You are on page 1of 12

PERDARAHAN POSTPARTUM TRIMESTER I dan PERDARAHAN

TRIMESTER III
A. ABORTUS
1) Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) sebelum kehamilan tersebut berumur 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan.
2) Tanda dan Gejala
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami
keterlambatan haid. Kecurigaan diperkuat dengan ditentukanya
kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes secara
biologis.
a) Abortus imminens ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau
tidak sama sekali. Uterus membesar serviks belum membuka
dan tes kehamilan positif, pada beberapa wanita hamil dapat
muncul perdarahan sedikit. Hal ini disebabkan oleh
penembusan villikosiales kedalam desidua, pada saat
implantasi ovum, perdarahan implantasi biasanya sedikit darah
berwarna merah dan cepat berhenti serta tidak mules.
b) Abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui
ostium uteri eksternum disertai mules atau adanya kontraksi
uterus pada pemeriksaan dalam. Ostium terbuka buah
kehamilan masih dalam uterus serta ketuban utuh dan dapat
menonjol. Pada kehamilan 12 minggu biasanya perdarahan
tidak banyak dan bahaya peforasi akan lebih besar, maka
sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse
oksitosin.
c) Abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan
melalui ostium uteri eksternum disertai mules atau adanya
kontraksi uterus. Apabila perdarahan banyak dapat
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum
sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Pada pemeriksaan vaginal,
konalos servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
cavum uteri atau kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum.
d) Abortus komplit ditemukan adanya perdarahan yang sedikit
ostium uteri telah menutup dan uterus telah mengecil.
e) Abortus tertunda (missed abortion) gejala subjektif kehamilan
menghilang, mamae mengendor, uterus tidak membesar, tes

kehamilan negatif serta denyut jantung janin menghilang. Akan


lebih mudah diketahui jika menggunakan USG, missed
abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah
karena hipofibrinogemia sehingga pemeriksaan perlu dilalukan.
f) Abortus habitualis diagnosa menunjukan gambaran klinik yang
khas dalam kehamilan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa
disertai mules, ketuban menonjol dan kemudian pecah
kemudian timbul mules.
g) Abortus infeksiosa (abortus septik) adanya abortus yang
disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genetalia, seperti
panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
tidak membesar, lembek serta nyeri tekan dan adanya
leokositosis. Apabila ada terdapat sepsis penderita tampak sakit
berat kadang-kadang mengigil, demam tinggi dan tekanan
darah menurun.
h) Abortus servikalis pada abortus servikalis keluarnya hasil
konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang
tidak membuka sehingga semuanya terkumpul dalam kamalisa
servikalis dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan
diatas ostium eksternum teraba jaringan.
3) Etiologi
Beberapa faktor yang dapat memyebabkan abortus antara lain:
Faktor janin.
Faktor ibu.
Faktor nutrisi.
Faktor genetik.
Faktor endokrin.
4) Diagnosis
Sebagai kemungkinan diagnosis yang harus dipikirkan ektopik
terganggu, mola hidatidosa atau kehamilan dengan kelainan pada
serviks. Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina
kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi retroversi.
Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam,
rasa nyeri diperut bagian bawah dan tumor dibelakang uterus tetapi
keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila
gejala-gejala menunjukan kehamilan ektopik terganggu dapat
dilakukan kuldosintesis untuk memastikan diagnosanya. Abortus harus
diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam serta mengalami keterlambatan haid,karsinoma
serviks uteri,polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai
kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai

abortus,pemeriksaan dengan spekulum,pemeriksaan sitologik dan


biopsy dapat menentukan diagnosis dengan pasti.
5) Komplikasi
Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
Pada missed abortion dengan retensi hasil konsepsi dapat
terjadi kelainan pembekuaan darah.
6) Penanganan
Secara umum penanganan abortus antara lain:
Keadaan umum pasien.
Tanda-tanda syok seperti pucat,berkeringat.
banyak,pingsan,tekanan sistolik < 90 mmHg dan nadi >
112x/menit.
Bila syok disertai dengan masa lunak diadneksa,nyeri perut
bawah,adanya cairan bebas dari cavum pelvis,pikirkan
kehamilan ektopik terganggu.
Periksa tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam
tinggi,secret berbau pervaginam,nyeri perut bawah,diniding
perut tegang,dehidrasi,gelisah dan pingsan.
Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat
ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dan rujuk.
Pasang infus 16 g atau lebih besar,berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat kemudian
setelah diketahui abortus apa yang terjadi lakukan penanganan
yang spesifik sesuai abortus yang terjadi.
B. KEHAMILAN EKTOPIK
1) Pengertian Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi
beimplementasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
2) Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu tetap banyak diselidiki,tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai
dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba dan dalam perjalanan
keuterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih
dituba atau nidasinya tuba dipermudah.
3) Tanda dan gejala
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau intra
abdominal gejala klinisnya meliputi :
a. Amonorea (terlambat dating bulan)
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk
beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid.

