You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN PASA PASIEN

DENGAN HIDRONEFROSIS
Meninggalkan komentar Go to comments
Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat
adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan
diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Etiologi
Jaringan parut ginjal/ureter.
Batu
Neoplasma/tomur
Hipertrofi prostat
Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
Penyempitan uretra
Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).
PatofiSIologi
Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun
intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan
disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal
sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).
Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil,
demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika
kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
Gagal jantung kongestif.
Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
Pruritis (gatal kulit).
Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)

Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis
(obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe
disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks
akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat
lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan
hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1). Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan.
Tujuan: Volume cairan seimbang
Kriteria hasil:
RR dan TTV normal/stabil
Turgor baik, mukosa lembab
Intake dan output seimbang
Intervensi:
Timbang BB tiap tiga hari.
Observasi TTV
Beri posisi trendelenberg
Pantau intake dan output
kolaborasi pemberian diuresis
Cek laboratorium darah lengkap/rutin
2). Resti infeksi berhubungan dengan akses haemodialise
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tidak ada sepsis dan pus
Tindakan:
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Tutup luka dengan teknik aseptik
Monitor jika ada peradangan
Monitor TTV
Kolaborasi pemberian antibiotik
3). Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut.
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil:
Pasien tampak rileks
Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
Intervensi:
Kaji tingkat nyeri
Beri penjelasan penyebab nyeri
Ajarkan relaksasi dan distraksi
Kolaborasi pemberian analgetik
4). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi
Kriteria hasil:
Meningkatkan kemampuan mobilitas
Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
Intervensi:

Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo


Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
5). Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan: Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
Masukan per oral meningkat
Berat badan dalam rentang normal
Intervensi
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
Berikan porsi makan kecil tapi sering
Ciptakan suasanya yang menyenangkan
Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga
Daftar Pustaka
1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
2. Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi edisi keempat. Jakatya: EGC.
3. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku aajar keperawatan medikal bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.

Askep Hidronefrosis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air
kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil
di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air
kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan
menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang
menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal
akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang
normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis
banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter.

Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi


kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang
ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik,
yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk
menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan hidronefrosis

2.
a.
b.
c.
d.

Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pengertian dari hidronefrosis
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang etiologi dari hidronefrosis
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang patofisiologi dari hidronefrosis
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang manifestasi klinik pada pasien

e.

hidronefrosis
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pemeriksaan pada pasien

f.

hidronefrosis
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pengkajian dan penatalaksanaan

g.

dari hidronefrosis
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan dari hidronefrosis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal
akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak. ( Smeltzer
& Bare,2002 )
Hidronefrosis

adalah obstruksi aliran kemih

proksimal

terhadap

kandung

kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal


dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
(Sylvia, 1995)
Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya
penyumbatan disuatu tempat di sepanjang saluran kemih.
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calyces, serta atrofi progresif
dan pembesaran kistik ginjal, dapat juga disertai pelebaran ureter (hidroureter).
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter serta atrofi hebal pada parenkim ginjal (Price, 1995: 818).

B. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
1.

Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke

pelvis renalis

terlalu tinggi
2. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
3. Batu di dalam pelvis renalis

4.

Penekan pada ureter oleh : jaringan fibrosa, arteri atau vena yang

letaknya abnormal,tumor
5. Hedronefrosis juga dapat terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah
ureteropelvik

atau

karena

arus

balik

air

kemih

dari

kandung

kemih:
a.

Batu

b.

Tumor

c.

di

di

dalam

dalam

atau

di

ureter

dekat

ureter

Penyempitan ureter akibat cacat bawaan , cidera, infeksi, terapi

penyinaran atau pembedahan


d.

Kelainan

pada

otot

atau

saraf

di

kandung

kemih

atau

ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan,

rontgen

atau

obat-obatan

(terutama

metisergid)

f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)


g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
h.

Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke

uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker


i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cidera
j.

Infeksi

saluran

kemih

yang

berat,

yang

untuk

sementara

waktu

menghalangi kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan akibat pembesaran rahim


tertekan ureter. Perubahan hormonal akan memeperburuk keadaan ini karena
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke

kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilam berakhir, meskipun


sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang
normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.

C. PATOFISIOLOGI
Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau fungsional
dari suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana saja di
sepanjang saluran urine dari ginjal sampai ke meatus uretra.
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai di filtrasi
glomerular, fungsi tubular, Dn aliran darah ginjal. Laju filtrasi glomerulus (GFR)
menurun

secara

signifikan

dalam

hitungan

jam

setelah

obstruksi

akut.

