You are on page 1of 15

A.

Definisi Anggaran Berbasis Kinerja


Secara teoritis ABK dapat diartikan sebagai metode penganggaran bagi
manajamen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
dengan manfaat yang dihasilkan.
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran
yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan
anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus
dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada
kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak
diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien
atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan
anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau
surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya,
muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran
yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan.
Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran
dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita
menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada
"apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan"
kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini
menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana
juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini
adalah performance atau

prestasi

dari

tujuan

atau

hasil

anggaran

dengan

menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran


yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat
adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem
penganggaran seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

B. Unsur-Unsur Anggaran Berbasis Kinerja


Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008 : 14-19) unsurunsur anggaran berbasis kinerja yaitu :
1 Penganggaran Berbasis Kinerja

1. Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses yang obyektif dan terstruktur dalam
mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan
seberapa efektif dan efisien pelayanan/kinerja yang dilaksanakan oleh pemerintah
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Penghargaan dan Hukuman
Pelaksanaan penganggaran berdasarkan kinerja sulit dicapai dengan optimal tanpa
ditunjang dengan faktor-faktor yang dapat menunjang pelaksanaan penganggaran
berbasis kinerja yaitu berupa ganjaran dan hukuman (Reward and Punishment)
bagi para pelaksana penganggaran.
3. Kontrak Kinerja
Jika penganggaran berdasarkan kinerja telah dapat berkembang dengan baik,
kontrak atas kinerja dapat mulai diterapkan. Atas nama pemerintah, Departemen
Keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu kinerja dengan
kementerian negara/lembaga teknis lainnya, begitu juga antara menteri dengan
unit organisasi di bawahnya.
4. Kontrol Eksternal dan Internal
Pengguna anggaran harus mendapat persetujuan sebelum menggunakan anggaran
mereka. Kontrol diarahkan pada kontrol input suatu kegiatan, serta apa dan
bagaimana pencapaian output.
5. Pertanggungjawaban Manajemen
Bila sistem penganggaran yang lama menekankan pada kontrol terhadap input,
maka di dalam sistem penganggaran berbasis kinerja difokuskan pada output.
Dalam sistem ini manajer pengguna anggaran memperoleh kewenangan penuh
dalam merencanakan dan mengelola anggaran mereka.
Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja ,lima komponen pokok yang harus
bekerja dengan baik yaitu :
1. Satuan Kinerja : sebagai penanggung jawab pelaksana kegiatan untuk mencapai
output yang diharapkan dari kegiatan atau subkegiatan.
2.

Kegiatan : serangkaian tindakan yang akan dilaksanakan satuan kerja sesuai


dengan tugas pokok dan fungsinya untuk menghasilkan output yang ditentukan

2 Penganggaran Berbasis Kinerja

3. Output/keluaran : merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan satuan kerja.


4. Standar biaya : perhitungan biaya input dan biaya output didasarkan pada standar
biaya yang telah ditetapkan, baik yang bersifat umum maupun khusus.
5. Jenis belanja : setiap rencana belanja harus dibebankan pada jenis belanja sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
C. Karakteristik anggaran berbasis kinerja, yaitu
1. Berorientasi pada aktifitas, bukan pada unit kerja sehingga menuntut koordinasi
yang baik antar unit atau satuan kerja yang ada
2. Perhatian lebih terfokus pada hasil (outcome)
3. Memberikan focus perhatian lebih pada kerja atau aktifitas dan bukan pada
pekerja atau serta item barang atau jasa yang dibeli
4. Memiliki alat ukur (indicator) kinerja sehingga memudahkan dalam proses
evaluasinya
5. Lebih sesuai diterapkan untuk memenuhi tuntutan efisiensi, efektifitas, dan
akuntabilitas
D. Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja
Anggaran berbasis kinerja memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Secara umum ABK ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:
a. Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.
b. Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).
c. Pelaporan program (Program Reporting).
2. Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada
pengawasan.
3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan output.
4. Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat
digunakan untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.
5. Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggaran
E. Prinsip prinsip utama anggaran berbasis kinerja
Dalam menyusun Anggaran Berbasis Kinerja perlu diperhatikan prinsip
prinsip penganggaran, aktivitas utama dalam penyusunan ABK, peranan legislatif,
siklus perencanaan anggaran daerah.
Prinsip prinsip utama dan sifat sifat yang dikandung dalam teknik Anggaran Kinerja
(Mardiasmo, 2002) meliputi :
1. Menekanan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja ouput yang
diukur dengan beberapa indikator.
Tiga elemen value for money adalah :

