You are on page 1of 6

Hari, Tanggal : Senin, 21 September 2015

Kelompok : 14
Asisten
: Ina Rotulhuda (G24110049) Anggota : Mega Fitria
Alfi Wardah F (G24110063)
Anjias Yonatan
Dara Fiyanka K
Saeful Rakhman

(G24120008)
(G24120045)
(G24120046)
(G24120070)

ANALISIS ANGIN: WINDROSE (SOFTWARE)


TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah melakukan analisis arah dan kecepatan angin di
suatu stasiun klimatologi dengan menggunakan software WRPLOT View, mengetahui
perbedaan diagram windrose antara musim kemarau dan musim hujan, dan mengetahui
hubungan hembusan angin dengan sebaran polutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Windrose adalah sebuah diagram yang memberikan gambaran tentang bagaimana
arah dan kecepatan angin terdistribusi di sebuah lokasi dalam suatu periode tertentu.
Windrose memberikan gambaran ringkas tentang bagaimana arah dan kecepatan angin
terdistribusi pada sebuah lokasi yang sarat akan informasi. Windrose ditampilkan dalam
format sirkular yang menunjukkan frekuensi dari arah mana angin berhembus. Panjang dari
masing-masing kriteria yang mengelilingi lingkaran diasumsikan sebagai frekuensi waktu
di mana angin berhembus dari arah tertentu. WRPLOT View adalah sebuah software yang
dapat menampilkan windrose untuk data meteorologi. Software ini menyediakan tampilan
diagram windrose, analisis frekuensi, dan diagram untuk beberapa format data meteorologi
(Fadholi 2013).

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 Diagram windrose pada bulan (a) Januari, (b) Februari, dan (c) Maret pada Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, tahun 2012.

Gambar 1a, 1b, dan 1c di atas menunjukkan diagram Windrose yang memperlihatkan
arah dan kecepatan angin yang berhembus pada bulan Januari Maret 2012 di Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang. Pada bulan Januari, diketahui bahwa rata-rata

kecepatan angin berhembus adalah 2,76 m/s dan tidak ada angin calm. Angin dominan
berhembus dari arah barat laut menuju tenggara ( 67%). Angin yang bertiup pada bulan
Januari tersebut memiliki kecepatan yang cukup beragam dengan kecepatan tertinggi
adalah antara 5,7 8,8 m/s dan kecepatan terendah adalah antara 0,5 2,1 m/s. Kemudian
pada bulan Februari diketahui bahwa rata-rata kecepatan angin berhembus adalah 2,06 m/s
dan tidak ada angin calm. Angin juga dominan berhembus dari arah barat laut menuju
tenggara ( 66%) dan memiliki kecepatan lebih rendah dibandingkan pada bulan Januari.
Kecepatan angin tertinggi pada bulan Februari adalah antara 3,6 5,7 m/s dan kecepatan
terendah adalah antara 0,5 2,1 m/s. Memasuki bulan Maret, diketahui bahwa rata-rata
kecepatan angin berhembus adalah 2,92 m/s dan tidak ada angin calm. Angin masih
berhembus dominan dengan arah yang sama yaitu dari barat laut menuju tenggara ( 60%),
namun dengan kecepatan yang kembali beragam. Kecepatan angin tertinggi pada bulan
Maret adalah antara 5,7 8,8 m/s dan kecepatan terendah adalah antara 0,5 2,1 m/s.
Selama periode Januari Maret, angin dominan berhembus dari barat laut menuju
tenggara. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh angin monsun Asia yang semakin kuat
pengaruhnya memasuki bulan Desember Februari (DJF) yang selanjutnya berbelok
menjadi angin baratan setelah melewati khatulistiwa. Namun, pada bulan Maret terjadi
peralihan angin monsun Australia yang mulai mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia
sehingga mulai berhembus angin timuran (Mulyana 2002). Karena adanya pengaruh
monsun Asia ini, massa udara yang bergerak dari Samudera Hindia menuju Pasifik (Asia
Australia), membawa banyak uap air dan berdampak musim hujan pada wilayah
Indonesia. Berdasarkan arah dan kecepatan angin yang terjadi pada bulan Januari Maret,
secara keseluruhan karena mayoritas angin berhembus dari arah barat laut menuju tenggara,
maka daerah yang berpotensi terkena dampak pencemar adalah daerah tenggara dari
Stasiun Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, namun dikarenakan angin bertiup kencang,
maka konsentrasi pencemar dapat berkurang serta hanya terdistribusi secara mendatar dan
tegak lurus. Selain itu adanya peran hujan menyebabkan bahan polutan yang terdapat di
udara cenderung terlarutkan dan berkurang akibat adanya pencucian udara oleh hujan
(Chandra 2006).

