You are on page 1of 4

Dakwah adalah tugas fitrah manusia yang diamanahkan oleh Allah swt agar

manusia saling ingat mengingati dalam kebaikan serta membawa mereka untuk
kebahagiaan di dunia dan akhirat serta membawa kemaslahatan bagi semua
makhluk. Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nah l: 125)
Namun, dalam kenyataannya, berdakwah itu bukanlah sesuatu yang mudah. Ia
adalah merupakan suatu yang fitrah dan telah berlangsung sejak zaman Nabi Adam
as bahwa menyeru manusia kepada kebaikan adalah sesuatu yang sangat sukar.
Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa iaitu : Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang
yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang
kembali (kepadaNya). (QS Asy Syura : 13) Kadang-kadang : Habis waktu yang
digunakan. Begitu besar pula biaya yang dikeluarkan. Banyak tenaga yang
dikerahkan. Namun, hasil yang diharapkan tidak begitu seimbang bahkan
kemungkinan tiada hasil sama sekali. DAKWAH MEMERLUKAN KEJUJURAN Sudah
semestinya seorang aktivis dakwah perlu memiliki kesedaran untuk sentiasa jujur
kepada Allah swt. Sebagaimana Nabi Muhammad saw, modal utama baginda dalam
berdakwah adalah kejujuran. Bahkan gelaran al-amiin telah disandang oleh
baginda jauh sebelum baginda diangkat menjadi Rasul oleh Allah swt. Jelaslah,
kejujuran Nabi Muhammad saw terpancar pada hatinya, perkataannya, hingga
kepada perbuatannya. Kerana segala yang berasal dari hati, akan mudah kembali
ke hati. Seorang aktivis dakwah yang jujur kepada Allah dan ikhlas dalam
berjuang, akan berpengaruh terhadap hasil dakwahnya. Kejujurannya itu tidak
hanya terserlah dalam ucapannya, tetapi juga : Ketegasan dalam langkahnya.
Kecerahan pada wajahnya. Kelembutan pada matanya. Ketenangan pada sikapnya.
Kejernihan pada pemikirannya. Kejujuran seorang aktivis dakwah tentu kembali
kepada keadaan hatinya. Apabila hatinya bersih, maka akan mudah ia berlaku jujur
kerana segala yang berasal dari hati, akan mudah kembali ke hati. Maka ketika
proses dakwah itu dilakukan dengan jujur kepada Allah, ramai orang yang
mendapatkan petunjuk kerananya. Mereka mendapat petunjuk lantaran hati mereka
merasakan kejujuran yang terpancar dari aktivis dakwah yang jujur. Tidak sedikit
dari mereka yang mendapat petunjuk, walaupun : Hanya baru sekali bertemu.
Hanya berbincang sesaat. Hanya dengan menatap wajahnya. Amal dakwah yang
dilakukan secara jujur kepada Allah tidaklah lekang oleh waktu. Ia akan tetap abadi
sebagai benih amal yang terus tumbuh dan sentiasa berbuah kebaikan. Itu
sebabnya mengapa kisah-kisah Nabi Muhammad saw, para sahabat atau orangorang yang soleh tetap memberi inspirasi dan memberi tenaga lebih kepada setiap
orang yang membacanya, padahal, mereka tidak pernah sekalipun bertemu dengan
tokoh-tokoh tersebut. Seorang pendakwah menjelaskan : Jika seseorang jujur
kepada Allah dan ikhlas dalam usahanya dalam menegakkan agama, secara
automatiknya ia jujur dalam segala perkara. Ia tidak hanya jujur dalam perbuatan,
perkataan, organ tubuh, jihad dan dakwahnya. Bahkan pedang, senjata dan

