Professional Documents
Culture Documents
KEMOTERAPI
Laporan ini ajukkan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners mata ajar Keperawatan
Medikal Bedah 2 Ruang Kemoterapi RSUP Fatmawati.
Disusun Oleh:
Ikna Qonita
A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan secara sistemik dalam pengobatan kanker
selain terapi hormonal dan terapi target (Robinson, 2008). Zat kimia atau obat-obatan
digunakan dalam pengobatannya (Hayati, 2009). Kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan
obat
sitostatika
untuk
membunuh
sel
kanker
dengan
cara
C. Obat-Obat Sitostatika
Contoh
Senyawa Alkil
Cyclophosphamide
Chlorambucil
DNA, menyebabkan
Melphalan
Menyebabkan rambut
rontok
dari DNA
Efek Samping
Dapat mengurangi
kesuburan
Menekan sistem
kekebalan tubuh
Dapat menyebabkan
leukemia
Antimetabolit
Methotrexate Cytarabine
Fludarabine 6-
Mercaptopurine 5-
Fluorouracil
Antimitotik
Vincristine Paclitaxel
Menghalangi pembelahan
Vinorelbine Docetal
sel kanker
Tidak meningkatkan
resiko leukemia
Abraxane
Penghambat Topoisomerase
Doxorubicin
Mencegah sintesis DNA dan
Irinotecan
alkylating
perbaikan melalui
penghalangan enzim yang
diamakan topoisomerases
Doxorubicin dapat
menyebabkan kerusakan
jantung
Derivatif Platinum
Cisplatin
Carboplatin
DNA, menyebabkan
Oxaliplatin
kehancuran
alkil
Terapi hormonal
Tamoxifen
Dapat menyebabkan
kanker endometrial,
pembekuan darah, muka
merah
Penghambat Aromatase
Bicalutamid
Dapat menyebabkan
disfungsi ereksi
Anastrozole
Menghalangi pembentukan
Examestane
estrogen
Letrozole
pembentukan estrogen
Dapat menyebabkan
keropos tulang
(osteoporosis) dan gejala
menopause
Penghambat sinyal
Imatinib
Gefitinib
Erlotinib
Antibodi monoklonal
Rituximab
Dapat menyebabkan
retensi cairan
Dapat menyebabkan
Dapat menyebabkan
reaksi alergi
Gemtuzumab
Dapat menyebabkan
gagal jantung
kanker payudara
Berisi antibodi khusus
Dapat menyebabkan
Ozogamicin
diperpanjang, dimana
leukemia kemudian
meningkatklan resiko
pendarahan
kemoterapinya
Modifikasi respon biologi
Interferon-alpha
Tidak ketahui
Dapat menyebabkan
demam, dingin, tekanan
pada sumsum tulang,
kekurangan tiroid,
hepatitis
Senyawa diferensiasi
Tretinoin
Arsenic trioxide
Menginduksi diferensiasi
Dapat menyebabkan
Menginduksi diferensiasi
parah
Menyebabkan irama
ruam
Senyawa yang menghalangi pembentukan saluran darah (senyawa antiangiogenik)
Bevicizumab
Menghalangi factor
Dapat menyebabkan
pertumbuhan vascular
endothelial (vascular
kehilangan protein di
urin, perdarahan,
=VEGF)
penggunpalan darah,
Serafinib
Menghalangi factor
perforasi usus
Dapat menyebabkan
Sunitinib
pertumbuhan vascular
endothelial (vascular
kehilangan protein di
urin
=VEGF)
D. Mekanisme Cara Kerja Kemoterapi
Kebanyakan obat anti neoplasma yang secara klinis bermanfaat, agaknya bekerja
dengan menghambat sintesis enzim maupun bahan esensial untuk sintesis dan atau fungsi
asam nukleat. Berdasarkan mekanisme cara kerja obat , zat yang berguna pada tumor
kepala leher dibagi sebagai berikut :
1. Antimetabolit, Obat ini menghambat biosintesis purin atau pirimidin. Sebagai
contoh MTX, menghambat pembentukan folat tereduksi, yang dibutuhkan untuk
sintesis timidin.
2. Obat yang mengganggu struktur atau fungsi molekul DNA. Zat pengalkil seperti
CTX ( Cyclophosphamide) mengubah struktur DNA, dengan demikian menahan
replikasi sel. Di lain pihak, antibiotika seperti dactinomycin dan doxorubicin
mengikat dan menyelip diantara rangkaian nukleotid molekul DNA dan dengan
demikian menghambat produksi mRNA.
3. Inhibitor mitosis seperti alkaloid vinka contohnya vincristine dan vinblastine,
menahan pembelahan sel dengan mengganggu filamen mikro pada kumparan
mitosis.
Kemoterapi bekerja dengan merusak proses pembentukan sel kanker pada
berbagai fase, melalui kombinasi obat-obatan antikanker yang bertindak mengganggu
atau merusak siklus sel-sel kanker.
Menurut prioritas indikasinya terapi kanker dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi
utama dan terapi adjuvan (tambahan/ komplementer/ profilaksis). Terapi utama dapat
diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat mandiri, artinya terapi
adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah membantu terapi
utama agar hasilnya lebih sempurna.
Terapi adjuvan tidak dapat diberikan begitu saja tetapi memiliki indikasi yaitu bila
setelah mendapat terapi utamanya yang maksimal ternyata.
-
kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti secara
makroskopis.
pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya resiko
kekambuhan dan metastasis jauh).
Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau
dengan syringe pump.
Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas
dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.
Prosedur cara pemberian kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan
infus
e. Berikan anti mual jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran,
kitril secara intra vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat
serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket,
kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi
adanya tanda-tanda ekstravasasi.
F. Efek Samping Kemoterapi
Jika
anemia
parah,
faktor
pertumbuhan
spesifik,
seperti
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik
fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya
dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah
satu efek samping pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah
sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh
(m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor yang
perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan keadaan
biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan,
lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala
ECOG), status gizi, status hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan
lain sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada
poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat
harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ tersebut lebih
minimal. Efek Samping secara spesifik untuk masing-masing obat dapat dilihat pada
lampiran 2.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
(lampiran 2)
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
G. Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sbb.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cicilia., Manik, Marisa., Florensa, Maria. 2014. Faktor Risiko Dan Kejadian Ekstravasasi
Obat Kemoterapi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH.
2. Donadear, Anastasya., Prawesti, Ayu., Anna, Anastasia. 2012. Gambaran Pelaksanaan
Kemoterapi Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
3. From: www.itokindo.org (Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat), Sept 2011.
Kemoterapi
4. IGA Mirah K, Putu AndaTusta Adiputra. 2009. Komplikasi, Pencegahan Dan Penanganan
Ekstravasasi Agen Kemoterapi. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar.
5. Kentjono WA. 2002. Kemoterapi pada Tumor Ganas THT-Kepala Leher Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher,
SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/ RSUD dr. Soetomo, Surabaya,108- 21
6. Quinn FB, Ryan,WM. 2003. Chemotherapy for Head and Neck Cancer; Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology.
7. Robinson L. 2008. Alopecia and Cutaneous Complications. Dalam: Abeloff: Abeloff's
Clinical Oncology, 4th ed. Penyunting: Abeloff MD. Chapter 41.
8. Sukardja IGD. 2000. Onkologi Klinik , Edisi 2, Airlaga University Press: 243 55