(a)

(b)

(c)

Gambar 2 Diagram windrose pada bulan (a) April, (b) Mei, dan (c) Juni pada Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, tahun 2012.

Gambar 2a, 2b, dan 2c di atas menunjukkan diagram windrose yang memperlihatkan
arah dan kecepatan angin yang berhembus pada bulan April Juni 2012 di Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang. Pada bulan April, diketahui bahwa rata-rata
kecepatan angin berhembus adalah 2,91 m/s dan tidak ada angin calm. Angin bergerak dari
arah yang bervariasi, mulai dari arah timur dan sebagian bergerak dari arah utara, namun
angin dominan berhembus dari arah tenggara ( 30%) dengan kecepatan tertinggi antara
5,7 8,8 m/s dan kecepatan terendah antara 0,5 2,1 m/s. Angin yang bergerak dari arah
barat dan selatan justru menunjukkan nilai yang kecil. Kemudian, pada bulan Mei diketahui
bahwa rata-rata kecepatan angin berhembus adalah 2,84 m/s dan tidak ada angin calm.
Diagram windrose juga menunjukkan angin yang berhembus dominan berasal dari arah
tenggara ( 30%), namun apabila pada bulan April terdapat angin yang berhembus dari
arah utara cukup banyak, pada bulan Mei ini hanya sedikit angin berhembus dari arah utara.
Kecepatan angin pada bulan Mei lebih tinggi dibandingkan pada bulan April, yaitu tertinggi
antara 8,8 11,1 m/s dan terendah antara 0,5 2,1 m/s. Pada bulan Juni, diketahui bahwa
rata-rata kecepatan angin berhembus adalah 2,81 m/s dan tidak ada angin calm. Arah
datangnya angin juga cenderung lebih banyak berasal dari tenggara ( 52%), sementara
sisanya dari arah timur dan timur laut sangat sedikit. Kecepatan angin pada bulan Juni
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bulan April dan Mei, dengan kecepatan
tertinggi antara 3,6 5,7 m/s dan kecepatan terendah antara 0,5 2,1 m/s.
Selama periode April Juni, angin dominan berhembus dari tenggara menuju barat
laut. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin monsun Australia yang berasal dari
Australia Utara berhembus mulai dari Nusa Tenggara, Jawa, hingga ujung selatan Sumatera
yang menyebabkan angin timuran (Mulyana 2002). Berdasarkan arah dan kecepatan angin
yang terjadi pada bulan April Juni, secara keseluruhan karena mayoritas angin berhembus
dari arah tenggara menuju barat laut, maka daerah yang berpotensi terkena dampak
pencemar adalah daerah selatan hingga barat laut dari Stasiun Klimatologi Ahmad Yani,
Semarang. Selain itu, karena pada bulan April Juni mulai memasuki musim kemarau,
nilai konsentrasi zat pencemar di udara pada musim kemarau cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai konsentrasi zat pencemar pada musim hujan (Puspitasari 2011).

(a)

(b)

(c)

Gambar 3 Diagram windrose pada bulan (a) Juli, (b) Agustus, dan (c) September pada
Stasiun Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, tahun 2012.

