You are on page 1of 12

JUDUL

Temmy
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
temmywijaya3@gmail.com

Pendahuluan
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbosacral dan sakroiliakal. Nyeri ini sering disertai penjalaran ke tungkai sampai ke kaki. 1
Tidak ada pengukuran objektif terhadap nyeri dan hanya dapat diukur secara subjektif melalui
keluhan yang disampaikan. Low back pain (LBP) merupakan masalah yang sangat umum dan
cukup menggangu, yang mempengaruhi sekitar dua pertiga populasi dewasa dan juga merupakan
permasalahan yang sangat mahal. Di Amerika Serikat, jumlah biaya dari penatalaksanaan LBP
daapt mencapai 50 miliar US dollar per tahun.2
Anamnesis
Anamnesis nyeri punggung bawah mmepunyai kerangka acuan tertentu, minimal harus
meliputi hal-hal berikut,
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Letak atau lokasi nyeri


Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktivitas
Pengaruh posisi tubuh
Trauma
Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya
Obat-obatan analgesic yang pernah diminum
Kemungkinan adanya proses keganasan
Riwayat menstruasi
Kondisi mental/emosional1

Langkah pertama dalam anamnesis adalah menentukan lokasi nyeri. Pola dan sifat nyeri
juga dapat diketahui bersama dengan lokasi dengan bantuan gambar lokasi nyeri yang dirasakan
pasien. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi lokasi nyeri primer. Karakter dari gejala saat
onset penting untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Selanjutnya perlu ditanyakan mengenai
kegiatan yang dapat menyebabkan nyeri untuk muncul. Nyeri akut yang diakibatkan trauma
seperti jatuh dari ketinggian atau motor menginformasikan kemungkinan fraktur spinal. Cedera
saat melakukan pengangkatan mungkin diakibatkan herniasi disc atau tekanan pada lumbal.
Posisi membungkuk yang terus menerus atau posisi menyetir yang lama dapat menyebabkan
1

onset nyeri yang bertahap dengan sindrom nyeri yang disebabkan perubahan degeneratif pada
spinal. Pada pasien dengan artropati spinal nyeri yang timbul dapat tersembunyi dengan onset
bertahun-tahun. Nteri mendadak pada lansia mungkin mengindikasikan metastase spinal. 3
Langkah selanjutnya dalam menentukan penyebab nyeri setelah onset diketahui adalah lokasi
nyeri sekarang dan bagaimana perkembangannya dari awal terjadinya. Ini membantu untuk
menentukan apakah nyeri yang dirasakan episode insial atau rekuren. Herniasi disc
menyebabkan sciatica (nyeri dan kesemutan pada daerah kaki) dapat diawali dengan nyeri
punggung bawah yang intermiten diikuti onset nyeri predominan kaki dengan nyeri punggung
bawah yang lebih ringan.2,3
Posisi yang meringankan dan memberatkan juga merupakan petunjuk penting untuk
diagnosis. Pasien dengan herniasi disc kesulitan dalam duduk dan merasa lebih baik jika dalam
posisi berdiri atau berbaring. Pasien dengan artritis, sprains, dan strains merasa lebih baik pada
posisi duduk dan berbaring. Riwayat operasi terutama operasi pada daerah spinal perlu
ditanyakan dikarenakan dapat menyediakan data penting mengenai asal keluhan. Riwayat yang
relevan antara lain, (1) apakah pasien merasa lebih baik setelah menjalani operasi?, (2) apakah
ada perubahan gejala setelah operasi?, (3) jika rasa nyeri sebelum operasi kembali muncul,
berapa lama setelah operasi nyeri tersebut muncul?, (4) berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk pulih setelah operasi?, (5) dan sebagai tambahan perlu dipahami jenis tindakan yang
dilakukan dalam operasi. Pasien yang tidak membaik setelah operasi mungkin mendapatkan
operasi yang tidak sesuai. Sementara pasien yang membaik untuk beberapa waktu setelah
discectomi dan mengalami nyeri kembali kemungkinan mengalami komplikasi seperti herniasi
disc yang rekuren atau infeksi. Kemudian perlu ditelusuri riwayat okupasi. Pasien dengan
pekerjaan yang menuntut fisik seperti mengangkut barang dapat meningkatkan risiko untuk LBP.
Mengangkut barang yang berat dengan posisi membungkuk merupakan risiko terjadinya LBP.
Supir truk dan/atau bis akan mengalami stress vibrasi pada spinal. Vibrasi dapat meningkatkan
risiko herniasi lumbal disc. Supir truk yang juga melakukan pengangkutan barang-barang berat
akan meningkatkan risiko untuk cedera lumbal. Duduk dalam yang waktu yang lama, obesitas
dan merokok juga berkaitan dengan peningkatan insidens LBP. Psikososial juga perlu
diperhatikan dalam memeriksa faktor risiko okupasi. Pekerja yang mengalami ketidakpuasan
atau ketidaksenangan dengan pekerjaan, atasan atau kompensasi mungkin dapat meningkatkan
risiko untuk LBP. Tahap selanjutnya adalah menyingkirkan kemungkinan lain yang terburuk,
seperti tumor, infeksi, fraktur, dan sindrom cauda equina. Sindrom cauda equina, suatu deficit
neurologis yang progresif perlu disingkirkan terlebih dahulu, karena merupakan emergensi untuk
operasi, meskipun jarang. Keluhan pasien meliputi retensi urin dengan inkontinensia overflow,
sciatica bilateral, saddle anesthesia, kesulitan berjalan dan hilangnya kendali ekstremitas
bawah. Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk mengkonfirmasi atau
menyingkirkan diagnosis. Kemungkinan untuk tumor harus selalu dipikirkan. Nyeri yang timbul
tidak membaik dengan perubahan posisi, atau istirahat. Pasien dengan riwayat kanker payudara,
paru-paru, atau prostat merupakan risiko metastase spinal. Gejala demam, menggigil atau