perbekalannya pun ikut jujur. Senjata atau kenderaan akan menjadi jujur selama
mana digunakan oleh orang yang jujur. Kita pun banyak mendengar bagaimana
kisah peluru atau batu yang dilontarkan oleh para Mujahid di tanah jihad boleh
memberi kesan kerosakan yang begitu hebat bagi musuh-musuh Islam. Peluru dan
batunya sama, tapi mengapa kesannya berbeza? Ini kerana orang yang
menggunakannya adalah orang yang jujur. Sama halnya dengan kenderaan, apabila
digunakan oleh orang yang jujur, kenderaan itu akan ikut jujur dan melahirkan
banyak kebaikan-kebaikan. Sebaliknya, ketika dakwah itu dilakukan dengan tidak
jujur kepada Allah sehingga ia jauh dari Allah, apalagi disertai dengan kemaksiatan
dan dosa, maka ianya akan memberi pengaruh kepada hasil dakwahnya.
Keburukannya itu bukan hanya terpancar pada dirinya, tetapi juga terukir pada alat,
senjata atau kenderaannya. KEMATANGAN DALAM PERLAKSANAAN DAKWAH
Halangan terhadap dakwah di sekitar kita sangat besar samada yang datang dari
dalaman para aktivis dakwah itu atau yang datangnya dari luar. Berbagai halangan
itu seolah-olah datang menyerang kita dari segala arah tanpa menunggu kita
bersedia atau tidak. Di sinilah titik bermulanya sebuah kematangan. Seorang aktivis
dakwah yang matang adalah : PERTAMA : MAMPU BERFIKIR SECARA JERNIH Yang
dimaksudkan di sini adalah walau serumit apapun lingkungan objek dakwah, maka
ia mampu untuk menilai masalah berdasarkan jenis atau tingkatan kesulitannya.
Kemudian ia menentukan peluang atau penyokong yang ada di samping menilai
faktor-faktor yang tidak membantu, kemudian menentukan langkah seterusnya
yang perlu diambil. KEDUA : MEMANFAATKAN SEMUA POTENSI YANG DIMILIKI DAN
MENYINGKIRKAN SEMUA HALANGAN Sekecil apapun suatu organisasi dakwah, pasti
ia memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan dakwah dan ini
bukan bererti bahwa mereka tidak akan berhasil. Justeru sebaliknya tidak jarang
berlaku dengan hanya bermodalkan usaha yang sedikit, namun kita mampu
mengembangkan dakwah hingga menjadi besar. KETIGA : MAMPU MEMOTIVASI DIRI
Biasanya kita akan bersemangat apabila kita melihat sahabat kita bersemangat
atau lingkungan yang seakan menarik kita untuk tetap bekerja. Dengan kata lain,
biasanya tingkatan produktiviti seseorang dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya.
Lingkungan yang kondusif akan meningkatkan produktiviti. Namun, perkara inipun
sepenuhnya tergantung kepada diri seorang aktivis dakwah tersebut. Seorang yang
mempunyai motivasi diri yang kuat akan memiliki sikap istiqamah yang tinggi
kepada dakwah walaupun tanpa dukungan dari lingkungan. Orang seperti ini tidak
akan mudah patah semangat apabila : Ia mendapati ada kelemahan pada
jamaahnya. Langkahnya turut surut. Melihat sahabat-sahabatnya mundur.
Menghadapi tentangan dan halangan. Ia sedang mengalami gejala futur sekalipun.
Mereka yang matang tidak akan meninggalkan jamaahnya malah ia akan berusaha
untuk memperbaikinya apakah dengan tangannya, lisannya, mahupun hatinya. Ia
bahkan semakin giat bekerja ketika menghadapi tentangan kerana ia merasa di
situlah kematangannya, kemampuannya dan potensinya sedang diuji kekuatannya.
Saat ia sedang 'malas', maka ia akan bersegera menyedari diri bahwa ia sedang
berusaha digoda dan dengan bersegera bangkit dari kemalasan tersebut untuk
kembali aktif bekerja. Untuk memiliki kematangan seumpama ini tidaklah mudah
kerana ia sangat bergantung pada karakteristik psikologi seseorang. Dalam hal
motivasi kerja, maka karakter ini boleh dibahagi menjadi dua. Karakter yang
pertama adalah karakter yang bebas iaitu seseorang yang mampu untuk