Gambar 3a, 3b, dan 3c di atas menunjukkan diagram windrose yang memperlihatkan
arah dan kecepatan angin yang berhembus pada bulan Juli September 2012 di Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang. Pada bulan Juli, diketahui bahwa rata-rata kecepatan
angin berhembus adalah 2,47 m/s dan tidak ada angin calm. Dominasi angin berhembus
dari arah tenggara ( 30%) hingga timur ( 27%) dengan kecepatan tertinggi antara 3,6
5,7 m/s dan kecepatan terendah antara 0,5 2,1 m/s. Selanjutnya pada bulan Agustus,
diketahui bahwa rata-rata kecepatan angin berhembus adalah 2,81 m/s dan tidak ada angin
calm. Angin berhembus cukup merata dari arah barat laut hingga tenggara, dengan dominan
berasal dari arah timur laut ( 47%) dengan kecepatan tertinggi antara 3,6 5,7 m/s dan
kecepatan terendah antara 0,5 2,1 m/s. Kemudian pada bulan September, diketahui bahwa
tidak terjadi banyak angin pada bulan tersebut dengan ata-rata angin sebesar 2,88 m/s
dengan tidak ada angin calm. Dominasi angin berasal dari arah barat laut ( 47%) menuju
arah tenggara dengan kecepatan tertinggi antara 3,6 5,7 m/s dan kecepatan terendah
antara 0,5 2,1 m/s.
Selama periode Juli September, angin berhembus bervariasi, mulai dari arah
tenggara pada bulan Juli, dari arah timur laut pada bulan Agustus, dan dari arah barat laut
pada bulan September. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin monsun Australia
yang semakin kuat pada bulan Juli dan Agustus di hampir seluruh wilayah Indonesia, yang
berasal dari Australia berhembus mulai dari Nusa Tenggara, Jawa, hingga ujung selatan
Sumatera. Namun, pada bulan September terjadi peralihan musim panas ke musim dingin
di utara (Asia), sehingga pengaruh monsun Australia ini mulai berkurang (Mulyana 2002).
Berdasarkan arah dan kecepatan angin yang terjadi pada bulan Juli September, daerah
yang berpotensi terkena cemaran polutan adalah daerah di sebelah barat laut, barat daya,
hingga ke tenggara dari Stasiun Klimatologi Ahmad Yani, Semarang. Selain itu, karena
pada bulan Juli September merupakan musim kemarau, nilai konsentrasi zat pencemar di
udara pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konsentrasi
zat pencemar pada musim hujan (Puspitasari 2011).

(a)

(b)

(c)

Gambar 4 Diagram windrose pada bulan (a) Oktober, (b) November, dan (c) Desember pada
Stasiun Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, tahun 2012.

Gambar 4a, 4b, dan 4c di atas menunjukkan diagram windrose yang memperlihatkan
arah dan kecepatan angin yang berhembus pada bulan Oktober Desember 2012 di Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang. Pada bulan Oktober, diketahui bahwa rata-rata