keringat malam hari mengindikasikan infeksi. Perlu ditelusuri riwayat infeksi yang dialami
sebelumnya.3
Pada kasus
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada pasien dengan low back pain dapat dilakukan bahkan saat anamnesis.
Inspeksi dapat dimulai sebelum dan selama anamnesis dengan memperhatikan cara atau gaya
berjalan, ekspresi wajah, posisi duduk dan sikap tubuh pasien saat datang, saat akan duduk dan
cara berbicara.1,3 Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dalam tiga fase yaitu. (1) berdiri, (2) duduk,
(3) berbaring dengan posisi supine atau decubitus lateral. 3 Pada inspeksi didapatkan data tentang
gaya berjalan pasien, kesimetrisan, dan perubahan yang dirasakan terkait dengan rasa nyeri.
Palpasi dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan nyeri. Pada palpasi tulang
vertebra, perlu dicari kemungkinan adanya deviasi ke arah lateral atau anteroposterior. Perkusi
dapat membantu menentukan vertebra yang terlibat. Palpasi dan perkusi juga dapat membantu
mengidentifikasi fraktur, tumor atau infeksi.1,3 Pada pemeriksaan posisi berdiri, pasien berdiri
dengan bagian punggung menghadap pemeriksa. Diperhatikan apakah terdapat lesi superfisial,
rash, dan.atau abnormalitas postur. Kemudian dapat dilakukan tes Schober untuk menilai
restriksi untuk gerakan fleksi vertebra. Tes Schober dilakukan dengan menempatkan ibu jari
pemeriksa pada lumbosacral dan dengan jari lainnya berada sekitar 10 cm diatas. Pasien
kemudian melakukan fleksi vertebra. Pemeriksa kemudian melihat jarak antara ibu jari dengan
jari yang berada diatasnya, jika jarak tambahan kurang dari 5 cm dapat dianggap abnormal.3

Pemeriksaan rentang gerakan dapat dilakukan dengan meminta pasien melakukan fleksiekstensi, rotasi dan gerakan kearah lateral dari sendi lumbal. Pemeriksaan ini menilai derajat
nyeri, functio lesa dan penyebaran nyeri.1 Kekuatan, refleks dan sensasi dapat diperiksa saat
pasien dalam posisi duduk. Pemeiksaan motorik, sensorik dan refleks dipakai untuk menetukan
abnormalitas cabang saraf. Yang paling umum terlibat adalah L5, S1 dan L4. Pada pemeriksaan
motoric juga diperhatikan apakah terdapat otot yang atrofi. Pemeriksaan sensorik meliputi
pemeriksaan rasa raba, rasa nyeri, suhu, dan getar. Bila ada kelainan, ditentukan batasnya dan
dipastikan dermatom mana yang terganggu. Pada pemeriksaan dalam posisi supine, dapat
dilakukan maneuver Patrick. Pasien diminta memfleksikan, abduksi, dan rotasi eksterna panggul.
Lalu diberikan tekanan pada sisi kontralateral pelvis. Manuver Patrick biasanya dilakukan untuk
menilai disfungsi sendi sakroiliaka. Pemeriksaan rentang gerakan sendi panggul, lutut, dan
pergelangan kaki diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sendi yang mirip
sciatica. Manuver Lasegue juga dapat dilakukan. Pada posisi supine ini dapat pula dilakukan
pemeriksaan straight leg raise. Pada tes ini salah satu tungkai diangkat beberapa derajat sampai
timbul rasa nyeri yang menyebar dari punggung bawah, hingga ke lutut yang menandakan tes
positif. Tes ini dapat pula dilakukan pada tungkai kontralateral. Tes positif jika timbul rasa nyeri
3