b. Akan terasa mual, pusing dan sebagainya.


c. Terdapat perdarahan melalui vagina.
4) Diagnosa
Diagnosa kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak biasanya
tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid terlambat
untuk beberapa waktu atar terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri
perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan
pervaginam, yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat
dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan
dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks
yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglos yang menonjol dan
nyeri pada dada, kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan
ektopik terganggu jenis apitik atau menahun. Keterlambatan haid tidak
jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas demikian pula nyeri
perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal
ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang
terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian alat bantu
diagnostik diperlukan untuk memastikan diagnosis (Hanifa
Wiknjosastro,2002).
Kehamilan ektopik lanjut biasa saja terjadi dimana janin dapat tumbuh
terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari
placenta yang meluaskan implantasinya kejaringan sekitarnya,
misalnya ligamentum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya
walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan namun beberapa cara
ditegakkan antara lain dengan inspeksi dan palpasi.
5) Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Pada pengobatan konservatif yaitu bila kehamilan ektopik
terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu) terjadi
perdarahan ulangini merupakan indikasi operasi.
Infeksi.
Sterilitas.
Pecahnya ketuban falopii.
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya
embrio.
6) Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah
laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan
dengan menyempit bagian dari adneksa yang menjadi sumber
perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikelurkan. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu kondisi penderita pada

saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi


kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG,
peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan eksopik yang belum terangkat. Penanganan pada
kehamilan ektopik terganggu dapat pula dengan transfuse, infuse,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotic dan
antiflomasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan secepat
mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap
dirumah sakit.

C. MOLA HIDATIDOSA
1) Pengertian
Mola hidatinosa adalah kelainan didalam kehamilan dimana jaringan
placenta berkembang dan membelah terus menerus dalam jumlah yang
berlebihan. Mola hidatinosa dapat mengandung janin (mola parsial) atau
tidak terdapat janin didalamnya (mola komplit). Pada kebanyakan kasus
mola tidak berkembang menjadi keganasan,namun sekitar 2-3 kasus per
1000 wanita,mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut
koriokarsinoma,kemungkinan terjadi mola berulang berkisar 1 dari 1000
wanita kadar hormon yang dihasilkan mola hidatinosa lebih tinggi dari
kehamilan biasa.
2) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatinosa.
Kecurigaan ini biasanya terjadi pada minggu ke 14-16 dimana ukuran
rahim lebih besar dari kehamilan biasanya,tanda dan gejala mola
hidatinosa yaitu:
Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien
masuk RS.
Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih
besar).
Gejala hipertitodisme seperti intoleransi panas,gugup,,penurunan
BB yang tidak dapat dijelaskan,tangan gemetar dan berkeringat dan
kulit lembab.
Gejala pre-eklamsi seperti pembengkakan pada kaki dan
tungkai,peningkatan tekaran darah,proteninuria (terdapat protein
pada air seni).
3) Etiologi

Penyebab kehamilan mola hidatidosa antara lain faktor ovum, imuno


selektif trofoblas, sosio ekonomi rendah, paritas tinggi, umur hamil ibu
diatas 45 tahun, kekurangan protein, infeksi virus dan faktor kromosom.
4) Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui adanya keganasan bisa dilakukan pemeriksaan biopsi.
5) Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hidatidosa yaitu :
Perdarahan hebat sampai syok.
Perdarahan berulang.
Anemia.
Infeksi sekunder.
Perforasi karena tindakan dan keganasan.
Keganasan apabila terjadi mola hidatidosa/ koriokarsinoma.
6) Penanganan
Prinsip penanganan mola hidatidosa yaitu :
Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok
dan perbaiki keadaan umum ibu.
Kuretase dilakukan setelah diagnosa dapat ditegakkan secara pasti.
Pemeriksaan dan pemantauan kadar HCG paska kuretase perlu
dilakukan mengingat kemungkinan terjadi keganasan.
Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar HCG normal.
Pemberiaan kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.
D. SOLUSIO PLACENTA
1) Pengerian
Solusio placenta merupakan terlepasnya placenta yang letaknya normal
pada korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum jalan lahir.
Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan trimester III dan bisa juga
pada setiap saat daam kehamilan > 22 minggu dengan berat janin > 500
gram disertai dengan pembekuaan darah.
2) Etiologi
Penyebab solusio placenta adalah :
Umur ibu yang tua > 35 tahun .
Penyakit hipertensi menahun.
Trauma abdomen.
Tali pusat yang pendek.
3) Tanda dan Gejala
Perdarahan.
Nyeri intermiten.
Warna darah kehitaman dan cair.