Penurunan signifikan dapat bertahan selama berminggu minggu setelah relief


obstruksi. Selain itu, kemampuan tubular ginjal untuk mengangkut natrium,
kalium, dan proton, serta berkonsentrasi dan untuk mencairkan urine sangat
terganggu.
Tingkat gangguan fungsional secara langsung berkaitan dengan durasi dan
luasnya obstruksi. Pada gangvuan fungsional yang terjadi bersifat reversible
dengan sedikit perubahan anatomis. Sementara itu, pada kondisi gangguan
kronis akan mengakibatkan atrofi tubulus mendalam dan kehilangan nefron
permanen. Peningkatan tekanan ureter juga menghasilkan refluk pyelovenous
dan pyelolymphatic. Perubahan bruto dalam saluran kemih bergantung pada
durasi, derajat, dan tingkat obstruksi. Dalam sistem pengumpulan intrarenal,
derajat dilatasi diatasi oleh parenkim ginjal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan
serta lamanya penyumbatan, Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi
secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan
pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan
serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal
kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1.

Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).

2.

Gagal jantung kongestif.

3.

Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi

4.

Pruritis (gatal kulit).

5.

Butiran uremik (kristal urea pada kulit).

6.

Anoreksia, mual, muntah, cegukan.

7.

Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.

8.

Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)

Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan


menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk
dan

tulang

panggul)

pada

sisi

ginjal

yang

terkena.

Jika

penyumbatan

berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan


gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. Air
kemih dari 10% penderita mengandung darah. Sering ditemukan infeksi saluran
kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah
kandung kemih atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu
(kalkulus).

Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang

samar-samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi
pada

penderita

anak-anak

akibat

cacat

bawaan,

dimana

sambungan

ureteropelvik terlalu sempit. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan
menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal.

E. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba, dengan
hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi.
2. Laboratorium
Urinalisis,
pyuria
menunjukkan
adanya
infeksi.
Hematoriamikroskopik
menunjukkan adanya batu atau tumor
Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosisnmungkin menunjukan infeksi akut.

Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan


peningkatan kadar BUN dan kratinin. Selain itu hiperkalimia dapat menjadi
kondisi yang mengancanm kehidupan.
3. pyelograpi intravena(IVP)
pyelograpi

intravena

ini

berguna

untuk

mengidentifikasikeberadaan

dan

penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab yang


paling mudah yang dapat mengidentifikasi berdasarkan IVP.
4.

CT scan
memiliki peran penting dalam evaluasi dan hidroureter. Proses retroperitroneal
penyebab obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi
dengan baik melalui CT.

F.

PENGKAJIAN dan PENATALAKSANAAN


Peran pengobatan hidronefrosis dan hidroureter terbatas mengontrol rasa
sakit dan pengobatan atau pencegahan infeksi. Sebagian besar kondisis pasien
memerlukan

tindakan

invasive

atau

intervensi

bedah

dengan

prognosis

pascabedah yang baik. Intravena bedah. Teknik yang dilakukan pada pasien
dengan hidronefrosis tergantung pada etiologi. Secara umum , intervensi bedah
dilakukan

segera

bila

terapat

adanya

tanda-tanda

infeksi

pada

saluran

perkemihan karena infeksi dengan hidronefrosis memberikan predisposisi


penting terjadinya kondisi sepsis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
a.
b.
2.
a.
b.

Persepsi Terhadap Kesehatan


Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelum, riwayat gout, riwayat


pembedahan
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, diabetes
3. Data focus
a. Makanan atau cairan
Gejala
Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
c.

Tanda
b.
-

Distensi abdominal, penurunan/ tidak ada usus


Muntah
Aktivitas dan istirahat
Gejala
Pekerjaan monoton, pekerjaan diman pasien terperjan pada lingkungan

bersuhu tinggi
Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya
c. Eliminasi terutama BAK
Gejala
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, penurunan haluaran urin,
kandung kemih penuh
Tanda
Oliguri, hematuri, pluria, perubahan pola berkemih
d.

e.

Sirkulasi
Tanda
Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemerahan,
pucat.
Nyeri/kenyamanan
Gejala
Episode nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi obstruksi, contoh : pada
panggul diregio sudut kortovertebral dan menyebar ke punggung , abdomen dan

f.
g.
4.
a.
b.
-

turun kelipatan paha


Tanda
Melindungi perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal yang di palpasi
Keamanan
Gejala : menggiil, demam
Persepsi diri
Gejala : kurang pengetahuan, gangguan body image
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
darah : hematologi ; GD I/II, BGA
urine : kultur urin, urin 24 jam
radiodiagnostik
USG/CR abdomen
BNO IVP
Renogram / RPG
Poto thorax

c.