pada tungkai yang simtomatik.3 Teknik/maneuver lain yang dapat digunakan dalam pemeriksaan
adalah maneuver valsava dan Kernig.1

Pada kasus

Gambar 1. Manuver Patrick. Sumber: www.google.co.id.


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium darah lengkap,
laju endap darah (LED), dan urin lengkap. Pemeriksaan radiologis seperti foto polos, CT-scan,
MRI atau mielografi. Mielografi umumnya dilakukan untuk pemeriksaan praoperasi dan
biasanya digabungkan dengan CT-scan. MRI memiliki sensitivitas tinggi terhadap herniasi
diskus.1
Diagnosis Klinis
Diagnosis klinisnya adalah low back pain (LBP). Low back pain merupakan masalah
umum dan timbul sebagai rasa nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan dengan atau tanpa rasa
nyeri pada kaki.5 LBP juga merupakan masalah yang serius dan persisten dalam kedokteran
okupasi. LBP dapat muncul mendadak atau bertahap, dengan atau tanpa kejadian yang
mencetuskan.6 Berdasarkan penyebab dari back pain, dibagi menjadi tiga kategori yaitu (1)
patologi spinal spesifik, (2) nyeri radicular, dan (3) non spesifik LBP. LBP juga sering dibagi
menjadi tiga grup berdasarkan lokasi, faktor pencetus/pemberat, dan sifatnya, (1) axial pain, (2)
referred pain, (3) radicular pain. Axial pain atau nyeri mekanik adalah nyeri akibat restriksi ke
area punggung bawah dan dapat semakin memburuk dengan kegiatan atau posisi tertentu.
Referred pain memiliki intensitas yang beragam. Rasa nyeri timbul pertama pada daerah
punggung bawah dan biasanya menyebar ke pangkal paha, bokong dan paha atas. Radicular pain
merupakan nyeri yang dalam dan biasanya konstan. Rasa nyeri ini akan menyebar menuju kaki
berdasarkan dermatom dan disertai mati rasa dan kelemahan otot. Tipe nyeri ini disebabkan oleh
4