kecepatan angin berhembus adalah 2,78 m/s dan tidak ada angin calm. Angin dominan
berhembus dari arah barat laut menuju tenggara ( 37%). Angin yang bertiup pada bulan
Oktober ini memiliki kecepatan tertinggi adalah antara 5,7 8,8 m/s dan kecepatan
terendah adalah antara 0,5 2,1 m/s. Kemudian pada bulan November, diketahui bahwa
rata-rata kecepatan angin berhembus adalah 2,34 m/s dan tidak ada angin calm. Angin
berhembus merata dari berbagai arah, kecuali dari arah barat daya, namun dominan
berhembus dari arah barat laut menuju tenggara ( 27%) dan memiliki kecepatan yang
lebih rendah dibandingkan pada bulan Oktober. Kecepatan angin tertinggi pada bulan
November adalah antara 2,1 3,6 m/s dan kecepatan terendah adalah antara 0,5 2,1 m/s.
Sementara pada bulan Desember, diketahui bahwa rata-rata kecepatan angin berhembus
adalah 2,16 m/s dan tidak ada angin calm. Angin banyak berhembus dari arah barat laut
hingga timur laut, namun dominan angin berhembus dari arah yang sama seperti bulanbulan sebelumnya, yaitu dari barat laut menuju tenggara ( 40%) dengan kecepatan angin
tertinggi adalah antara 2,1 3,6 m/s dan kecepatan terendah adalah antara 0,5 2,1 m/s.
Selama periode Oktober Desember, angin berhembus dominan berasal dari arah
barat laut menuju arah tenggara. Hal tersebut disebabkan oleh angin monsun Asia yang
mulai mempengaruhi wilayah Indonesia dan semakin kuat pengaruhnya pada bulan
Desember. Angin dari Laut Cina Selatan berhembus masuk ke Sumatera dan Kalimantan
selanjutnya berbelok menjadi angin baratan setelah melewati khatulistiwa, sehingga di
Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara berhembus angin baratan (Mulyana 2002). Berdasarkan
arah dan kecepatan angin yang terjadi pada bulan Oktober Desember, secara keseluruhan
karena mayoritas angin berhembus dari arah barat laut menuju tenggara, maka daerah yang
berpotensi terkena dampak pencemar adalah daerah timur hingga tenggara dari Stasiun
Klimatologi Ahmad Yani, Semarang. Pada bulan Oktober Desember ini, Indonesia
memasuki musim penghujan, adanya peran hujan menyebabkan bahan polutan yang
terdapat di udara cenderung terlarutkan dan berkurang akibat adanya pencucian udara oleh
hujan (Chandra 2006).
Perbedaan terdapat pada diagram windrose yang terjadi pada musim kemarau
dengan musim hujan di Stasiun Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, tahun 2012. Diagram
windrose pada musim kemarau menunjukkan arah angin yang dominan berasal dari arah
timur laut hingga tenggara, yang disebabkan oleh angin timuran yang dipengaruhi kuatnya
angin monsun Australia pada musim kemarau di Indonesia, sementara diagram windrose
pada musim hujan menunjukkan arah angin yang dominan berasal dari arah barat hingga
barat laut, yang disebabkan oleh angin baratan yang dipengaruhi kuatnya angin monsun
Asia pada musim hujan di Indonesia. Kemudian untuk kecepatan angin, pada musim
kemarau angin cenderung berhembus lebih cepat dibandingkan pada musim hujan, dengan
rata-rata kecepatan angin pada musim kemarau adalah 2,79 m/s dan pada musim hujan
adalah 2,50 m/s.
KESIMPULAN
Windrose adalah sebuah diagram yang memberikan gambaran tentang bagaimana
arah dan kecepatan angin terdistribusi di sebuah lokasi dalam suatu periode tertentu yang
sarat akan informasi. Pada praktikum kali ini praktikan sudah mampu menghasilkan
diagram windrose dengan menggunakan software WRPLOT View dan data yang digunakan
diambil dari Stasiun Klimatologi Ahmad Yani, Semarang, tahun 2012. Berdasarkan
5

praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa diagram windrose pada musim
kemarau menunjukkan arah angin yang dominan berasal dari arah timur laut hingga
tenggara, sementara pada musim hujan diperoleh diagram windrose menunjukkan arah
angin yang dominan berasal dari arah barat hingga barat laut. Kemudian, untuk kecepatan
angin pada musim kemarau cenderung lebih cepat dibandingkan pada musim hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): EGC.
Fadholi A. 2013. Analisis data arah dan kecepatan angin landas pacu (runway)
menggunakan aplikasi windrose plot (WRPLOT). Jurnal Ilmu Komputer. 9(2):8491.
Mulyana E. 2002. Analisis angin zonal di Indonesia selama periode ENSO. Jurnal Sains &
Teknologi Modifikasi Cuaca. 3(2):115-120.
Puspitasari AD. 2011. Pola spasial pencemaran udara dari sumber pencemar PLTU dan
PLTGU Muara Karang [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

You might also like