3 Penganggaran Berbasis Kinerja

Ekonomis, yaitu pemerolehan input dengan kuantitas dan kualitas tertentu


pada harga terendah atau dalam praktik berarti meminimalkan penggunaan

sumberdaya dalam melaksanakan suatu kegiatan


Efisien, yaitu pemanfaatan input minimal untuk mencapai hasil yang

maksimal atau dalam praktik berarti melaksanakan sesuatu dengan benar


Efektif, yaitu mencapai tujuan dan sasaran dengan target yang telah ditetapkan

secara maksimal atau dalam praktik berarti melakukan hal yang benar
2. Mengutamaan mekanisme penetuan dan pembuatan prioritas tujuan serta
pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan.
3. Menerapan prinsip tata pemerintahan yang baik.
4. Menerapan transparansi akuntabilitas dan terbukanya ruang bagi partisipasi publik
untuk memastikan bahwa berbagai fungsi fungsi tanggung jawab pengelolaan
keuangan daerah.
5. Kegiatan diajukan oleh unit teknis atau unit terbawah unit kerja yang mengetahui
dengan jelas apa yang harus dilakukan serta apa target dan indikator kinerja.
6. Pendelegasian wewenang secara berjenjang dalam pengelolaan anggaran dan
pelaksanaan kegiatan.
F. Alasan Penerapan Analisis Berbasis Kinerja
Dahulunya Indonesia menggunakan beberapa pendekatan untuk menyusun
anggaran antara lain, menggunakan pendekatan tradisional. Pendekatan ini
menggunakan anggaran sebagai sarana untuk kepatuhan keuangan (financial
compliance) dan sistem anggaran kas. Dalam anggaran ini, pengeluaran
diklasifikasikan berdasarkan organisasi dan objek pengeluarannya (line item).
Anggaran line

item terkait

dengan

perencanaan

anggaran

yang

berorientasi

pada input dengan aturan apropriasi yang kaku. Dikarenakan menemui kelemahan
seperti penganggaran yang terlalu sentralis, besarnya pengeluaran yang tidak efektif
mengakibatkan Indonesia harus berganti kepada pendekatan yang lain. Adapun
pendekatan yang lain seperti PPBS (Planning Programing Budgeting System), Zero
Based Budgeting yang juga memiliki kelemahan dalam penerapannya.
Sampai akhirnya Anggaran Berbasis Kinerja ini diterapkan di Indonesia.
Anggaran ini karena pada dasarnya adalah dengan memperjelas tujuan dan indikator
kinerja sehingga akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam
pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang
kebijakan dalam Rancangan Pengeluaran Jangka Menengah (RPJM). Dengan adanya
4 Penganggaran Berbasis Kinerja

indikator kinerja, evaluasi jadi mudah untuk dilakukan, sehingga akuntabilitas


anggaran juga dapat terpenuhi. Indikator yang dimaksud diatas adalah input, output,
outcome, benefit dan dampak. Rancangan Kerja dan Anggaran (RKA) pada
pendekatan ini juga didasarkan pada prestasi hasil kinerja yang bermaksud
memperoleh manfaat sebesar-besarnya dengan penggunaan sumber daya yang
terbatas. Penerapan ini juga diharapkan akan meningkatkan akuntabilitas anggaran
pemerintah dengan lebih jelasnya indikator-indikator kinerja yang berlaku.
Selanjutnya, penerapan Good Goverment Governance juga menjadi alasan
pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja perlu diterapkan.
G. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis
1
2
3

Kinerja antara lain adalah sebagai berikut :


Undang Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang Undang No 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang Undang No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara


Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja dan Anggaran

5
6
7

Kementrian Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah
KEPMENDAGRI 29/2002
KEPMENDAGRI 13/2006