cedera saraf spinal, seperti herniasi diskus atau stenosis foraminal. Sekitar 75-85% individu akan
mengalami LBP pada kehidupannya.5 Prevalensi tahunan LBP di Amerika Serikat berada pada
rentang 15-20% dan 25-45% di Eropa. Walaupun mayoritas kasus LBP tidak diketahui
etiologinya, insidens nyeri, cedera, tidak bekerja, dan disabilitas yang dilaporkan lebih tinggi
pada pekerja yang menerima pajanan beban fisik yang tinggi. Faktor ergonomic juga merupakan
dasar dari biomekanik yang berkaitan dengan LBP.5,6 Data epidemiologi mengenai LBP di
Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65
tahun pernah menderita nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.7
Vertebra manusia berada dalam posisi vertical pada mayoritas jam kerja. Beban pada
vertebra pada posisi tegak akan diterima regio lumbosacral dan beban ini menimbulkan respon
mekanik, fisiologi, dan psikologi, seperti deformasi jaringan, metabolism yang terganggu, dan
sirkulasi yang terganggu. Rasa tidak nyaman dan kinerja yang terganggu merupakan respon yang
bergantung pada durasi dan intensitas dari beban yang diterima. Oleh karena itu, LBP dapat
timbul dari ligamen, otot, fasciae, sendi atau diskus vertebra lumbal. Tumor dan infeksi dapat
mempengaruhi jaringan spinal dan paraspinal. Namun, tumor dan infeksi jarang ditemukan
sebagai penyebab LBP pada pelayanan primer. Prevalensi tumor 0,7% dan infeksi kurang dari
0,01%. Fraktur juga jarang menjadi penyebab LBP. Mayoritas pasien dengan LBP tidak
mengalami red flag disorders. Dinamakan red flag disorders karena terdapat risiko terhadap
kesehatan pasien secara umum dan harus didiagnosis sedini mungkin. Kebanyakan pasien
dengan gangguan ini memiliki gangguan lain yang mendasari rasa nyeri. Sprain pada jaringan
ikat merupakan penjelasan yang menarik untuk LBP akut akibat tenaga atau usaha yang
berlebihan. Tetapi, kriteria diagnosis berdasarkan International Association for the Study of Pain
(IASP) membutuhkan keterangan jaringan ikat yang terkena secara spesifik. Palpasi tidak
spesifik untuk sprain dan tidak pemeriksaan gerak aktif dan pasif yang dapat digunakan untuk
menentukan ligamen sprain pada vertebra lumbal. Sprain otot dan spasme otot juga dapat
menjadi penyebab timbulnya rasa nyeri punggung bawah. Tetapi tidak ada gejala klinis dari
kondisi ini yang terpercaya dan valid untuk diagnosis. Spondilolisis kemungkinan merupakan
penyebab LBP, walaupun seringkali asimtomatik (7% penderita). Spondilolisis merupakan defek
yang didapat dan mengenai pars interartikularis, biasanya mengenai vertebra L5 atau L4.
Spondilolisis umumnya terjadi akibat kelelahan yang diakibatkan dari ekstensi atau fleksi yang
berulang atau dalam gerakan memutar dari lumbal.4 Bone scan merupakan cara satu-satunya
untuk mendiagnosis kondisi ini. Nyeri sendi sakroiliaka terdapat pada sekitar 20% penderita LBP
kronik (di bawah L5-S1). Penyebab lain dapat berupa herniasi diskus.4
Pajanan yang Diterima
Berbagai faktor dikaitkan sebagai penyebab nyeri pinggang, yaitu faktor
pekerjaan dan faktor bukan pekerjaan. Pada faktor pekerjaan, faktor beban fisik dan
5

posisi kerja merupakan hal yang penting. Persentase nyeri pinggang pada orang dengan
beban kerja fisik berat 45% dan dengan posisi kerja buruk 20%. Pekerjaan dengan beban
kerja fisik perlu dipertimbangkan bagi yang dengan riwayat nyeri punggung bawah
sebelumnya. Risiko faktor fisik di tempat kerja dapat diukur secara adekuat jika
pajanannya (intensitas) jelas dapat diukur juga. Aktivitas yang berisiko tinggi antara lain
seperti mengangkat barang berat ketika berada pada posisi memutar (seperti pada
prolapse diskus), membungkuk dan memutar tubuh secara cepat, dan sangat (ekstrim)
membungkuk ke depan (pada herniasi diskus lumbal).4 Posisi kerja juga mempengaruhi
risiko LBP. Sikap tubuh yang cenderung membungkuk atau miring selama bekerja
memiliki risiko untuk terjadinya LBP 2,58 kali lebih besar dibandingkan sikap tubuh
tegak. Sikap tubuh yang cenderung kombinasi antara membungkuk, miring, memutar dan
tegak memiliki risiko untuk terjadinya LBP 2,68 kali. Pekerja yang tidak mengerti sikap
dan cara kerja yang benar memiliki risiko 2,13 kali lebih besar dibandingkan pekerja
yang mengerti. Pada profesi perawat, ditinjau dari lokasi kerja, walaupun secara statistik
tidak berbeda, persentase nyeri punggung bawah didapatkan relatif lebih tinggi pada
responden yang bekerja di bagian operasi, diikuti bagian saraf, dan bagian perinatologi.
Sedangkan yang paling rendah adalah yang bekerja di bagian ICU/ICCU. Hal ini dapat
diterangkan sebagai berikut, kemungkinan adanya perbedaan dari responden yang
ditangani pada bagian-bagian tersebut dapat menimbulkan perbedaan besarnya nyeri
pinggang yang terjadi. Pada umumnya di bagian saraf, pasien yang ditangani adalah
pasien stroke dan pada bagian operasi adalah pasien yang dalam keadaan dibawah
pengaruh anestesi. Adanya faktor pasien yang lebih pasif kemungkinan dapat
mempengaruhi perbedaan besarnya persentase nyeri punggung bawah. Untuk
membuktikannya diperlukan suatu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
yang dapat mewakili per bagian. Pada bagian perinatologi yang merupakan bagian yang
termasuk dengan persentase nyeri pumggung bawah relatif tinggi dibandingkan dengan
bagian lainnya. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut, pada bagian ini, walaupun
pasien yang ditangani adalah bayi baru lahir yang dengan berat badan ringan, namun
pada bagian ini responden bekerja dengan posisi kerja yang buruk, yaitu dengan posisi
kerja yang kebanyakan dilakukan dengan cara membungkukkan badan. Posisi kerja yang
buruk inilah kemungkinan berhubungan dengan lebih tingginya persentase nyeri
pinggang pada bagian ini. Ditinjau dari lama kerja, nyeri pinggang lebih tinggi secara
bermakna pada responden yang lebih 15 tahun dibandingkan yang 15 tahun kebawah. 8
Faktor kimia dan biologi tidak diketahui. Faktor psikososial lebih dikaitkan dengan stress
pekerjaan atau kepuasan dalam bekerja dibandingkan tuntutan pekerjaan dan dukungan
social. Faktor psikososial lain yang berkaitan dengan kerja adalah kerja yang terlalu
cepat, monoton.4
Besarnya Pajanan
Pajanan yang diterima oleh pasien cukup besar
6

