You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka da oang
yang berbicara.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata,

artinya

klien

menginterpretasikan

sesuatu

yang

nyata

tanpa

stimulus/rangsangan dari luar (Direja, 2011).


B. Rentang respon
Adaptif

Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi
konsisten

dengan pengalaman
Perilaku cocok
Hubungan
sosial
harmonis

Maladaptif

Kadang-kadang

proses pikir terganggu


Ilusi
Emosi berlebihan
Perilaku yang tidak

biasa
Menarik diri

Waham
Halusinasi
Kerusakan

emosi
Perilaku

terorganisasi
Isolasi sosial

proses
tidak

C. Jenis dan Tanda-Tanda halusinasi


Jenis-jenis halusinasi:
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orng
yang sedang membicarakan apa yangs edang dipikirkannya dan memerintahkan
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan stimulus englihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambaran kartun/fenomena yang luas/kompleks. Penglihatan
bisa menyenangkan atau menankutkan.
3. Halusinasi peraba

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensai datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
4. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan bau busuk, amis, dan bau yang menjijikkkan
seperti: darah, urin atau feses. Kadang-kadang tercium bau harum.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6. Halusinasi kinestetik
Karakterstik dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui

1.
2.
3.
4.

vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.


Menurut Towsend & Marry (1995) tanda dan gejala halusianasi adalah:
Berbicara, senyum dan tertawa sendiri.
Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup dan mengecap.
Merusak diri sendri, oang lain dan lingkungan.
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata serta tidak
mampu melakukan askep mandiri seperti mandi, sakit gigi, berpakaian dan berhias

yang rapi.
5. Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keptusan, ketakutan, mudah
tersinggung, jengkel, mudah marah, ekepresi wajah tenang, pembicaraan kacau
serta banyak keringat.
D. Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien

dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
E. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 faase, yaitu :
1. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap
ini masuk kedalam golongan non-psikotik.
a. Karakteristik : Mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun
dan memiliki hal-hal yang menyenangkan.
b. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan, termasuk kedalam psikotik ringan
a. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan
ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap
dapat mengontrolnya.
b. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan

halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas. Perhatian terhadap


lingkungan menurun dan konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun
menurun.
3. Fase tiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik
a. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
b. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor,
dan tidak mampu mematuhi perintah
4. Fase empat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya
termasuk kedalam psikotik berat.
a. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
b. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agistasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespon
terhadap pernitah komplek dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Genetika
2) Neurobiologi
3) Neurotransmitter
4) Abnormal perkembangan saraf
5) Psikologis
b. Faktor presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3) Adanya gejala pemicu
c. Mekanisme koping
1) Regresi
2) Proyeksi
3) Menarik diri
d. Perilaku halusinasi
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuensi
4) Situasi pencetus
5) Respon klien saat halusinansi
2. Analisa data

Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer,
dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.
No.
1.

Masalah
Data subjektif
keperawatan
Perubahan sensori
persepsi: halusinasi
- Mendengar suara atau
a. Halusinasi
kegaduhan
pendengaran
- Mendengar suara yang
mengajak
bercakapcakap
- Mendengar suara yang
menyuruh suatu yang
berbahaya

b. Halusinasi
penglihatan

c. Halusinasi
penghidu

d. Halusinasi
pengecap
e. Halusinasi
perabaan

Data objektif

Bicara
atau
ketawa sendiri
Marah-marah
tanpa sebab
Mengarahkan
telinga
kearah
tertentu
Menutup telinga

- Melihat bayangan, sinar bentuk


geometris,
bentuk kartun, melihat hantu atau monster

Menunjuk-nunjuk
kearah tertentu
Ketakutan pada
sesuatu yang tidak
jelas

- Membahui
bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses kadang-kadang
bau itu menyenangkan
- Merasakan rasa seperti
darah, urin, atau feses
- Menyatakan
ada
serangga dipermukaan kulit
- Merasa tersengat listrik

Menghidu seperti
sedang membaui
bau-bauan
tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
permukaan kulit

3. Pohon masalah
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada

tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling
berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005).
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah
utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh
klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan
utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu
masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari
beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi
sensori: halusinasi.
Resiko perilaku kekerasan
Perubahan persepsi
sensori: Halusinansi
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan Konsep diri:
harga diiri rendah

4. Diagnosa keperawatan
Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa
keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik
aktual maupun potensial.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama
perubahan persepsi sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi social.
d. Harga diri rendah kronis.

