You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEMOTERAPI

Laporan ini ajukkan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners mata ajar Keperawatan
Medikal Bedah 2 Ruang Kemoterapi RSUP Fatmawati.

Disusun Oleh:
Ikna Qonita

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan secara sistemik dalam pengobatan kanker
selain terapi hormonal dan terapi target (Robinson, 2008). Zat kimia atau obat-obatan
digunakan dalam pengobatannya (Hayati, 2009). Kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan

obat

sitostatika

untuk

membunuh

sel

kanker

dengan

cara

menghancurkannya sehingga sel kanker tidak dapat bereproduksi dan menyebar.


Sitostatika adalah kelompok obat (bersifat sitotoksik) yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker. Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau
merusakkan sel-sel propaganda. Obat ini termasuk obat-obat berbahaya (OB), yaitu obatobat yang genotoksik, karsinogenik, dan teratogenik, dan atau menyebabkan kerusakan
fertilisasi (Donadear, Prawesti, dan Anna, 2012).
Obat-obat anti kaker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active single
agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi
sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat
mungkin sensitif terhadap obat lainnya. Dosis obat sitostatika dapat dikurangi sehingga
efek samping menurun. Sitostatika bersifat karsinogenik dan perlu penanganan yang
khusus, karena efek dari sitostatika bila tidak diberikan secara tepat misalnya melalui
intra vena pada pembuluh darah yang tidak paten dapat menimbulkan ekstravasasi pada
lokasi injeksi.
B. Tujuan Kemoterapi
Pemberian kemoterapi bertujuan untuk mengurangi kemungkinan hidup dari sel
tumor, mempertahankan konsentrasi toksis kemoterapi untuk sel tumor yang mungkin
tumbuh, dan mengobati okul metastase tumor yang mungkin telah terdapat saat dilakukan
operasi. Kemoterapi bisa digunakan untuk mengatasi tumor secara lokal dan juga untuk
mengatasi sel tumor apabila ada metastasis jauh. Secara lokal dimana vaskularisasi
jaringan tumor yang masih baik, akan lebih sensitif menerima kemoterapi sebagai
antineoplastik agen. Dan karsinoma sel skuamosa biasanya sangat sensitif terhadap
kemoterapi ini.

C. Obat-Obat Sitostatika
Contoh
Senyawa Alkil
Cyclophosphamide

Bagaimana Obat Bekerja

Dari kimia berikatan dengan

Menekan sumsum tulang

Chlorambucil

DNA, menyebabkan

Luka sepanjang perut

Melphalan

perpecahan DNA dan

Menyebabkan rambut

kesalahan dalam replikasi

rontok

dari DNA

Efek Samping

Dapat mengurangi
kesuburan

Menekan sistem
kekebalan tubuh

Dapat menyebabkan
leukemia

Antimetabolit
Methotrexate Cytarabine

Menghalangi sintesa DNA

Fludarabine 6-

Sama seperti senyawa


alkil

Mercaptopurine 5-

Fluorouracil
Antimitotik
Vincristine Paclitaxel

Menghalangi pembelahan

Vinorelbine Docetal

sel kanker

Tidak meningkatkan
resiko leukemia

Abraxane

Sama seperti senyawa


alkylating

Dapat merusak saraf dan


tidak menyebabkan
anemia

Penghambat Topoisomerase
Doxorubicin
Mencegah sintesis DNA dan

Sama seperti senyawa

Irinotecan

alkylating

perbaikan melalui
penghalangan enzim yang

diamakan topoisomerases

Doxorubicin dapat
menyebabkan kerusakan
jantung

Derivatif Platinum
Cisplatin

Membentuk ikatan dengan

Sama seperti senyawa

Carboplatin

DNA, menyebabkan

Oxaliplatin

kehancuran

alkil

Juga dapat menyebabkan


kerusakan saraf, dan
ginjal, kerontokan
rambut

Terapi hormonal
Tamoxifen

Menghalangi aksi estrogen

Dapat menyebabkan

(pada kanker payudara)

kanker endometrial,
pembekuan darah, muka
merah

Penghambat Aromatase
Bicalutamid

Menghalangi aksi androgen

Dapat menyebabkan

(pada kanker prostate)

