You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN
GASTROENTERITIS

I
:
N
h
I
e
O l UR A A 3
N
/2
4
A
8
IS
20
N
1
N
1
A
20
4
7
P.1

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2014

definisi
Gastroenteritis adalah
inflamasi pada daerah
lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh
bakteri yang
bermacam-macam,
virus, dan parasit yang
pathogen.(Whaley
&Wongs.1995)

etiologi
Faktor Infeksi:
1. Virus
2. Bakteri
3. Parasit
4. Infeksi
Parenteral

Faktor Non
Infeksiosus:
1. Malabsorbsi
2. Makanan
3. Psikologis

manifestasi klinis
1.

BAB >3x cair

2. Muntah.

3. Demam.

4. Nyeri
Abdomen

9. Lemah
8. Tidak nafsu makan

7. Fontanel Cekung

5. BB
turun

6. Membran mukosa
mulut dan bibir
kering

kebutuhan cairan pada


anak
Kebutuhan Cairan anak sesuai BB
100ml untuk 10 Kg pertama
50ml untuk 10 Kg kedua
25ml untuk Kg selanjutnya
Contoh: Hitung kebutuhan cairan
anak jika BB 26 Kg
Keb. Cairan :
(10100)+(1050)+(625)
: 1000+500+150
Rumus hitung cairan
:1650 ml Factor tetesan
Makro 1 cc = 60 tetes
Mikro 1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20
tetes
Menghitung Jumlah Tetesan infus
TPM=Volume cairan infus x faktor
tetes normal

Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare


BB

x (D+M+C) cc

-Dehidrasi (D)
Ringan =5o cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc
-Maintenance (M):
Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 12Th=100-90cc
2-4 Th = 90-80cc,4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=6050cc
-Concimetten Loss (C):
Muntah=25cc, BAB=25cc, Muntah+BAB
=30cc

komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dehidrasi
Renjatan
hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Mal nutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder
akibat kerusakan
mukosa usus.

Dehidrasi ringan:
Kehilangan cairan 2 5 % BB
-turgor kulit kurang elastis, suara
serak, penderita belum jatuh
pada keadaan syok.
Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8 % BB
-turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi
cepat dan dalam.
Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 10 % BB.
-seperti tanda-tanda dehidrasi
sedang, ditambah kesadaran
menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis.

Patofisiologi

(Price, 1997; Corwin, 2000)

1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan


Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar dapat mengakibatkan
perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding unsur
menurun, menyebabkan perkembang biakan bakteri bertambah dalam
rongga usus atau jika pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus
juga meningkat, sehingga makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus
dan kolon, kolon bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi
hipersekresi yang menambah keenceran tinja.
2. Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), jika masih hidup mikroorganisme
tersebut akan masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam
usus halus akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus
dan dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan,
air, dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan
diare.
3. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, masuk ke lambung yang kemudian
dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan tersebut akan sulit

PATHWAY

Dampak Hospitalisasi pada Anak.


1. Tergantung pada orang tua
2. Stress bila berpisah dengan orang yang
berarti
3. Tahap putus asa
berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau
makan, main, menarik diri, sedih, kesepian dan
apatis
4. Tahap menolak
Samar-samar seperti menerima perpisahan,
menerima hubungan dengan orang lain dan
menyukai lingkungan

Penatalaksanaan
Gastroenteritis
Pada Dehidrasi ringan
1. Dihentikannya pemberian susu yang diganti
dengan campuran glucose elektrolit (dioralite).
2. Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang
hari dan setiap 4 jam selama malam hari,
dilanjutkan selama 24 jam.
3. Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali,
jika diberikan jumlah kecil (15 ml susu krim
separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu
makan
4. Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah
campuran glucose elektrolit diturunkan secara
berimbang. Sucrose hanya ditambahkan jika feces
mulai berbentuk.

Dehidrasi Sedang
1. Dihentikannya pemberian susu
2. Penggantian deficit cairan dan elektrolit serta
koreksi gangguan asam basa. Ini didasarkan
pada penilaian klinis, atau pada rekaman
kehilangan berat badan terakhir.
3. Pergantian dapat dilakukan baik peroral atau
intravena dan akan tergantung pada kehilangan
air dan elektrolit melalui diare.
4. Perawatan bayi dengan terapi intra vena.
Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk
menentukan status elektrolit
5. Dimulainya pemberian cairan peroral secara
perlahan lahan untuk menentukan
kemampuan menerima cairan
6. Dimulainya pemberian susu secara berangsur-

Dehidrasi Berat
1. Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan
masukan cairan dengan peningkatan yang
seksama
2. Infuse plasma untuk menggantikan penurunan
volume plasma. Koreksi asidosis merabolik dengan
pemberian secara intravena 8,4 % natrium
bikarbonat dengan penilaian kembali status asam
basa
3. Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi,
secara berangsur-angsur susu diberikan kembali
seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan
4. Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator.
Diberikan oksigen dan bayi diobservasi secara
seksama, karena penurunan kadar kalium serum
menimbulkan perubahan aktivitas jantung, dan

Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pemeriksaan
laboratorium.
2. Pemeriksaan elektrolit
intubasi duodenum
3. Pemeriksaan darah
4. Doudenal Intubation

ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS

Pengkajian
1. Keadaan Umum
-Tingkat Kesadaran
-TTV
2. Head To Toe
-Kepala
-Mata
-Mulut dan gigi
-Abdomen
-Integumen

Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
distensi abdomen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan mikroorganisme
yang menembus saluran GI
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
6. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan
dengan orang tua, lingkungan tidak dikenal,
prosedur yang menimbulkan stress

Intervensi
No
1.

