Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Firohmatin
1406649763
Apakah puting susu utuh tanpa pecah pecah atau nyeri saat jika menyusui
2. Rahim
-
Apakah fundus keras, turun lebih rendah dari umbilikus sekitar 1 cm/ hari.
Apakah sudah memulai pola berkemih yang normal lag, tidak ada rasa terbakar
atau kesukaran untuk memulai berkemih
4. Lokia
-
Apakah ada episiotomi, dalam keadaan baik atau tidak, ada kemerahan atau tidak,
apakah ada edema, ekimosis, nanah atau nyeri bila ditekan
Apakah ada insisi sesaria ( jika ada) bersih, kering, baik, tidak ada kemerahan,
stapel kulit, jahitan, ada atau tidak adanya proses pemulihan normal
6. Tungkai
-
Ada atau tidaknya nyeri tekan, tanda homan negatif atau positif pada kedua sisi
c. Pernafasan
-
d. Kulit
-
e. Kepala
-
Apakah simetris atau tidak, dengan fontanel datar, molase atau kaput berkurang,
ada atau tidak ada hematoma.
f. Abdomen
-
Lunak atau tidak, ada atau tidaknya distensi, bunyi usus berapa
g. Aktivitas
-
Apakah aktivitas dilakukan dengan sadar, disertai otot yang baik, menggerakkan
semua anggota gerak dengan normal.
h. Tali pusat
-
Atrofi normal, dasar kering tanpa kemerahan, tidak ada bau yang tidak
seharusnya.
i. Eliminasi
-
j. Pola tidur
-
k. Pemberian makan
-
Orang tua apakah berinteraksi dengan bayi baru lahir dengan penuh kasih sayang
atau tidak
Apakah orang tua merasa percaya diri dan semakin terampil dalam merawat bayi
Apakah orang tua mengidentifikasi penyimpangan dari keadaan normal pada bayi
Apakah orang tua bekerjasama secara efektif satu sama lain dalam merawat bayi
baru lahir dan anak anak lain
Apakah orang tua berhubungan secara efektif dengan keluarga bayi baru lahir
Sedangkan menurut May and Mahlmeister (1994), pengkajian yang dilakukan pada ibu
post partum adalah:
a. Uterus
Involusi
Bayi lahir
Berat uterus
1000 gram
Uri lahir
1 minggu
750 gram
2 minggu
Tidak teraba
350 gram
6 minggu
8 minggu
Bertambah kecil
50 gram
Sebesar normal
30 gram
b. Lochea
-
Lochea rubra: Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post partum.
Lochea Sanguinolenta: Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari
darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 7 post partum
Lochea serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berupa darah lagi, pada hari ke 7 14 post partum
Lochea alba: Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus,
serum, bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah bayi lahir.
c. Serviks
d. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensi lunak, kadang kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi
lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah dua jam dapat dilalui oleh dua
sampai tiga jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui satu jari (Mochtar, 1998).
e. Ligament, Fasia dan Diagfragma Pelvis
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi baru lahir, secara berangsur angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Karena setelah melahirkan, ligamentum, fasia, dan jaringan
penunjang menjadi kendor. Bila dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh
kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan latihan dan gimnastik pasca persalinan.
f. Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan mukosa dalam
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.
Jaringan perineum yang lembut menjadi edema dan kebiruan. Jika terdapat luka bekas
episiotomi pada proses penyembuhannya maka seperti penyembuhan luka operasi
lain. Tanda tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian
insisi tidak saling mendekat bisa saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya
perawatan kebersihan vagina dan perineum. Apabila tidak ada komplikasi infeksi luka
episiotomi dapat sembuh dalam waktu satu minggu.
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini
disebabkan oleh proliferasi sel sel duktus laktiferus. Proses proliferasi dipengaruhi
hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kotiogonadotropin,
estrogen dan progesteron. Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron
menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak
ada hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Pembuluh payudara menjadi bengkak
terisi darah, menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa sakit. Keadaan tersebut di sebut
engorgement. Perubahan yang terjadi pada kedua mamae antara lain sebagi berikut :
-
Proliferasi jaringan, terutama kelenjar- kelenjar dan alveolus mamae dan lemak.
Pada duktus latiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan dan
berwarna kuning (kolostrum).
Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui adalah sebagai berikut :
-
Refleks Ereksi Puting Susu: Stimulasi puting susu oleh mulut bayi
menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu
melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori putting susu.
Refleks Let-Down: Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau,
dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah
tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara
ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi.
Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas
selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah
mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses
menyusui berlangsung baik.
h. Sstem urinaria
Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan
cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa terjadi pada wanita yang tidak
mengalami komplikasi persalinan atau setelah persalinan lama yang disertai dehidrasi.
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan. Selain
itu, rasa nyeri padsa panggul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau
episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Dengan mengosongkan
kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima
sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
i. Sistem pencernaan
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Buang air
besar biasanya tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot menurun selama proses persalinan
dan pada awal pasca partum, diare sebelum persalinan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga rasa nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus otot kembali ke normal
j.
Sistem muskuloskletal
Teregangnya
otot
dinding
abdomen
secara
bertahap
selama
kehamilan
mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini jelas terlihat setelah melahirkan
dinding perut tampak lembek dan kendor
k. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih atau
20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut hipotensi ortostatik. Kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg dan disertai sakit kepala atau
gangguan penglihatan maka dicurigai pre eklampsi post partum. Nadi berkisar 60-80
denyutan permenit, segera setelah partus dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi
takikardi sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu
dalam 12 jam pertama meningkat atau sama dengan 38 0C, namun bila terjadi
peningkatan lebih dari 38 0C maka dicurigai adanya infeksi.
l. Fase Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum
Tiga fase dari perilaku yang terjadi pada wanita untuk beradaptasi untuk menjadi
peran ibu, yaitu :
-
Fase Taking in
Fase ini juga disebut sebagai fase menerima. Timbul pada jam-jam pertama
kelahiran sampai dengan dua hari post partum. Pada fase ini adalah suatu waktu
yang penuh dengan kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka
mengkomunikasikannya. Mereka sangat perlu menyampaikan pengalaman
mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata pada orang lain yang
berada di sekitarnya saat itu.
Fase Letting Go
Merupakan fase yang penuh stress bagi orang tua. Kesenangan dan kebutuhan
sering terbagi dalam masa ini. Pria dan wanita harus menyelesaikan efek dari
perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan
membina karier.
Keadaan umum: Tanda-tanda vital, seperti suhu, pernapasan, denyut nadi, dan
tekanan darah normal, dengan Hb lebih dari 10 mg / dl.
Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri. Khusus bagi ibu yang
menjalani sesar di anjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat
selama 24 jam. Setelah itu, ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu,
sirkulasi darah di tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tak
diinginkan pun bisa dihindari. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3
jalan-jalan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M., and Jensen, M.D. ( 2005). Maternity Nursing ( 5th ed). Sains Louis: CV
Mosby Co.
Matteson, P.S. ( 2001). Womens Health during the childbearing years: community
based approach. St. Louis Missouri: Mosby. Inc
May, A. K., and Mahlmeister, M. (1994). Maternal and newbor nursing. Philadelphia:
Lippincott