disfungsi ereksi

Anastrozole

Menghalangi pembentukan

(impotensi) dan diare


Menghalangi

Examestane

estrogen

Letrozole

pembentukan estrogen

Dapat menyebabkan
keropos tulang
(osteoporosis) dan gejala
menopause

Penghambat sinyal
Imatinib

Gefitinib
Erlotinib
Antibodi monoklonal
Rituximab

Menghalangi sinyal untuk

Dapat menyebabkan

pembelahan sel pada

fungsi hati abnormal dan

myelocytic leukemia kronis


Menghalangai pertumbuhan

retensi cairan
Dapat menyebabkan

epidermis faktor reseptor

rash dan diare

Menginduksi kematian sel

Dapat menyebabkan

dengan berikatan dengan

reaksi alergi

permukaan reseptor sel pada


Trastuzumab

Gemtuzumab

tumor turunan limfosit


Menghalangi reseptor factor

Dapat menyebabkan

pertumbuhan pada sel

gagal jantung

kanker payudara
Berisi antibodi khusus

Dapat menyebabkan

Ozogamicin

berikatan dengan reseptor

penekanan platelet yang

yang terdapat di sel

diperpanjang, dimana

leukemia kemudian

meningkatklan resiko

mengirimkan dosis racun

pendarahan

kemoterapinya
Modifikasi respon biologi
Interferon-alpha

Tidak ketahui

Dapat menyebabkan
demam, dingin, tekanan
pada sumsum tulang,
kekurangan tiroid,
hepatitis

Senyawa diferensiasi
Tretinoin

Arsenic trioxide

Menginduksi diferensiasi

Dapat menyebabkan

dan kematian sel leukemia

kesulitan bernafas yang

Menginduksi diferensiasi

parah
Menyebabkan irama

dan kematian sel leukemia

jantung abnormal dan

ruam
Senyawa yang menghalangi pembentukan saluran darah (senyawa antiangiogenik)
Bevicizumab
Menghalangi factor
Dapat menyebabkan
pertumbuhan vascular

tekanan darah tinggi,

endothelial (vascular

kehilangan protein di

endothelial growth factor

urin, perdarahan,

=VEGF)

penggunpalan darah,

Serafinib

Menghalangi factor

perforasi usus
Dapat menyebabkan

Sunitinib

pertumbuhan vascular

tekanan darah tinggi dan

endothelial (vascular

kehilangan protein di

endothelial growth factor

urin

=VEGF)
D. Mekanisme Cara Kerja Kemoterapi
Kebanyakan obat anti neoplasma yang secara klinis bermanfaat, agaknya bekerja
dengan menghambat sintesis enzim maupun bahan esensial untuk sintesis dan atau fungsi

asam nukleat. Berdasarkan mekanisme cara kerja obat , zat yang berguna pada tumor
kepala leher dibagi sebagai berikut :
1. Antimetabolit, Obat ini menghambat biosintesis purin atau pirimidin. Sebagai
contoh MTX, menghambat pembentukan folat tereduksi, yang dibutuhkan untuk
sintesis timidin.
2. Obat yang mengganggu struktur atau fungsi molekul DNA. Zat pengalkil seperti
CTX ( Cyclophosphamide) mengubah struktur DNA, dengan demikian menahan
replikasi sel. Di lain pihak, antibiotika seperti dactinomycin dan doxorubicin
mengikat dan menyelip diantara rangkaian nukleotid molekul DNA dan dengan
demikian menghambat produksi mRNA.
3. Inhibitor mitosis seperti alkaloid vinka contohnya vincristine dan vinblastine,
menahan pembelahan sel dengan mengganggu filamen mikro pada kumparan
mitosis.
Kemoterapi bekerja dengan merusak proses pembentukan sel kanker pada
berbagai fase, melalui kombinasi obat-obatan antikanker yang bertindak mengganggu
atau merusak siklus sel-sel kanker.

E. Cara Pemberian Kemoterapi


Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :
1. Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan
radiasi.
2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada
kasus karsinoma stadium lanjut.
3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau
radiasi
4. Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada
kasus kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan
limfoma).

Menurut prioritas indikasinya terapi kanker dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi
utama dan terapi adjuvan (tambahan/ komplementer/ profilaksis). Terapi utama dapat
diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat mandiri, artinya terapi
adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah membantu terapi
utama agar hasilnya lebih sempurna.
Terapi adjuvan tidak dapat diberikan begitu saja tetapi memiliki indikasi yaitu bila
setelah mendapat terapi utamanya yang maksimal ternyata.
-

kankernya masih ada, dimana biopsi masih positif

kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti secara
makroskopis.

pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya resiko
kekambuhan dan metastasis jauh).

Pemilihan vena dan tempat penusukan


Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan
oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan pemilihan
vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya
yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah : Basillic, cephalica
dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok
untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena
yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada
vena dan jarigan lunak.
Prosedur
1. Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas
badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap,
EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian
obat sebelumnya.
c. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
d. Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.

e. Siapkan obat sitostatika


f. Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
g. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
h. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
i. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
j. Alkohol 70 % dengan kapas steril
k. Bak spuit besar
l. Label obat
m. Plastik tempat pembuangan bekas
n. Kardex (catatan khusus)
Cara kerja
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan
memakai alat biosafety laminary airflow kemudian dikirim ke bangsal perawatan
dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis
obat, dosis obat dan jam pencampuran.
Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan
diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.
Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak
ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi
dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan tidak mengambil 2
kali
Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa
steril diujung jarum spuit.
Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume
cairan yang telah ditentukan
Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam
flabot atau botol infus.

Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau
dengan syringe pump.
Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas
dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.
Prosedur cara pemberian kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan
infus
e. Berikan anti mual jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran,
kitril secara intra vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat
serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket,
kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi
adanya tanda-tanda ekstravasasi.
F. Efek Samping Kemoterapi

Efek Samping Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan


selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang
menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering
kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat
(kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan
dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang
sangat panas atau sangat dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah,
bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah
dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara
abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet
(thrombocytopenia).

Jika

anemia

parah,

faktor

pertumbuhan

spesifik,

seperti

erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel


darah merah, atau n sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat,
platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.
Orang dengan neutropenia meningkatkan risiko terkena infeksi. Demam lebih
tinggi daripada 100.4 F pada penderita dengan neutropenia dianggap sebagai keadaan
darurat. Orang seperti itu harus dievaluasi untuk infeksi dan mungkin memerlukan
antibiotika dan malahan opname. Sel darah putih jarang ditransfusikan karena, waktu
ditransfusikan, mereka terus hidup hanya beberapa jam dan menghasilkan banyak akibat
sampingan. Malahan, bahan tertentu (seperti granulocyte koloni merangsang faktor) bisa
diberikan untuk merangsang produksi sel darah putih.
Efek Samping yang sering terjadi lainnya: Banyak penderita mengalami radang
atau malah luka selaput lendir, seperti pada garis mulut. Luka mulut nyeri dan bisa
membuat makan sulit. Berbagai larutan oral (biasanya berisi antasida, antihistamin, dan
anestetik lokal) bisa mengurangi ketidaknyamanan. Pada kesempatan langka, orang perlu
support nutrisi dengan memasang tabung pemberi makan yang ditempatkan secara
langsung ke dalam perut atau usus kecil atau dengan urat darah. Jenis obat bisa
mengurangi diare yang disebabkan oleh terapi radiasi ke perut.

Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik
fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya
dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah
satu efek samping pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah
sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh
(m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor yang
perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan keadaan
biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan,
lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala
ECOG), status gizi, status hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan
lain sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada
poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat
harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ tersebut lebih
minimal. Efek Samping secara spesifik untuk masing-masing obat dapat dilihat pada
lampiran 2.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
(lampiran 2)
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
G. Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sbb.

1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status


penampilan <= 2
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia
diatas 70 tahun.
H. Ekstravasasi
Ekstravasasi agen kemoterapi ke jaringan sekitarnya merupakan kecelakaan yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan progresif ireversibel dalam hitungan jam sampai
hari. Berdasarkan jenis potensial untuk kerusakan jaringan, obat/agent dibagi atas jenis
vesicant, iritan, dan nonvesicant. Kerusakan jaringan terkait dengan ekstravasasi terjadi
oleh berbagai mekanisme, terbagi atas obat yang terikat pada DNA dan yang tidak terikat.
Manifestasi klinis ekstravasasi berupa nyeri, edema, ertitema, dan indurasi yang
kemudian berkembang menjadi ulkus dan eschar hitam dan kerusakan jaringan yang
mendasarinya. Pencegahan terjadinya ekstravasasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pembuluh darah yang paten dan dengan aliran yang cepat dan tetap memperhatikan
keluhan yang disampaikan pasien. Penatalaksanaan ekstravasasi dapat dilakukan dengan
memberikan antidote serta pemberian kompres dingin atau hangat (tergantung jenis
vesicant). Pembedahan diperlukan bila keluhan menetap dan dilakukan dengan eksisi tepi
luas meliputi seluruh jaringan yang terlibat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cicilia., Manik, Marisa., Florensa, Maria. 2014. Faktor Risiko Dan Kejadian Ekstravasasi
Obat Kemoterapi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH.
2. Donadear, Anastasya., Prawesti, Ayu., Anna, Anastasia. 2012. Gambaran Pelaksanaan
Kemoterapi Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
3. From: www.itokindo.org (Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat), Sept 2011.
Kemoterapi
4. IGA Mirah K, Putu AndaTusta Adiputra. 2009. Komplikasi, Pencegahan Dan Penanganan
Ekstravasasi Agen Kemoterapi. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar.
5. Kentjono WA. 2002. Kemoterapi pada Tumor Ganas THT-Kepala Leher Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher,
SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/ RSUD dr. Soetomo, Surabaya,108- 21
6. Quinn FB, Ryan,WM. 2003. Chemotherapy for Head and Neck Cancer; Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology.
7. Robinson L. 2008. Alopecia and Cutaneous Complications. Dalam: Abeloff: Abeloff's
Clinical Oncology, 4th ed. Penyunting: Abeloff MD. Chapter 41.
8. Sukardja IGD. 2000. Onkologi Klinik , Edisi 2, Airlaga University Press: 243 55

You might also like