung pada berat ringannya
kejadian dibawah ini akan dijelaskan antara lain:
Pada kondisi solusio ringan jika keadaan janin masih baik dapat
dilakukan penangan secara konservatif kemudian menganjurkan
ibu untuk melakukan posisi semi fowler atau setengah
duduk,mengobservasi tanda-tanda vital tiap 15 menit memantau
denyut jantung janin.
Inspeksi tempat perdarahan.
Pada kondisi solusio sedang,lakukan pemasangan infuse RL 20
tetes/menit dan transfusi darah,melakukan pemecahan
ketuban,melakukan induksi persalinan atau dilakukan seksio
sesarea.
Pada kondisi solusio berat,melakukan rujukan kerumah
sakit,sebelumnya melakukaan memperbaiki keadaan
ibu,melakukan pemasangan infuse RL 20 tetes/menit tidak
diperbolehkan melakukan pemeriksaan dalam saat merujuk harus
diantar oleh petugas kesehatan.
.
E. PLACENTA PREVIA
1) Pengertian
Placenta previa adalah placenta yang ada didepan jalan lahir, jadi yang
dimaksud adalah placenta yang implantasinya tidak normal rendah sekali
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostiom internum. Implantasi
placenta yang normal adalah pada dinding depan atau dinding belakang
rahim didaerah fundus uteri (Winknjosastro,1999).
2) Etiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari placenta previa. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih
membuka. Apabila placenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
placenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian placenta dari
dinding uterus. Pada saat itulah mulailah terjadi perdarahan, darahnya
berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio
placenta yang berwarna kehitam-hitaman (Winknjosastro,1999).
3) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala placeta previa antara lain :
Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya
berulang. Darah biasanya berwarna merah segar.
Bagian terdepan janin tinggi sering dijumpai kelainan letak janin.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak dan tidak fatal kecuali
bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim kerumah sakit.
Janin biasanya masih baik, janin sering belum cukup bulan jadi
fundus uteri masih rendah.
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
His biasanya tidak ada.
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
Teraba jaringan placenta pada periksa dalam vagina.
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
Sering dijumpai kesalahan letak janin.
4) Diagnosis
Untuk mengejan diagnosa pasti kejadian placenta previa maka hal-hal
dibawah ini harus dilakukan antara lain :
a) Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri,tanpa alasan,terutama pada multigravida.
Perdarahan cenderung berulang dengan volum yang lebih banyak
dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu
maupun janin dalam rahim.
b) Inspeksi
Tenang :
3) Etiologi
a. Rupture uterus spontan
Paritas tinggi.
Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama pada ibu
paritas tinggi.
Penggunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan
pada ibu yang memiliki eskor.
Persalinan macet rupture uteri terjadi akibat penipisan yang
berlebihan pada segmen bawah uterus.
Persalinan terabaikan dengan riwayat SC sebelumnya.
Perluasan laserasi serviks yang berat keatas menuju segmen
bawah uterus hal ini dapat terjadi akibat trauma selalu
perlahiran dan tindakan.
Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
Perporasi uterus tidak hamil, mengakibatkan rupture uteri
pada kehamilan berikitnya. Perporasi dan rupture terjadi
pada segmen atas uterus.
Rupture uteri antenatal dengan riwayat SC sebelumnya.
4) Diagnosa
Terlebih dahulu dan yang paling penting adalah mengenal betul gejala dari
rupture uteri mengancam sebab dalam hal ini kita dapat bertindak
secepatnya supaya tidak terjadi rupture uteri sebenarnya.
5) Komplikasi
Gawat janin.
Syok hipovolemik.
Sepsis.
Kecacatan dan morbialitas.
6) Penanganan
Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus IV cairan
(NACL 0,9%/RL).
Siapkan untuk transfusi darsh.
Lakukan SC segera lahirkan bayi dan lahirkan placenta segera
setelah kondisi ibu stabil.
Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah dari
pada resiko pada histerektomi dan ujung rupture tidak nekrosis
lakukan histerektomi.
Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus.
DAFTAR PUSTAKA
Chalik TMH . 1997 . Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi . Jakarta :
Widya Medika
Mansjoer Arif dkk . 2001 . Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 . Jakarta :
FK UI