DP

Tujuan

Kekurang
an volume
cairan b.d
output
cairan
yang
berlebiha
n.

Setelah
dilakukan ...
x24 jam
pasien
menunjukka
n tanda
tanda
rehidrasi
dan
mempertah
ankan
hidrasi kuat

Intervensi

1. Beri larutan rehidrasi oral (LRO)


<sedikit tapi sering>
2. Berikan dan pantau cairan Iv sesuai
ketentuan
3. Beri agens antimikroba
4. Berikan diet reguler pada anak sesuai
toleransi
5. Ganti LRO dengan cairan rendah
natrium seperti air, ASI, formula bebas
laktosa, atau formula yang
mengandung setengah laktosa
6. Pertahankan pencatatan yang ketat
terhadap masukan dan keluaran
7. Pantau berat jenis urin setiap 8jam atau
sesuai indikasi
8. Timbang berat badan anak
9. Kaji TTV, turgor kulit, membran mukosa,
dan status mental tiap 4 jam atau
sesuai indikasi
10.Instrusikan keluarga dalam memberikan

No
2

DP

Tujuan

Gangguan
rasa
nyaman
nyeri b.d
distensi
abdomen.

Setelah
1. Observasi tanda-tanda vital.
dilakukan ...x24 jam 2. Kaji tingkat rasa nyeri.
Nyeri dapat teratasi 3. Atur posisi yang nyaman bagi

Ketidaksei
mbangan
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
tubuh b.d
mual dan
muntah.

Setelah
1. instruksikan ibu menyusui
dilakukan ...x24 jam
setelah rehidrasi
Kebutuhan nutrisi
2. Hindari pemberian diet
adekuat

KH:
-Nyeri
berkurang/hilang
-ekspresi wajah
tenang

KH:
-Anak
mengkonsumsi
nutrisi yang
ditentukan
-menunjukkan
penambahan berat

Intervensi

klien.
4. Beri kompres hangat pada
daerah abdomen.
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapi
analgesik sesuai indikasi.

dengan pisang, beras, apel,


dan roti panggang atau teh
3. Observasi dan catat respon
terhadap pemberian makan
4. Instruksikan keluarga dalam
memberikan diet yang tepat
5. Gali masalah dan prioritas
anggota keluarga

No DP
4

Risiko
infeksi
b.d
mikroor
ganisme
yang
menem
bus
saluran
GI

Tujuan
Setelah
dilakukan
...x24
jaminfeksi
tidak terjadi
KH:
-tidak ada
tanda tanda
infeksi

Intervensi
1. Isolasi substansi tubuh atau praktik
pengendalian infeksi rumah sakit,
termasuk pembuangan feses dan
pencucian yang tepat, serta
penanganan spesimen yang tepat
2. Pertahankan pencucian tangan
yang benar
3. Ajarkan anak (bila mungkin)
pencucian tangan setelah
menggunakan toilet
4. Pakaikan popok dengan tepat
5. Gunakan popok sekali pakai
superabsorbent
6. Instruksikan anggota keluarga dan
pengunjung dalam praktik isolasi

No DP
5

Tujuan

Kerusakan
integritas
kulit b.d
iritasi,frekw
ensi BAB
yang
berlebihan.

Setelah
dilakukan ...x24
jam kerusakan
integritas kulit
tidak terjadi

Cemas/
takut b.d
perpisahan
dengan
orang tua,
lingkungan
tidak
dikenal,
prosedur

Setelah
dilakukan ...x24
jam klien tidak
merasa
cemas/takut

KH:
-Kulit pasien tetap
utuh, tidak ada lesi

KH:
-Anak
menunjukkan

Intervensi
1. Ganti popok dengan sering
2. Bersihkan bokong perlahan lahan
dengan sabun lunak, non alkalin dan
air atau celupkan bagian tubuh anak
dalam bak
3. Beri salep seperti seng oksida
4. Pajankan dengan ringan kulit utuh
yang kemerahan pada udara jika
mungkin
5. Hindari menggunakan tisu basah
yang mengandung alkohol pada kulit
yang terluka
6. Observasi bokong dan perineum
akan adanya infeksi
7. Berikan obat anti jamur yang tepat
1. Beri perawatan mulut dan empeng
untuk bayi
2. Dorong kunjungan dan partisipasi
keluarga dalam perawatan sebanyak
yang mampu dilakukan keluarga
3. Sentuh, gendong, dan bicara pada
anak sebanyak mungkin
4. Beri stimulasi sensoris dan
pengalihan yang sesuai dengan

Evaluasi
Adapun evaluasi pada kasus ini adalah:
1. Volume cairan tubuh adekuat
2. Tidak terdapat nyeri abdomen
3. Nutrisi adekuat
4. Tidak terjadi infeksi khususnya saluran
gastrointestinal
5. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
6. Anak tidak merasa cemas/takut dengan
perpisahan dengan orang tua, lingkungan
tidak dikenal, dan prosedur

SEKIAN
TERIMAKASIH

You might also like