5. Rencana Tindakan Keperawatan


Intervensi keperawatan atau perencanaan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat.
Tujuan
Klien mampu:

Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah .....x pertemuan, klien SP 1:

dapat menyebutkan:

Mengenali
halusinasi
yang
dialaminya
Mengontrol
halusinasinya
Mengikuti
program
pengobatan

-Bantu

klien

mengenal

Isi, waktu, frekuensi, situasi

halusinasi (isi, waktu


terjadinya,

frekuensi,

pencetus, peraaan.
Mampu memperagakan cara

situasi

pencetus,

dalam

mengontrol

halusinasi.

perasaan saat terjadi


halusinasi).
-Latih
mengontrol
halusianasi.
Tahapan

tindakannya

meliputi:
-Jelaskan cara menghardik
halusinasi
-Peragakan
menghardik
-Minta

cara
klien

memperagakan ulang
-Pantau penerapan cara
ini,

beri penguatan

perilaku klien
-Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
Setelah ......x pertemuan, klien SP 2
mampu:

-Evaluasi kegiatan yang

Menyebutkan kegiatan yang

sudah dilakukan
Memperagakan

lalu (SP 1)
-Latih berbicara/bercakap

caar

dengan orang lain saat

bercakap-cakap

dengan

halusinasi muncul
-Masukkan dalam jadwal

orang lain.

kegiatan klien.
Setelah .....x pertemuan, klien SP 3
mampu:

-Evaluasi kegiatan yang

Menyebutkan kegiatan yang

sudah dilakukan
Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari

dan

mampu

memperagakannya.

lalu (SP 1 dan SP 2)


-Latih
kegiatan
agar
halusinasi

tidak

muncul
Tahapannya:
-Jelaskan

pentingnya

aktifitas yang teratur


untuk

mengatasi

halusinasi
-Diskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh
klien
-Latih klien melakukan
aktifitas
-Susun jadwal
sehari-hari

aktifitas
sesuai

dnegan aktofotas yang


telah

dilatih

(dari

bangun pagi sampai


tidur malam)
Pantau
pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan pada perilaku
yang positif.
Setelah ....x pertemuan, klien SP 4
mampu:

-Evaluasi kegiatan yang

Menyebutkan kegiatan yang

telah dilakukan
Menyebutkan manfaat dari

lalu ( SP 1,2 dan 3)


-Tanayakan
program

program pengobatan

pengobatan
-Jelaskan
pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
-Jelaskan akibat bila tidak
digunakan

sesuai

program
-Jelaskan bila putus obat
-Jelaskan
cara

mendapatkan
obat/beorobat
-Jelaskan pengobatan (5
B)
-Latih klien minum obat
-Masukkan dalam jadwal
Keluarga mampu:
Merawat
di

rumah

menjadi

pasien mampu menjelaskan tentang -Identifikasi


dan halusinasi.
sistem

pendukung yang
efektif
klien.

harian klien
Setelah ....x pertemuan keluarga SP 1

untuk

masalah

keluarga

dalam

merawat klein
-Jelaskan
tentang
halusinasi
Pengetian

halusinasi
Jelnis halusinasi

yang dialami klien


Tanda dan gejala

halusinasi
Cara
merawat
klien

halusinasi

(cara
berkomunikasi,
pemberian
dan

pemberian

aktifitas

obat,
kepada

klien)
Sumber-sumber
pelayanan
kesehatan

yang

bisa dijangkau
Bermain
peran

cara merawat
Rencana
tindak
lanjut

keluarga,

jadwal

keluarga

untuk

merawat

klien
Setelah ...x pertemuan keluarga SP 2
mampu:

-Evaluasi

Menyelesaikan

kegiatan

yang sudah dilakukan


Memperagakan

cara

merawat klien

kemmapuan

keluarga ( SP 1)
-Latih keluarga merawat
klien
-RTL/jadwal

keluarga

untuk merawat klien


Setelah ....x pertemuan keluarga SP 3
mampu:

-Evaluasi

Menyebutkan kegiatan yang

sudah dilakukan
Mmemperagakan

keluarga (SP 1 dan 2)


-Latih keluarga merawat

cara

merawat klien serta mampu

kemampuan

klien
-RTL keluarga

jadwal

keluarga

untuk

mmebuat RTL

merawat klien.
Setelah ....x pertemuan keluarga SP 4
mampu:
- Menyebutkan

-Evaluasi
kegiatan

yang

sudah dilakukan
- Melaksanakan
follow

up

rujukan

kemampuan

keluarga
-Evaluasi
kemampuan
klien
-RTL keluarga:
Follow up
Rujukan

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.
Doenges, Mrylin E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Jallo,

Harnawati

Andi.

(2008).

Askep Halusinasi.

Diperoleh

melalui

link

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/ pada tanggal 22 juli 2010


10.58.
Keliat, Anna Budi. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Maramis, W. F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Perry dan Potter. (2003). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Stuart and Sundeens. (2004). Mental Health Nursing Principle and Practice. Eidenburgh: Mosby.
Stuart, Gail Wiscarz, Sandra J Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :
EGC.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC.
Syahbana, A. R. (2009). Laporan Pendahuluan Halusinasi. Dalam Asuhan Keperawatan Rizki.
Diperoleh

melalui

situs

pencarian

dengan

link

http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/02/laporan-pendahuluan-halusinasi.html pada
tanggal 22 juli 2010 10.56.
Utomo, Bero, dkk. (2009). Buku Pedoman Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Cetakan I. Samarinda
: Komite Keperawatan Rumah Sakit Khusus Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda.
Yosep, Iyus. (2009). Keperwatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

You might also like