Hubungan Pajanan dengan


Terdapat hubungan antara pajanan yang diterima dengan penyakit yang dialami. Pajanan
fisik seperti mengangkat dengan posisi yang salah dapat terjadi pada pasien. Posisi kerja yang
buruk seperti mengangkat pasien atau mengendong bayi dalam posisi membungkuk akan
memberikan tekanan pada lumbal.
Faktor Dalam Diri Pasien
Genetik
Studi yang dilakukan pada kembar indentik setelah dilakukan control terhadao
faktor lingkungan, menunjukkan 50-75% degenerasi diskus intervertebral berkaitan
dengan faktor genetik.4 Pengaruh genetic mempengaruhi degenerasi lumbal dan servikal.
Prolaps diskus pada lumbal memiliki hubungan yang lebih lemah dengan faktor genetic.
Studi yang dilakukan di United Kingdom menunjukkan bahwa faktor genetic memiliki
pengaruh penting terhadap laporan LBP diantara wanita. LBP yang dapat diwariskan
berada dalam rentang 52-68%. Hanya beberapa gen yang mempengaruhi degenerasi yang
telah diketahui, termasuk gen reseptor vitamin D, proteoglikan, kolagen tipe IX, dan
matriks protein.
Usia
Berdasarkan usia, prevalensi LBP meningkat dari awal usia dewasa hinga akhir
usia 40 tahun atau awal usia 50 tahun dan konstan untuk selanjutnya hingga setidaknya
pertengahan usia 60 tahun.2 Perubahan tubuh sesuai pertambahan usia, dan diskus
intervertebralis merupakan salah satu bagian tubuh yang mengalami perubahan. Diskus
mengalami degenerasi, and robekan terjadi pada annulus diskus. Gejala dari LBP juga
berbeda berdasarkan usia. Pada orang-orang usia 20 sampai awal 30 tahun biasanya
mengalami gejala akibat serangan akut dengan durasi singkat. Antara pertengahan hingga
akhir 30 tahun, rasa nyeri sering menjadi lebih local menuju satu sisi. Pada usia 40 tahun
rasa nyeri menyebar ke bokong, paha, dan sampai ke kaki. Rasa nyeri cenderung menjadi
konstan selama usia 50 tahun, tetapi lebih ringan.2
Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin dan hormonal seseorang juga dapat mempengaruhi
timbulnya NPB. Jenis kelamin perempuan lebih sering mengalami NPB dibandingkan
jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor dari hormon estrogen
yang berperan. Kehamilan, penggunaan kontrasepsi dan menopause yang terjadi pada
perempuan mempengaruhi peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen. Peningkatan
estrogen pada proses kehamilan dan penggunaan kontrasepsi menyebabkan terjadinya
peningkatan hormon relaxin. Meningkatnya kadar hormon relaxin dapat menyebabkan
terjadinya kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya pada daerah pinggang. Selain
7

itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat
penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP.9 Tetapi pada
penelitian lain, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan LBP.7
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara sederhana untuk melihat status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Overweight menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) adalah jika
kelebihan berat badan pada laki-laki dengan IMT 23-27 kg/m2 dan perempuan 25-27
kg/m2, sedangkan obesitas diklasifikasikan sama pada laki-laki dan perempuan dengan
IMT >27 kg/m2. Peningkatan IMT dapat menyebabkan terjadinya risiko beragam
penyakit serius pada orang dewasa. Risiko terjadinya penyakit akibat meningkatnya IMT
ini berupa penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, penyakit kandung
empedu, sleep apnea dan gangguan penyakit muskuloskeletal khususnya yang berkaitan
dengan Nyeri Punggung Bawah (NPB).9 Dari penelitian yang dilakukan di RSUD
Purwokerto, didapatkan adanya hubungan antara kelebihan berat badan dengan LBP. Dari
hasil analisis, seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika seseorang kelebihan
berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti
menampah kerja tulang lumbal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan
tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan
mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah
pada tulang belakang yang paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah verterba
lumbal.7
Faktor Lain yang Dapat Mempengaruhi
Faktor lain yang dapat berperan dalam menyebabkan low back pain adalah merokok.
Penghentian merokok dianggap dapat memperbaiki LBP dikarenakan mengurangi efek merusak
rokok terhadap lumbal. Sebagai contoh, merokok dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
mikrotrauma dari batuk yang kronis yang dapat menyebabkan cedera atau herniasi dari diskus
secara bertahap. Merokok juga dianggap mengurangi aliran darah menuju diskus. Efek ini dapat
mempercepat degenerasi dari kapasitas penyembuhan yang insufisien dan penurunan densitas
mineral tulang.2,4
Diagnosis Okupasi
Diagnosis okupasinya adalah low back pain diperberat kerja.
Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pasien dapat diberikan medika mentosa, analgesic (parasetamol,
kodein, dehidrokodein), analgesic kuat (meptazinol, tramadol, morfin), NSAID (ibuprofen,
8

diklofenak), relaksan otot (esperison HCl), antidepresan/antikonvulsan (amitriptilin). Untuk


nonmedika mentosa daapt dilakukan tindakan operasi. Tindakan operasi dilakukan apabila, (1)
terdapat kriteria red flags, (2) kelainan saraaf yang menonjol, (3) nyeri yang menetap dan
berulang, tidak dapat disembuhkan dengan tindakan konservatif, (4) kelainan saraf yang semakin
progresif dan bertambah berat, (5) kelainan bentuk tulang belakang, seperti scoliosis dan
spondilolistesis, dan (6) tumor. Pasien dapat dianjurkan untuk melakukan olahraga. Secara
umum, tujuan olahraga pada pasien LBP adalah untuk penguatan otot-otot dan meningkatkan
fleksibilitas pinggang, sehingga dapat mengurangi kekambuhan. Olahraga yang baik untuk
pasien adalah olahraga yang berbeban ringan seperti berenang, bersepeda dan berjalan. Olahraga
ini dapat memperkuat otot perut dan punggung tanpa peregangan berlebihan pada punggung.
Selain itu pasien perlu diberikan edukasi tentang cara yang baik mengangkat beban. Pemilihan
alas kaki juga penting, karena mempengaruhi postur tubuh.1
Pencegahan
Pencegahan LBP dapat dilakukan dengan melakukan olahraga seperti aerobic untuk
memperkuat otot terutama pada bagian punggung. Diet untuk menurunkan berat badan juga
diperlukan untuk mengurangi beban pada lumbal. Pengurangan posisi membungkuk, atau
memutar yang terlalu sering dan dalam waktu yang lama juga dapat mencegah timbulnya nyeri.
Strategi pencegahan yang umumnya digunakan dalam kelainan punggung akibat kerja meliputi
seleksi pegawai baru yang tepat, pelatihan teknik penanganan secara manual dan modifikasi
ergonomi pada tempat kerja dan melakukan tugas. 10 Pelamar pekerjaan disaring dengan harapan
untuk dapat mengidentifikasi dan menghindari pekerja yang mungkin mempunyai resiko
mangalami nyeri punggung bawah. Prosedur yang biasanya dipakai ialah riwayat sebeluam
bekerja dan pemeriksaan fisik. Tes kekuatan sebelum diterima kerja digunakan dengan harapan
mengurangi resiko cedera punggung dengan mencocokan kekuatan pekerja terhadap tuntutan
pekerjaan. Pendidikan dan latihan metode pengangkatan telah dipakai untuk mengurangi
kejadian nyeri punggung dan cedera. Pengetahuan ergonomi penting untuk mengurangi kadar
ketegangan tulang belakang sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan aman tanpa
memicu atau menyebabkan gejala punggung. Hal ini juga memungkinkan pekerjaan diteruskan
atau langsung kembali bekerja bagi mereka yang mengalami gejala punggung. Bila mungkin,
tempat kerja harus diubah untuk menyesuaikan kemampuan para pekerja. Merubah tinggi
bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta merubah posisi dan mekanisme mesin
atau alat adalah beberapa tindakan untuk menghasilkan tempat kerja yang lebih ramah
punggung. Pendekatan lain yang mungkin dilakukan meliputi eliminasi tugas penanganan
secara manual., pemakaian alat pembantu mekanis, dan reorganisasi jadwal kerja untuk
menjamin pembagian kegiatan berbahaya yang lebih merata di antara para pegawai.10