H. Tujuan dan Manfaat Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja


Menurut March & Jim,2005, Tujuan disusunnya Anggaran Berbasis Kinerja adalah
untuk meningkatkan efisiensi alokasi dan produktivitas dari belanja.
Sedangkan menurut Van Landingham, Wellman, Andrews,2005 sebagai berikut:
Meningkatkan akuntabilitas agensi dengan memfasilitasi misi dan pendefinisian
tujuan, evaluasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan penganggaran.
Meningkatkan fleksibilitas anggaran agensi dengan memfokuskan proses
apropriasi legislatif pada keluaran, bukan input.
Menyempurnakan koordinasi, menghilangkan duplikasi program, dan menyajikan
informasi yang tepat untuk pengambil keputusan.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemerintah, dengan asumsi
jika masyarakat lebih tertarik pada hasil dibanding proses.
Mengembangkan insentif agensi menjadi lebih efisien dan efektif.

5 Penganggaran Berbasis Kinerja

Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja


Bagi Masyarakat
Sebagai pernyataan pembangunan yang dinyatakan pemerintah daerah untuk
menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat guna mencapai
kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan masyarakat tak terbatas sedangkan
sumberdaya yang tersedia terbatas.
Bagi Kepala Daerah selaku Manajemen
Sebagai alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap aktivitas
dalam pemerintah daerah agar senantiasa mengacu kepada rencana yang dibuat.
Bagi Aparatur dan Satuan Kerja
Sebagai sarana untuk mendorong setiap satuan kerja untuk lebih selektif dalam
merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas daerah, tugas pokok dan fungsi,
tujuan

serta

sasaran,

serta

terjaminnya

sinkronisasi

aktivitas

dan

terhindarnyatumpang tindih aktivitas.

Bagi Stakeholder yang diwakili oleh DPRD


Sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan misi pemda dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan, serta menerangkan kinerja yang telah dilaksanakan.
I. Pengguna Analisis Berbasis Kinerja
Adapun pihak ataupun pengguna dari Analisis Berbasis Kinerja ini adalah
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) atau pemerintah, tentu saja pemerintahan
disini yang bersifat desentralisasi, selain itu ada pihak stakeholders (pemangku
kepentingan yang lain).
J. Pihak Terkait Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan buku Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Asian
Development Bank (ADB) pada awal tahun 2006, dalam merencanakan dan
mengelola keuangan daerah diperlukan pemahaman awal tentang Karakteristik
Anggaran pemerintah daerah yang mencakup antara lain: siapa-siapa saja pelaku
kunci (key person) yang terlibat; siklus dan kalender anggaran; dan rincian proses
anggaran yang merupakan siklus selama 30 (tigapuluh) bulan atau dua setengah
6 Penganggaran Berbasis Kinerja

tahun. Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintahan kabupaten kota adalah:
a Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD,
b

Bappeda dan BPKD)


Sekretaris Daerah (Sekda) Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran

daerah
Tim Anggaran Eksekutif Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh

Sekretaris Daerah
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah

e
f
g
h
i
j
k

(SKPD)
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
Panitia Anggaran Legislatif Panitia Anggaran Legislatif
Komisi-Komisi DPRD Komisi-komisi di lingkungan DPRD
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)

K. Indikator Pengukuran Kinerja


Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan.
Indikator Kinerja tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada penghitungan
biaya keluaran (efisiensi ) . Indikator Kinerja bisa diukur melalui:
(a) Masukan
Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti dana, SDM, peralatan,
material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Dengan meninjau distribusi sumberdaya, dapat dianalisis apakah alokasi
sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang
ditetapkan sebelumnya.
(b) Efisiensi Keluaran;
Dengan indikator outcome instansi dapat mengetahui apakah hasil yang telah
diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat.
(c) Efektivitas Hasil
Indikator hasil menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran
dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu, lokasi, dana dll)
(d) Kualitas
Indikator ini menitikberatkan pada kualitas atau harga pada sebuah
output/outcome yang dihasilkan, apakah benar-benar memenuhi standar.
7 Penganggaran Berbasis Kinerja

(e) Kepuasan Pelanggan.


Indikator ini menunjukkan langsung mengenai apa yang dirasakan oleh konsumen
terkait kinerja / pelayanan yang dilaksanakan pemerintah/manajemen.
(f) Manfaat (benefit) yaitu tolak ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang
dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat dan pemerintah.
(g) Dampak (impact) yaitu tolak ukur berdasarkan dampaknya terhadap kondisi
makro yang ingin dicapai dari manfaat.