Bila ostium terbuka terjadi perdarahan dengan warna merah segar.


Nyeri tekan uterus.
Gawat janin.
Persalinan prematur.
Kontraksi berfrekuensi tunggi.
Kematian janin.

4) Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ibu maupun janin yang dikandungnya yaitu:
Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan
variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok.
Gangguan pembekuan darah.
Komplikasi pada janin seperti asfiksia ringan sampai berat.
5) Patofisiologis
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah placenta atau uterus yang
membentuk hemotoma pada desidua. Sehingga placenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan placenta perdarahan darah antara uterus
dan placenta belum terganggu dan tanda serta gejala pun tidak jelas.
Kejadian baru diketahui setelah placenta lahir yang ada pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
6) Penanganan
Penangan pada pasien solusio placenta tergantung pada berat ringannya
kejadian dibawah ini akan dijelaskan antara lain:
Pada kondisi solusio ringan jika keadaan janin masih baik dapat
dilakukan penangan secara konservatif kemudian menganjurkan
ibu untuk melakukan posisi semi fowler atau setengah
duduk,mengobservasi tanda-tanda vital tiap 15 menit memantau
denyut jantung janin.
Inspeksi tempat perdarahan.
Pada kondisi solusio sedang,lakukan pemasangan infuse RL 20
tetes/menit dan transfusi darah,melakukan pemecahan
ketuban,melakukan induksi persalinan atau dilakukan seksio
sesarea.
Pada kondisi solusio berat,melakukan rujukan kerumah
sakit,sebelumnya melakukaan memperbaiki keadaan
ibu,melakukan pemasangan infuse RL 20 tetes/menit tidak
diperbolehkan melakukan pemeriksaan dalam saat merujuk harus
diantar oleh petugas kesehatan.
.
E. PLACENTA PREVIA

1) Pengertian
Placenta previa adalah placenta yang ada didepan jalan lahir, jadi yang
dimaksud adalah placenta yang implantasinya tidak normal rendah sekali
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostiom internum. Implantasi
placenta yang normal adalah pada dinding depan atau dinding belakang
rahim didaerah fundus uteri (Winknjosastro,1999).
2) Etiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari placenta previa. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih
membuka. Apabila placenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
placenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian placenta dari
dinding uterus. Pada saat itulah mulailah terjadi perdarahan, darahnya
berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio
placenta yang berwarna kehitam-hitaman (Winknjosastro,1999).
3) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala placeta previa antara lain :
Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya
berulang. Darah biasanya berwarna merah segar.
Bagian terdepan janin tinggi sering dijumpai kelainan letak janin.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak dan tidak fatal kecuali
bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim kerumah sakit.
Janin biasanya masih baik, janin sering belum cukup bulan jadi
fundus uteri masih rendah.
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
His biasanya tidak ada.
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
Teraba jaringan placenta pada periksa dalam vagina.
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
Sering dijumpai kesalahan letak janin.
4) Diagnosis
Untuk mengejan diagnosa pasti kejadian placenta previa maka hal-hal
dibawah ini harus dilakukan antara lain :
a) Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri,tanpa alasan,terutama pada multigravida.
Perdarahan cenderung berulang dengan volum yang lebih banyak
dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu
maupun janin dalam rahim.
b) Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar


pervaginam,banyak,sedikit,atau darah beku, bila terjadi berdarah
banyak maka ibu terlihat pucat atau anemis.
c) Pemeriksaan fisik ibu
Tekanan darah, nadi,dan pernapasan dalam batas normal, tekanan
darah, nadi, dan pernapasan meningkat daerah akral menjadi dingin
tampak anemis.
d) Pemeriksaa khusus kebidanan
Palpasi abdomen.
Pemeriksaan denyut jantung janin.
Pemeriksaan inspekulo.
Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan dalam.
5) Komplikasi
Komplikasi pada placenta previa yaitu :
a. Perdarahan dan syok.
b. Infeksi.
c. Laserasi serviks.
d. Placenta okreta.
e. Prematuritas atau lahir mati.
Komplikasi pada placenta previa antara lain :
a. Langsung
Perdarahan.
Infeksi.
Emboli dan syok obstetric.
b. Tidak langsung
Cauvelair uterus sehingga kontraksi tidak baik
menyebabkan perdarahan postpartum.
Hipofibrinogenamia dengan perdarahan postpartum.
Nikrosis korteks neralis menyebabkan anuria dan uremia.
Kerusakan-kerusakan organ seperti hati dan hipofisis.
6) Penanganan
Terapi ekopektif
Tujuan terapi ekopektif adalah supaya janin tidak terlahir prematur,
syarat terapi ekopektif :
Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Belum ada tanda-tanda inpartu.
Keadaan umum ibu cukup baik.
Janin masih hidup.
a. Rawat inap

b. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,


usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
c. Berikan tokolitik jika ada kontraksi.
d. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dan hasil
aminiosentesis.
e. Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, placenta masih
berada disekitar ostium uteri internum maka dugaan placenta previa
menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling
untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
Terapi aktif
a. Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa
memandang naturitas janin.
b. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan setelah semua persyaratan terpenuhi.
F. RUPTURE UTERI
1) Pengerian
Rupture uteri adalah robekan dinding uterus, dapat terjadi selama periode
antenatal saat induksi selama persalian dan kelahiran bahkan selama
stadium ketiga persalinan (Hapman,2006).

2) Tanda dan Gejala


a. Gejala mengancam
Lingkaran retraksi patologis/lingkaran bandii yang tinggi
mendekati pusat dan naik uterus.
Kontraksi rahim kuat dan terus menerus.
Penderita gelisah nyeri diperut bagian bawah juga dibagian
luar his.
Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (diatas
simfisis).
Ligamentum ratundum tegang, juga diluar his.
Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing
teregang atau tertekan).
b. Gejala lanjutan
Menurut Varney 2001 dapat terjadi dramatis atau tegang
Dramatis :
Nyeri tajam yang saat pada abdomen bawah saat kontraksi
hebat memuncak.
Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
Perdarahan vagina (dalam jumlah sedikit).
Tanda dan gejala syok.

Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan


terlebih dahulu.
Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul.
Gerakkan janin dapat menjadi kuat kemudian menurun
menjadi tidak ada gerakan dan denyut jantung janin sama
sekali tidak terdengar atau masih dapat didengar.
Lingkar uterus dan kepadatanya (kontraksi) dapat dirasakan
disamping janin (janin seperti diluar uterus).

Tenang :

Kemungkinan terjadi muntah.


Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen.
Nyeri berat pada supra pubis.
Kontraksi uterus hipotonik.
Perkembangan persalinan menurun.
Perasaan ingin pingsan.
Hematuri (kadang-kadang).

3) Etiologi
a. Rupture uterus spontan
Paritas tinggi.
Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama pada ibu
paritas tinggi.
Penggunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan
pada ibu yang memiliki eskor.
Persalinan macet rupture uteri terjadi akibat penipisan yang
berlebihan pada segmen bawah uterus.
Persalinan terabaikan dengan riwayat SC sebelumnya.
Perluasan laserasi serviks yang berat keatas menuju segmen
bawah uterus hal ini dapat terjadi akibat trauma selalu
perlahiran dan tindakan.
Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
Perporasi uterus tidak hamil, mengakibatkan rupture uteri
pada kehamilan berikitnya. Perporasi dan rupture terjadi
pada segmen atas uterus.
Rupture uteri antenatal dengan riwayat SC sebelumnya.
4) Diagnosa
Terlebih dahulu dan yang paling penting adalah mengenal betul gejala dari
rupture uteri mengancam sebab dalam hal ini kita dapat bertindak
secepatnya supaya tidak terjadi rupture uteri sebenarnya.
5) Komplikasi
Gawat janin.

Syok hipovolemik.
Sepsis.
Kecacatan dan morbialitas.

6) Penanganan
Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus IV cairan
(NACL 0,9%/RL).
Siapkan untuk transfusi darsh.
Lakukan SC segera lahirkan bayi dan lahirkan placenta segera
setelah kondisi ibu stabil.
Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah dari
pada resiko pada histerektomi dan ujung rupture tidak nekrosis
lakukan histerektomi.
Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus.

DAFTAR PUSTAKA
Chalik TMH . 1997 . Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi . Jakarta :
Widya Medika

Mansjoer Arif dkk . 2001 . Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 . Jakarta :
FK UI

Fadlun dan Feryanto , ahmad . 2011 . Asuhan Kebidanan Patologis . Jakarta :


Salemba Medika

Cunningham , F.Gary . 2006 . Obstetri Williams Edisi 21 . Jakarta : YBP-SP

You might also like