Prognosis

LBP akut biasanya 90% sembuh spontan atau membaik dalam waktu 6 minggu. Sisanya
berkembang menjadi kronik.1
Kesimpulan
Low back pain (LBP) merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosacral dan sakroiliakal.
Nyeri ini sering disertai penjalaran ke tungkai sampai ke kaki yang disebut sciatica. LBP dapat
dialami semua orang pada waktu hidupnya. Risiko LBP makin meningkat sesuai pertambahan
usia. Faktor genetic, jenis kelamin, dan berat badan juga mempengaruhi risiko terjadinya LBP.
Daftar Pustaka
1. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Diagnosis dan tatalaksana penyakit saraf.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. Hal 126-9.
2. I
3. K
4. K
5. K
6. K
7. K
8. K
9. K
10. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009. Hal 214.
Occupational low back pain (3)
https://books.google.co.id/books?
id=pIlvQmX5LvUC&printsec=frontcover&dq=low+back+pain&hl=en&sa=X&redir_esc=
y#v=onepage&q=low%20back%20pain&f=false
physical terapi
https://books.google.co.id/books?
id=mTeBVkmdMZwC&printsec=frontcover&dq=low+back+pain&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v
=onepage&q=low%20back%20pain&f=false
from acute to chronic
https://books.google.co.id/books?
id=9ryup5LsVLcC&printsec=frontcover&dq=low+back+pain&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=on
epage&q=low%20back%20pain&f=false
intervensi (2)

10

https://books.google.co.id/books?id=vRDNBQAAQBAJ&pg=SA24PA1&dq=occupational+low+back+pain&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=occupationa
l%20low%20back%20pain&f=false
at a glance
https://books.google.co.id/books?
id=wzIGJflmD4gC&pg=PA114&dq=nyeri+punggung+bawah+adalah&hl=en&sa=X&redir_esc=
y#v=onepage&q=nyeri%20punggung%20bawah%20adalah&f=false
kauda equine
https://books.google.co.id/books?id=8fn_73yc6cC&pg=PA140&dq=nyeri+punggung+bawah+adalah&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=
onepage&q=nyeri%20punggung%20bawah%20adalah&f=false
4. bio
https://books.google.co.id/books?
id=SKAuZkQ10z0C&pg=PA225&dq=occupational+low+back+pain&hl=en&sa=X&redir_esc=
y#v=onepage&q=occupational%20low%20back%20pain&f=false
5. lbd
https://books.google.co.id/books?id=j0R4fzBwPIC&pg=PA133&dq=occupational+low+back+pain&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepag
e&q=occupational%20low%20back%20pain&f=false
int
https://books.google.co.id/books?
id=qFBAv_ib0VYC&pg=PA432&dq=low+back+pain+epidemioi&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v
=onepage&q=low%20back%20pain%20epidemioi&f=false
6. spinal
https://books.google.co.id/books?
id=kFhZGjFwjVYC&pg=PA169&dq=low+back+pain+epidemiology&hl=en&sa=X&redir_esc=
y#v=onepage&q=low%20back%20pain%20epidemiology&f=false
ergo
https://books.google.co.id/books?
id=Jr4FIRQnVqQC&pg=PA46&dq=low+back+pain+ergonomics&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v
=onepage&q=low%20back%20pain%20ergonomics&f=false
8. http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/3059/3028

11

9. Pontianak
7. overwewight

12

You might also like