L. Kinerja Anggaran Berbasis Kinerja


Pengertian Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. (Bastian, 2006:274). Pada dasarnya suatu kegiatan juga harus diukur
dengan visi ataupun misi yang diusung dari organisasi yang membawahinya.
Sedangkan Performance Based Budgeting (Penganggaran Berbasis Kinerja) adalah
sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat
erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi. Ciri utama Performance Based
Budgeting adalah anggaran yang disusun dengan memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan (input) dan hasil yang diharapkan (outcomes), sehingga dapat memberikan
informasi tentang efektivitas dan efisiensi kegiatan. (Haryanto, Sahmuddin,
Arifuddin: 2007).
M. Proses Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Siklus anggaran adalah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran disusun
sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Siklus
anggaran berbeda dengan tahun anggaran. Tahun anggaran adalah masa satu tahun
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran atau waktu di mana anggaran
tersebut dipertanggungjawabkan. Siklus anggaran bisa mencakup tahun anggaran atau
melebihi tahun anggaran karena pada dasarnya, berakhirnya suatu siklus anggaran
diakhiri dengan perhitungan anggaran yang disahkan oleh undang-undang. Siklus
anggaran terdiri dari beberapa tahap (fase) yaitu :
1

Tahap penyusunan anggaran

Tahap pengesahan anggaran

8 Penganggaran Berbasis Kinerja

Tahap pelaksanaan anggaran

Tahap pegawasan peaksanaan anggaran

Tahap pengesahan perhitungan anggaran


Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus disusun

perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara obyektif dan


melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. Agar
sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat
menentukan yaitu standar harga, tolok ukur kinerja dan Standar Pelayanan Minimal
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Pengukuran kinerja
(tolok ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan
dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu aspek yang
diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa
ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikatorindikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana, sumber
daya manusia dan metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat
dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam
menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa
Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban
kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
N. Siklus Perencanaan Anggaran Daerah
Siklus perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup
penyusunan kebijakan umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD
terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan UU
No 17 Tahun 2003 serta UU No 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut sebagai
berikut :
1

Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran


berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD paling lambat pada
pertengahan bulan juni tahun berjalan.
Proses penyusunan RKPD dilakukan dengan melaksanakan musyawarah
perencanaan pembangunan (Musrenbang) diikuti oleh pemerintahan dan
masyarakat antara lain Asosiasi Profesi, perguruan tinggi, LSM, pemuka
adat dan agama dan kalangan dunia usaha.

9 Penganggaran Berbasis Kinerja

5
6
7

DPRD kemudian membahas Kebijakan Umum APBD yang disampaikan


oleh Pemda dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya.
Berdasarkan kebijakan umum APBD, Pemda bersama DPRD membahas
prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap
SKPD.
Kepala SKPD menyusun RKASKPD tahun berikutnya dengan mengacu
pada PPAS yang telah ditetapkan.
RKASKPD tersebut disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
Hasil pembahasan RKA SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola
keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan Perda tentang
APBD tahun berikutnya.
Pemda mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dengan
penjelasan dan dokumen dokumen pendukungnya kepada DPRD pada
minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan Perda tentang
APBD dilakukan selambat lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.
Tahapan Penganggaran diatas dapat diringkas dengan Bagan dibawah :
Skema
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Kebijakan Umum APBD
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)


Rencangan Perda APBD
Perda APBD

O. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Prioritas adalah suatu upaya mengutamakan sesuatu dari yang lain. Prioritas
merupakan proses dinamis dalam pembuatan keputusan yang saat ini dinilai paling
penting dengan dukungan untuk melaksanakan keputusan tersebut. Penetapan
prioritas tidak hanya mencakup keputusan apa yang penting untuk dilakukan, tetapi
juga menentukan skala atau peringkat wewenang/ urusan/ fungsi atau program dalam
fungsi fungsi yang harus dilakukan lebih dulu dibandingkan program atau kegiatan
lain.
10 Penganggaran Berbasis Kinerja