memotivasi diri sendiri dan terbiasa untuk memecahkan permasaalahan yang


dihadapi sendiri. Karakter ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki sifatsifat pemimpin, pencetus dan pelopor. Walau dengan segala kelemahannya, ia akan
berusaha untuk menemui jalan keluarnya sendiri. Karakter yang kedua adalah
bersifat kebergantungan iaitu orang yang perlu kepada orang lain untuk dapat
bergerak. Pada keadaan ia sedang menghadapi kesurutan, ia memerlukan orang
lain untuk membantunya. Jika ia temui seseorang sebagai tempat mencurahkan apa
yang terbuku di hatinya, maka ia akan segera pulih. Jika tidak, maka ia akan
menjadi lebih buruk. Jenis yang pertama adalah jenis yang mempunyai konsistensi
yang tinggi dan cenderung untuk lebih komited dan mempertahankan keyakinannya
selama ia yakin dengan kebenaran yang diperjuangkannya. Jenis yang kedua lebih
bergantung pada pihak luar dan lebih mudah untuk terpengaruh. Tentu sahaja tidak
ada jaminan bahwa karakter pertama lebih baik dari karakter kedua. Namun,
memang dalam sektor dakwah, sangat diperlukan orang-orang yang memiliki
karakter pertama. Kematangan dalam bertindak dan berperilaku tanpa selamanya
bergantung pada orang lain sangat diperlukan dalam dakwah. Untuk membina
kematangan, maka usaha-usaha berikut hendaklah dilakukan : PERTAMA Sentiasa
mengingati Allah swt di mana dengan mengingatiNya kita akan tenang dan akan
sentiasa teringat akan amanah yang dibebankan di bahu kita. Menyedari posisi diri
samada sebagai manusia yang memiliki amanah untuk amar ma'ruf nahi mungkar
serta sebagai hamba yang perlu sentiasa menjalankan semua perintahNya. Bahwa
sesungguhnya semua amanah itu nantinya akan dipertanggungjawabkan. Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya. (QS Al-Israa : 36) KEDUA Betul-betul memahami
tentang kepentingan waktu dan kerugian bagi orang-orang yang menyianyiakannya di mana aktivis dakwah sentiasa perlu dalam keadaan bersiap sedia
dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanahnya. Maka apabila kamu
selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan, hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS Asy-Syarh : 7-8)
KETIGA Mengenali diri sehingga mampu meningkatkan potensi dan menutup semua
jalan masuk yang memungkinkan untuk tidak bersemangat. Seseorang perlu tahu
apa yang dapat menjadikannya lebih bermotivasi dan berusaha melaksanakannya
serta menjauhi perkara-perkara yang dapat boleh membawa kepada rasa malas.
Tidakkah kita memahami tentang tujuan hidup kita di dunia ini? Tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS Az-Zariyaat : 56)
Dalam ayat lain Allahswt juga berfirman : Apakah kamu sekalian mengira bahwa
Kami menciptakan kamu sia-sia tanpa tujuan dan kepada Kami kamu tidak
dikembalikan? (QS Al-Mukminun : 116) KEEMPAT Mentarbiyah diri samada tarbiyah
ruhiyah ataupun tarbiyah jasadiah. Begitu juga samada dengan tazkiyah dan
tausiah ataupun kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan potensi
seseorang individu. Ini dilakukan sebagai usaha untuk mempertahankan keimanan
sebagai ruh dari dakwah itu sendiri. Dan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada
mereka(balasan) ketaqwaannya. (QS Muhammad : 17) KELIMA Menyedari hakikat
dakwah dan semua aspek yang mempengaruhinya di mana tentangan terhadap
dakwah itu tumbuh melebihi kecepatan dakwah itu sendiri sehingga tidak ada

waktu untuk berpangku tangan. KEENAM Mulai berhenti untuk hanya memikirkan
diri sendiri. Ingat bahwa selain kita, ada hak orang lain atas kita. Jika waktu yang
ada hanya habis untuk memikirkan tentang perasaan kita, emosi kita dan semua
ego yang menyelinap pada diri kita, maka kita akan tertindas ke lembah penyakit
futur. Tidak ada salahnya kita juga memperhatikan diri kita sendiri kerana itu
penting tapi jangan sampai seluruh usia kita hanya habis untuk kepentingan
peribadi. Ingat, Islam menuntut kita agar kita sentiasa bersikap pertengahan dan
bersederhana dalam segala perkara, tidak berlebih-lebihan dan tidak juga
bermudah-mudah. Apabila semua ini telah diterapkan secara baik, maka insyaAllah
akan tercipta singa-singa Allah yang matang dalam sikap dan kedewasaan dalam
berfikir. Ya Allah, kurniakanlah kejujuran ke dalam lubuk hati kami yang paling
dalam sehingga dakwah yang kami laungkan akan mudah menyelinap dan melekat
ke dinding-dinding hati manusia. Kuatkanlah hati kami dengan sikap kematangan
yang tinggi sehingga kami tetap bertahan di jalan dakwahMu walau berhadapan
dengan badai fitnah dan futur yang melanda. Ameen Ya Rabbal Alameen WAS

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

You might also like