ECG

B.

Diagnosa Keperawatan

1.

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal yang

2.

meningkat
Gangguan perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran

3.

kemih
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

4.

yang tidak adekuat mual, muntah


Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan
tubuh

C. Intervensi
1.
-

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang


meningkat
Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang dengan spasme terkontrol,
tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat

Intervensi

Rasional

Catat lokasi, lamanya, intensitas dan

Bantu mengevaluasi tempat obstru

penyebaran

dan kemajuan gerakan kalkulus

Bantu dan dorong penggunaan nafas,

Memberikan kesempatan untuk pem

berfokus bimbingan imajinasi dan

perhatian dan membantu relaksasi

aktifitas teraupetik
Dorong dan ambulasi sesuai indikasi dan

Hidrasi kuat meningkatkan lewatny

tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya

batu, mencegah statis urin dan

3-4 L/ hari

mencegah pembentukan batu

Perhatikan keluhan penambahan/

Dapat menyebabkan perforasi dan

menetapnya nyeri abdomen

ekstravasasi urin ke dalam arca pria

Berikan obat sesuai indikasi

Biasanya diberikan sebelum episod


akut untuk meningkatkan relaksasi
mental

2.

Gangguan perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran


kemih.

Tujuan : dapat berkemih dengan jumlah normal dewasa - 1 ml/kgbb/jam


Kriteria hasil : toidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi

Rasional

Dorong meningkatkan pemasukan

Peningkatan hidrasi membilas bakteri

cairan

darah dan membantu lewatnya batu

Tentukan pola berkemih normal dan

Biasanya frekuensi meningkat bila kal

perhatikan variasi

mendekati pertemuan uretrovesikal

Observasi perubahan status mental,

Akumulasi sisa berkemih dan

perilaku atau tingkat kesadaran

ketidakseimbangan elektrolit dapat


menjadi toksik di ssp

3.
-

Catatat px laboratorium, ureum,

Peningkatan ureum, creatinin

creatinin

mengindikasikan disfungsi ginjal

Amati keluhan Vu penuh, palpasi

Retensi urin dapat terjadi, menyebabk

untuk distensi suprapubis,

distensi jaringan dan resiko infeksi, ga

pertahankan penurunan keluaran urin

ginjal

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat, mual, muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, tidak mengalami tanda malnutrisi lebih
lanjut

Intervensi

Rasional

Kaji dan catat pemasukan diet

Membantu mengidentifikasi defisien


dan kebutuhan diet

Bari makanan sedikit tapi sering

Meminimalkan anoreksia dan mual


sehubungan dengan status uremik

Timbang BB setiap hari

Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat

menunjukan perpindahan keseimban


cairan
Awasi px lab, contoh BUN, albumin

Indicator kebutuhan nutrisi, pembat

serum, natrium, kalium

aktivitas terapi

Berikan / kolaborasi obat antidiuretik

Menghilangkan mual, muntah,

meningkatkan pemasukan oral

4.
-

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan


tubuh
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidaki menunjukan tanda dan gejala infeksi

Intervensi

Rasional

Tingkatkan cuci tangan yang baik pada

Menurunkan resiko kontaminasi sila

pasien dan perawat


Bantu nafas dalam, batuk dan

Mencegah atelektasis dan kemobilis

pengubahan posisi

secret untuk menurunkan resiko inf

Kaji intergritas kulit

Ekskorisasi akibat gesekan dapat


menjadi infeksi sekunder

Awasi tanda vital

Demam dengan peningkatan nadi d

pernafasan adalah tanda peningkat

laju metabolic dan proses inflamasi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Price,sylvia,A,1995,

patofisiologi

konsep

klinis

proses-proses

penyakit.

bahasa:peter anugerah. Edisi 4, jakarta:EGC


Price. Sylvia anderson,2001. Patofisiologi vol 2. Jakarta:EGC
RN, swearingen.2001. keperawataan medikal bedah edisi 2. Jakarta: EGC
Robins, stanley L,2001. Patofisiologi II edisi 4. Jakarta:EGC

Alih

Smeltzer, suzanene C,2001. Buku ajar keperawatan medikal bedal brunner and
suddarth. Alih bahasa :agung waluyo (et al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC

You might also like