Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka da oang
yang berbicara.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata,
artinya
klien
menginterpretasikan
sesuatu
yang
nyata
tanpa
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi
konsisten
dengan pengalaman
Perilaku cocok
Hubungan
sosial
harmonis
Maladaptif
Kadang-kadang
biasa
Menarik diri
Waham
Halusinasi
Kerusakan
emosi
Perilaku
terorganisasi
Isolasi sosial
proses
tidak
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensai datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
4. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan bau busuk, amis, dan bau yang menjijikkkan
seperti: darah, urin atau feses. Kadang-kadang tercium bau harum.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6. Halusinasi kinestetik
Karakterstik dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
1.
2.
3.
4.
yang rapi.
5. Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keptusan, ketakutan, mudah
tersinggung, jengkel, mudah marah, ekepresi wajah tenang, pembicaraan kacau
serta banyak keringat.
D. Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
E. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 faase, yaitu :
1. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap
ini masuk kedalam golongan non-psikotik.
a. Karakteristik : Mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun
dan memiliki hal-hal yang menyenangkan.
b. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan, termasuk kedalam psikotik ringan
a. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan
ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap
dapat mengontrolnya.
b. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan
Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer,
dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.
No.
1.
Masalah
Data subjektif
keperawatan
Perubahan sensori
persepsi: halusinasi
- Mendengar suara atau
a. Halusinasi
kegaduhan
pendengaran
- Mendengar suara yang
mengajak
bercakapcakap
- Mendengar suara yang
menyuruh suatu yang
berbahaya
b. Halusinasi
penglihatan
c. Halusinasi
penghidu
d. Halusinasi
pengecap
e. Halusinasi
perabaan
Data objektif
Bicara
atau
ketawa sendiri
Marah-marah
tanpa sebab
Mengarahkan
telinga
kearah
tertentu
Menutup telinga
Menunjuk-nunjuk
kearah tertentu
Ketakutan pada
sesuatu yang tidak
jelas
- Membahui
bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses kadang-kadang
bau itu menyenangkan
- Merasakan rasa seperti
darah, urin, atau feses
- Menyatakan
ada
serangga dipermukaan kulit
- Merasa tersengat listrik
Menghidu seperti
sedang membaui
bau-bauan
tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
permukaan kulit
3. Pohon masalah
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada
tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling
berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005).
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah
utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh
klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan
utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu
masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari
beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi
sensori: halusinasi.
Resiko perilaku kekerasan
Perubahan persepsi
sensori: Halusinansi
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan Konsep diri:
harga diiri rendah
4. Diagnosa keperawatan
Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa
keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik
aktual maupun potensial.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama
perubahan persepsi sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi social.
d. Harga diri rendah kronis.
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah .....x pertemuan, klien SP 1:
dapat menyebutkan:
Mengenali
halusinasi
yang
dialaminya
Mengontrol
halusinasinya
Mengikuti
program
pengobatan
-Bantu
klien
mengenal
frekuensi,
pencetus, peraaan.
Mampu memperagakan cara
situasi
pencetus,
dalam
mengontrol
halusinasi.
tindakannya
meliputi:
-Jelaskan cara menghardik
halusinasi
-Peragakan
menghardik
-Minta
cara
klien
memperagakan ulang
-Pantau penerapan cara
ini,
beri penguatan
perilaku klien
-Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
Setelah ......x pertemuan, klien SP 2
mampu:
sudah dilakukan
Memperagakan
lalu (SP 1)
-Latih berbicara/bercakap
caar
bercakap-cakap
dengan
halusinasi muncul
-Masukkan dalam jadwal
orang lain.
kegiatan klien.
Setelah .....x pertemuan, klien SP 3
mampu:
sudah dilakukan
Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
dan
mampu
memperagakannya.
tidak
muncul
Tahapannya:
-Jelaskan
pentingnya
mengatasi
halusinasi
-Diskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh
klien
-Latih klien melakukan
aktifitas
-Susun jadwal
sehari-hari
aktifitas
sesuai
dilatih
(dari
telah dilakukan
Menyebutkan manfaat dari
program pengobatan
pengobatan
-Jelaskan
pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
-Jelaskan akibat bila tidak
digunakan
sesuai
program
-Jelaskan bila putus obat
-Jelaskan
cara
mendapatkan
obat/beorobat
-Jelaskan pengobatan (5
B)
-Latih klien minum obat
-Masukkan dalam jadwal
Keluarga mampu:
Merawat
di
rumah
menjadi
pendukung yang
efektif
klien.
harian klien
Setelah ....x pertemuan keluarga SP 1
untuk
masalah
keluarga
dalam
merawat klein
-Jelaskan
tentang
halusinasi
Pengetian
halusinasi
Jelnis halusinasi
halusinasi
Cara
merawat
klien
halusinasi
(cara
berkomunikasi,
pemberian
dan
pemberian
aktifitas
obat,
kepada
klien)
Sumber-sumber
pelayanan
kesehatan
yang
bisa dijangkau
Bermain
peran
cara merawat
Rencana
tindak
lanjut
keluarga,
jadwal
keluarga
untuk
merawat
klien
Setelah ...x pertemuan keluarga SP 2
mampu:
-Evaluasi
Menyelesaikan
kegiatan
cara
merawat klien
kemmapuan
keluarga ( SP 1)
-Latih keluarga merawat
klien
-RTL/jadwal
keluarga
-Evaluasi
sudah dilakukan
Mmemperagakan
cara
kemampuan
klien
-RTL keluarga
jadwal
keluarga
untuk
mmebuat RTL
merawat klien.
Setelah ....x pertemuan keluarga SP 4
mampu:
- Menyebutkan
-Evaluasi
kegiatan
yang
sudah dilakukan
- Melaksanakan
follow
up
rujukan
kemampuan
keluarga
-Evaluasi
kemampuan
klien
-RTL keluarga:
Follow up
Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.
Doenges, Mrylin E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Jallo,
Harnawati
Andi.
(2008).
Askep Halusinasi.
Diperoleh
melalui
link
Perry dan Potter. (2003). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Stuart and Sundeens. (2004). Mental Health Nursing Principle and Practice. Eidenburgh: Mosby.
Stuart, Gail Wiscarz, Sandra J Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :
EGC.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC.
Syahbana, A. R. (2009). Laporan Pendahuluan Halusinasi. Dalam Asuhan Keperawatan Rizki.
Diperoleh
melalui
situs
pencarian
dengan
link
http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/02/laporan-pendahuluan-halusinasi.html pada
tanggal 22 juli 2010 10.56.
Utomo, Bero, dkk. (2009). Buku Pedoman Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Cetakan I. Samarinda
: Komite Keperawatan Rumah Sakit Khusus Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda.
Yosep, Iyus. (2009). Keperwatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.