Tujuan Prioritas
Tujuan prioritas adalah terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan
masyarakat yang dianggap paling penting dan paling luas jangkauannya, agar
alokasi sumber sumber dapat dilakukan secara ekonomis efisien dan efektif,
mengurangi tingkat resiko dan ketidak pastian, tersusunnya program atau
kegiatan yang lebih realistis.
Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) adalah jumlah rupiah batas
tertinggi yang dapat dianggarkan oleh tiap tiap SKPD. Berdasarkan KUA
(Kebijakan Umum APBD) yang telah disepakati Pemda menyusun rancangan
PPAS. Rancangan PPAS disusun dengan terlebih dahulu menentukan skala
prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan.
Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun
kepada DPRD untuk dibahas ( paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
anggaran berjalan). Pembahasan PPAS dilakukan oleh TAPD (Tim Anggaran
Pemerintah Daerah) bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang
telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi PPA (paling lambat akhir bulan
Juli tahun anggaran berjalan).
Substansi dan lingkup PPAS yang telah disepakati setidaknya
memberikan informasi tentang hal berikut :
a

Pendahuluan, memuat uraian kondisi kinerja yang telah dicapai tahun


sebelumnya dan rencana prestasi kerja yang akan dicapai ditahun

berkenaan dan yang akan datang beserta permasalahannya.


Gambaran ringkas target pencapaian kinerja setiap urusan berdasarkan

proyeksi anggaran.
Asumsi fiskal kemampuan daerah, kebijakan yang ditempuh dalam

d
e

rangka pencapaian target kinerja.


Prioritas dan Plafon Anggaran berdasarkan pagu indikatif.
Kesimpulan tentang hal hal yang disepakati.

P. Contoh Pelaporan Anggaran Berbasis Kinerja

11 Penganggaran Berbasis Kinerja

Dalam hal penyempurnaan manajemen keuangan adalah adanya transfer


kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar untuk kementrian negara/lembaga
negara dalam mengelola program kegiatan yang ada. Penganggaran yang berorientasi
pada hasil mengaharuskan kementrian/lembaga menata kembali kejelasan dari tujuan,
peran dan arah organisasinya. Perancanaan yang seperti ini memerlukan Rencana
Strategik (Renstra) yang merupakan dokumen dengan jangka waktu 5 tahun memuat
visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai disertai susunan strategi dan Rencana
Kinerja Tahunan (Renja) yang merupakan target kinerja yang hendak dicapai 1 tahun
mendatang sebagai bagian dari pencapaian tujuan dan sasaran 5 tahunan yang
tertuang dalam Renstra. Renja ini mewakili indikator kinerja yang merupakan inti
yang berhubungan dengan pencapaian visi dan misi organisasi.
Beberapa Contoh Formulir Laporan Program Kerja yang didasarkan kepada Anggaran
Berbasis Kinerja

12 Penganggaran Berbasis Kinerja

13 Penganggaran Berbasis Kinerja

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yunita dan Puranto, Hendra. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan
APBD secara Komprehensif. Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Ritonga, Irwan Taufiq. 2009. Analisis Standar Belanja: Konsep Metode Pengembangan, dan
Implementasi di Pemerintah Daerah
Lampiran Permendagri no 52 Tahun 2015
http://kanjengmasarif.blogspot.co.id/2010/06/latar-belakang-penerapan-performance.html
http://core.ac.uk/download/pdf/11722953.pdf
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=97
Jurnal

Penerapan

dan

Implementasi

Anggaran

Berbasis

Kinerja

http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmiah/PDF%20JIPAK/JIPAK%20Vol
%205%20Jan%202010/10%20Artikel%20Isti'anah.pdf
Formulir Program Pembangunan Daerah http://bappeda.cirebonkab.go.id/wpcontent/uploads/2014/11/Tatacara-pengendalian-dan-evaluasi.pdf
Renja RKPD Kabupaten Malang Tahun
2014http://kpm.malangkab.go.id/download_9901.html
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=628
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/53/jbptunpaspp-gdl-syambudipr-2616-1-skripsi-l.pdf
http://ukmh.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-dan-karakteristik-sistem.html
http://indraachmadi.blogspot.co.id/2013/05/penyusunan-anggaran-berbasis-kinerja.html
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/penyusunan-indikator-kinerja-dan-anggaranberbasis-kinerja
14 Penganggaran Berbasis Kinerja

http://kecikimoet.blogspot.co.id/2008/12/penerapan-anggaran-berbasis.html

15 Penganggaran Berbasis Kinerja

You might also like